BAB XI: MENYUSUP

1.4K 72 16
                                    

Alam Semesta Valhalla

            “Kau sudah kembali, Nandi?” sapa Helena ketika melihat Nandi keluar dari sebuah pusaran cahaya ungu.

            “Ya,” jawab Nandi tidak bersemangat.

            “Bagaimana hasilnya?”

            “Buruk, aku sama sekali tidak dapat menemukannya di manapun.”

            “Bertemu legiun iblis atau malaikat sepanjang perjalanannya?”

            “Sama sekali tidak.”

            “Apa kau mengunjungi kedua saudaramu?”

            “Aku tidak akan menemui mereka untuk sementara waktu, Helena. Terlalu berbahaya bagi mereka dan terlalu riskan pula bagiku untuk terlalu sering bertatap muka.”

            “Aku setuju soal itu,” Helena mengambil sebuah buku dari rak kayu dan mulai membacanya.

            “Apa yang kaubaca? Hamlet? Otello?”

            “Rubaiyat, karya Ommar Khayyam.”

            “Rubaiyat?”

            “Ya, rubaiyat. Kumpulan rubai – sebuah bentuk syair dari jazirah Arab – sebuah bentuk syair berprosa yang menonjolkan kesenangan-kesenangan indrawi. Umumnya orang lebih mengenal Ommar Khayyam sebagai penulis rubaiyat meskipun ada pula pihak lain yang menulis rubaiyat misalnya Jalal Al-Din Rumi. Kau sama sekali tidak pernah mendengarnya?”

            “Tidak. Tidak sama sekali. Ceritakan padaku lebih banyak soal ini,” pinta Nandi.

            Dan kedua insan berbeda jenis itupun terus berbincang sampai larut malam. Tapi jika dinding-dinding yang mengapit ruangan itu bisa berbicara, mereka pasti mengatakan pada kita mengenai cara kedua insan ini saling bertatap pandang. Jika Nandi menatap Helena lekat-lekat, sebuah rona sipu akan muncul di pipi gadis itu. Jika Helena menatap Nandi dengan pandangan mesra seorang gadis kepada Nandi, maka pemuda itu pun akan cepat-cepat mengalihkan pandangan. Dua orang itu mulai menumbuhkan rasa tertarik hati mereka, namun tentu saja mereka tak mau langsung mengakuinya.

            “Aku mengantuk Nandi? Kau?”

            “Ah, kurasa sudah waktunya kita untuk tidur. Sampai besok Helena. Terima kasih sudah mau berbagi cerita.”

            “Ah tidak, seharusnya aku yang harusnya berterima kasih padamu karena sudah menjadi pendengar yang baik. Sudah lama aku tidak bisa berbincang soal buku dan kesusastraan dengan orang lain.”

           

*****

            Pagi itu Nandi dikagetkan dengan gebrakan pada pintu kamarnya. Ketika ia bangun, ia mendapati Kaspar telah berdiri di pintu kamarnya dengan nafas memburu.

            “Aku menemukannya! Aku menemukannya!” seru Kaspar berulang-ulang.

            “Ha?” Nandi hanya bisa melongo karena tidak paham akan hal yang dikatakan Kaspar.

            “Ketua ingin kau menemuinya di aula utama, Nandi!” ujar Haris yang tiba-tiba datang.

            “Helmut sedang tidak sabaran. Ayo cepat, Nandi!” sambung Kaspar.

Contra Mundi - Putra BumiWhere stories live. Discover now