01

355 42 6
                                    

"Papa Moony!" Aurora memanggil ayah angkatnya yang sedang memakan sarapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Papa Moony!" Aurora memanggil ayah angkatnya yang sedang memakan sarapannya. "Ada apa Dawny?" Tanya Remus. "Lihat! Aku dapat surat dari Hogwarts!"

"Benarkah?! Coba sini papa lihat!" Aurora berlari ke arah Remus dan memperlihatkan suratnya. "Astaga, kau sudah besar saja. Sekarang kau bersiap ya. Kita akan pergi ke Diagon Alley."

Diagon Alley. Satu kata untuk mendeskripsikan tempat tersebut, Menarik.

Remus dan Aurora mula-mula pergi ke Bank Gringotts untuk mengambil uang simpanan Sirius. Sirius dulu pernah mengatakan kepada Remus jika Aurora ingin membeli sesuatu, jangan gunakan uang Remus namun gunakan uangnya. Namun bagaimanapun Remus tetap mengusahakan untuk menggunakan uangnya sendiri. Sayangnya, uang untuk membeli keperluan Hogwarts sangatlah mahal dan Remus tidak mempunyai uang sebanyak itu.

Setelah itu, mereka membeli peralatan sekolah lainnya. Dan terakhir baru mereka membeli tongkat dan hewan peliharaan.

"Halo Mr. Ollivander." Remus menyapa seorang pria tua, Ollivander. "Oh halo Remus. Ingin membeli tongkat baru lagi?" Balas Ollivander ramah.

"Tidak, aku ingin membeli untuk putriku." Aurora yang tadinya bersembunyi di belakang Remus memberanikan dirinya untuk berdiri di samping Remus.

"Halo" Sapa Aurora pelan. Ollivander hanya tersenyum lalu kakinya melangkah memilih tongkat yang cocok untuk dirinya. "Papa akan membeli hewan dulu. Kau mau apa Dawny?" Tanya Remus.

"Aku ingin burung hantu berwarna hitam!" Seru Aurora bersemangat. Remus mengangguk pelan. "Baiklah, habis ini kita membeli es krim oke?"

"OKE!"

"Cobalah yang ini nak. Sebelas inchi, pohon cemara, inti rambut unicorn." Aurora terkejut, pasalnya Ollivander mengatakan itu secara tiba-tiba.
Aurora mengayunkan tongkatnya, yang terjadi adalah toko Ollivander menjadi berantakan, sangat berantakan.

"Astaga! Maafkan aku, Mr." Aurora menaruh tongkatnya dengan hati-hati, mungkin dia akan trauma berkelanjutan.

"Tidak apa-apa-- Astaga, bukankah kau anak Sirius Black?" Tanya Ollivander setengah berteriak. "Eum, ya begitulah." Jawab Aurora. Aurora selalu merasa risih jika orang-orang bertanya tentang Sirius.

"Aku sepertinya tahu tongkat yang cocok untukmu!" Ollivander kembali dengan tongkat berwarna abu-abu dan tulisan-tulisan rune di sekelilingnya.

"Dua belas inci, kayu sycamore, inti naga." Ollivander menyerahkan tongkat yang begitu indah dimata Aurora. "Ini tongkat yang sama dengan tongkat ayahmu."

Aurora mengenggam tongkat itu, sensasi hangat menjalar di tubuhnya, rambut coklat panjangnya melayang-layang sebentar.

"Dawn--" Ucapan Remus terpotong kala melihat putri semata wayangnya menggenggam tongkat yang persis seperti milik Sirius.

'Putriku sudah besar saja. Aku terharu, sebentar lagi dia akan masuk Hogwarts. Oh Merlin, aku ingin menangis sekarang juga, dia sangat mirip dengan Padfoot dan Phinny.' Batin Remus.

"Papa Moony!! Lihat, tongkat cantik ini memilih ku! Tongkat yang sama dengan milik father!" Aurora berlari ke arah Remus dan menunjukkan tongkatnya. Remus hanya tersenyum melihatnya.

"Harganya berapa?" Tanya Remus. "10 Galleon." Jawab Ollivander. Remus mengeluarkan 10 keping Galleon dan memberikannya kepada Ollivander.

"Reparo." Aurora mengucapkan sebuah mantra yang ia ketahui, barang-barang Ollivander yang berserakan kembali ke tempat semula.

"Terimakasih Mr!" Seru Remus dan Aurora bersamaan. "Ayo makan es krim!" Aurora menarik lengan Remus dan membawanya ke toko Florean Fortescue.

"Aku ingin rasa coklat." Remus menyerahkan es krim rasa coklat kepada Aurora dan Aurora memakannya.

Setelah selesai, Remus menggenggam tangan Aurora dan membawanya ber-apparate. "Merlin! Aku ingin muntah!" Aurora berlari ke arah kamar mandi, memuntahkan semua isi perutnya.

Remus datang membawa coklat untuk Aurora. Dua ayah-anak itu adalah maniak coklat. "Thanks!" Aurora melihat coklat itu dan matanya berbinar.

"Coklat muggle memang enak! Kalau sudah lulus dari Hogwarts, aku akan membuka toko coklat nanti di dunia muggle!" Aurora terus melahap coklat dengan bangkus berwarna ungu tersebut.

"Papa, kalau misalnya aku bersekolah di Hogwarts, Papa akan tinggal di mana? Tidak mungkin kan Papa tinggal di sini, bagaimana kalau Papa mengalami lycanthropy? Bagaimana dengan kakek? Kakek akan tinggal sendiri?" Tanya Aurora panjang lebar.

Remus tersenyum, karena seharian ini dia juga memikirkan hal tersebut. "Aku akan tinggal di tempat terpencil, kakek akan tinggal di sini. Kakek bisa mengurus dirinya sendiri."

𝗪𝗼𝗼𝗱 𝗻 𝗕𝗹𝗮𝗰𝗸 - ᴏʟɪᴠᴇʀ ᴡᴏᴏᴅWhere stories live. Discover now