dua.y

464 48 4
                                    

Keesokan harinya Big sudah merasa baikan, ia pun kembali bekerja seperti biasanya.

Saat itu Big melihat Porsche yang baru saja keluar dari garasi sambil tertawa.

"Aku bukan lawanmu, bocah tengik.."

Big penasaran apa yang telah Porsche lakukan disana.

"Porsche, apa yang kau lakukan disana? Khun Kinn mencarimu" Big berjalan ke arah garasi dan mendapati Macau yang telah terikat di tiang beton garasi mobil.

"Khun Macau.." Big panik dan segera melepaskan lakban dibibir si bungsu dari keluarga minor itu.

"Porsche.. Sialan kau berengsek.. Akan ku adukan kau pada Papa ku.." Macau berteriak marah pada Porsche yang telah mengikat dan menutup mulutnya dengan lakban hitam itu.

"Big.. Jangan lepaskan dia.. Dia itu sangat nakal, dia harus diberi pelajaran. Kau tau tadi dia sedang.."

"Sialan kau jangan katakan apapun.. Tutup mulutmu, Porsche" Macau segera mengancam Porsche saat pria itu berniat memberitahu sesuatu pada Big.

"Kalau begitu kau juga jangan adu kan aku pada Ayahmu.. Atau aku yang akan memberitahu Ayahmu apa yang telah kau lakukan tadi" kini malah Porsche yang balik mengancam Macau.

"Okee. Oke. Aku tidak akan mengatakan apapun. Sekarang lepaskan aku. Big, lepaskan aku" Macau memerintahkan Big untuk melepaskannya namun ditahan oleh Porsche.

"Tunggu Big, kau bisa melepaskan nya saat aku sudah masuk ke dalam rumah.. Okay?" ucap Porsche tersenyum jahil.

"Apa apaan kau ini" kesabaran Big hampir setipis tisu, ia ingin segera melepaskan ikatan Macau tanpa mendengarkan ocehan dari teman kerjanya itu.

"Big, turuti perintahnya.." ucap Macau membuat Big cengo.

"Hah?? Anda yakin Khun Macau?" tanya Big memastikan.

Macau hanya menganggukkan kepalanya pasrah. Tak biasanya Macau yang suka memberontak ini tiba-tiba jadi anak penurut apalagi pada Porsche.

Big memastikan Porsche sudah memasuki rumah, ia pun langsung melepaskan ikatan Macau dari tiang.

"Anda baik-baik saja Khun Macau?" tanya Big khawatir.

"Aku baik-baik saja.." jawabnya sambil berjalan pergi menemui Ayahnya yang baru saja menyelesaikan urusannya dengan Khun Korn.

"Kau tunggu dimobil Papa akan segera menyusul.." ucap Khun Gun pada Macau.

Khun Gun berjalan menghampiri Big. Adapun Big, ia sedikit menundukkan kepalanya memberi hormat pada kepala keluarga minor itu.

"Big.. Bagaimana kabarmu?" Khun Gun menatap tubuh Big dari atas hingga kebawah untuk memastikan.

"Saya baik-baik saja, Tuan.." Big tak menatap lawan bicaranya, ia merasa tak nyaman ditatap seperti itu, apalagi oleh bos keluarga minor ini.

"Baguslah kalau begitu" Khun Gun terseyum mendengar jawaban Big.

Sesaat itu ekspresi wajah Khun Gun langsung berubah menjadi serius.

"Aku masih menunggu jawabanmu hari itu.." ucapnya lagi.

"Jawaban?" Big memiringkan kepalanya bingung, jawaban apa yang dimaksud oleh Khun Gun?

Setelah beberapa lama Big baru mengingatnya. Jadi dia serius tentang hal itu?

"Big.."

Big menoleh saat Chan memanggilnya.

"Iya, Ketua?"

Khun Gun juga menoleh ke sumber suara. Ia menatap tajam pada Chan yang juga menatapnya.

"Big.. Khun Korn memanggilmu ke ruangannya" ucap Chan beralih pada Big.

"Khun Korn?" Big mengerutkan dahinya, tak biasanya ia dipanggil oleh bos besarnya itu. Big tidak bisa menerka apa yang membuat Khun Korn memanggilnya secara pribadi. Sejujurnya Big sedikit takut jika berada di dekat kepala keluarga mayor itu. Aura gelap dan menyeramkannya benar-benar menguar apalagi saat ia sedang marah, tak jauh berbeda dengan putra keduanya, Khun Kinn.

