BAB XIV : KORBAN SILIH

1.2K 64 11
                                    

Alam Semesta Valhalla        

“Nandi,” sahut Helena di depan pintu kamar Nandi.

            “Helena? Ada apa?” tanya Nandi yang sedang membersihkan bilah pedang Kanistara.

            “Ke mana besok kau pergi?”

            “Entahlah, sebuah semesta baru bernama ... Wayuhira. Menemui satu sosok yang katanya sekutu kita.”

            “Tidak ke Arvanda?”

            “Kaspar bilang kita tak bisa langsung ke Arvanda.”

            “Berarti besok kau akan langsung kembali?”

            “Iya, kenapa Helena?”

            “Aku khawatir.”

            Nandi tertawa, “Ah, ya ampun? Kau datang kemari hanya karena soal itu. Bukankah dia yang hendak kita temui adalah sekutu kita? Kenapa kau sekhawatir itu?”

            Helena terdiam sesaat sebelum melanjutkan, “Aku membawa The Rubaiyat. Sebelum kau pergi, bisakah kau membaca satu-dua bait untuk diriku?”

            “Apakah suaraku sangat mempesona sehingga kau minta aku bacakan ini untukmu?”

            “Bacakan saja Nandi. Biarlah malam ini aku ingat selalu. Malam di mana … teman baik sekaligus kekasihku, sesama pencinta sastra, untuk pertama kalinya membacakan sajak untukku.”

            “Kau seperti menyembunyikan sesuatu. Ada apa?”

            “Tidak … tidak ada apa-apa, Nandi.”

            “Oke, aku akan bacakan ini. Versa mana yang kau minta untuk aku bacakan?”

            “Yang ini,” tunjuk Helena dan Nandi pin mulai membacakannya :

Mari kita ikuti kisah seorang anak manusia

dan kita lupakan usia

dengan keindahan bintang di malam hari

tidur tak mampu memperpanjang usia manusia

berjaga malam

juga tidak mengurangi umur manusia sedikit pun

Lawanku keliru menyebutku ahli falsafah

Tuhan tahu aku bukan yang mereka katakan

kerana terlanjur lahir di tempat yang menyedihkan ini

tak perlu aku tahu siapa aku sebenarnya

Oh mata, kau tak buta, lihat liang lahat itu

dan lihat dunia yang penuh kekacauan dan sengsara

raja, kadi dan putera, semua terkubur di dalam tanah

lihat si wajah cantik di rahang-rahang semut

TAMAM SHUD

“Ada maksud tertentu dirimu memintaku membacakan bagian rubaiyat Ummar Khayyam ini? Dan bagian ini bukanlah sajak-sajak akhirnya. Kenapa kau cantumkan tanda ‘Tamam Shud[1]’ di sini?” tanya Nandi.

            “Ada Nandi. Kita di sini hampir mencapai tujuan akhir dari perjalanan kita, tujuan akhir kita sebagai Contra Mundi. Meski bait-bait itu bukanlah bait-bait terakhir, kata Tamam Shud mengakhirinya sebagai sebuah kesempurnaan.Sama seperti kita yang sebentar kita bisa mengatakan …. .”

Contra Mundi - Putra BumiWhere stories live. Discover now