"Apa yang kau lakukan disini?" bisik Khun Gun pada Chan.

"Aku sedang bekerja Tuan.." Chan tersenyum tipis pada Khun Gun lalu pergi dari sana bersama Big untuk menemui Khun Korn.

"Ketua.. Apakah kau tau kenapa Khun Korn memanggilku?"

Chan tidak menghiraukan pertanyaan Big, ia hanya memberi syarat pada Big agar masuk kedalam ruangan Khun Korn.

Dengan ragu Big masuk ke ruangan itu dengan Khun Korn yang sudah menunggunya.

"Apakah Anda memanggil saya, Tuan?" tanya Big dengan sopan.

"Duduklah, Big"

Khun Korn menatap intens Big dari atas sampai bawah, entah apa yang ia pikirkan saat itu.

"Big, apa keluarga mu dirumah baik-baik saja?"

Pertanyaan itu membuat Big mengerutkan alisnya. Apa dia memanggilnya hanya untuk ini?

"Iya, Tuan mereka baik-baik saja. Saat saya mengunjungi kakek dan nenek saya beberapa waktu lalu mereka dalam keadaan sehat" fyi, Big dari kecil hidup bersama kakek nenek dari pihak Ibunya. Ibunya meninggal saat melahirkannya dan ia sama sekali tidak tahu siapa ayahnya.

"Baiklah, kau boleh melanjutkan pekerjaan mu" ucap Khun Korn meminta Big keluar dari ruangannya.

Big pun pamit dan keluar dari ruangan itu dengan perasaan dongo. Apa itu tadi? Khun Korn benar-benar memanggilnya hanya untuk menanyakan kabar soal kakek neneknya?

"Hmm.. aneh.." gumamnya sendiri.

Belum sempat Big menyapa Chan namun pria itu sudah masuk ke ruangan Khun Korn setelah dipanggil oleh bos nya itu.

"Aku hanya ingin menyapa, kenapa dia selalu menghindar" Big menghela nafas berat dan pergi dari sana.

---

Kinn dan Khun Korn berbincang serius di ruangannya, Chan juga ada disana mendampingi bos nya.

"Pa, jadi apa yang harus kita lakukan pada Khun Tasit? Dia hanya mau menjual tanahnya pada kita jika kita memberikan Big padanya.. Aku tidak tahu .. Kenapa harus Big?"

Chan sedikit terkejut mendengar ucapan Kinn, namun sebisa mungkin ia harus tetap terlihat tenang.

Khun Korn tampak berpikir serius dan tidak menanggapi ucapan putra keduanya itu.

******

Jam 1 pagi Big berjalan dengan gontai ke kamarnya, ia mabuk karena dipaksa ikut bergabung dengan geng Tankhun.

Ia membuka pintu kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dia sadari ternyata Big masuk ke kamar yang salah, ia malah tidur dikamar Chan yang kebetulan berada di sebelah kamar Big.

Saat baru saja keluar dari kamar mandi Chan terkejut melihat Big yang sudah tertidur pulas diatas ranjang empuk nya.

"Kenapa dia tidur disini?" Chan mendekatkan dirinya untuk melihat Big lebih dekat.

"Ehmm.. Dia mabuk.." ucap Chan saat mencium bau alkohol dari tubuh Big.

"Heyy.. Heyy apa yang kau lakukan?" Chan panik saat melihat  Big yang masih terpejam itu bangkit dan hendak melucuti pakaiannya sendiri.

"Ahh.. Kenapa aku panik.. Kami sama-sama pria" Chan menepuk dahinya sendiri dengan heran.

Big kembali menidurkan dirinya saat sudah merasa nyaman hanya dengan memakai celana pendek saja.

"Kenapa dia seperti itu.." Chan terlihat tak tahan melihat tubuh seksi dan berisi Big saat ini. Dengan cepat Chan melemparkan selimutnya untuk menutupi tubuh hampir telanjang itu...

.
.

 

.
.

.
.

.
.


To be continued

1 or 2 ? [ChanBig - GunBig]Where stories live. Discover now