Mark mengetuk pintu kamar Jeno berulang kali. Mendengar tak ada jawaban, tanpa pikir panjang Mark memutar knock pintu dan di susul oleh Jaemin yang membawa laptop serta buku-buku pelajaran.
Usai makan, Jessica menyuruh agar mereka belajar bersama. Tentu Jaemin langsung setuju, sedangkan Mark masih mempertimbangkan lagi dan setelah bujukan dari ibunya, Mark pun setuju.
"Jen- "
Mark tak sampai menyampaikan kata-katanya, ia tertegun melihat kamar ini. Dulu ia tidur bersama Jeno di kamar ini, dulunya ada dua tempat tidur dan dua meja belajar. Sekarang semua berubah.
Bau asap rokok menyegat berasal dari balkon kamar, membuat Mark menghampiri asal asap rokok tersebut.
"Untuk apa kalian kemari" suara dingin Jeno menelusup.
"Eomma menyuruh kita belajar bersama" saut Jaemin dari balik punggung Mark.
"Tidak perlu" tolak Jeno kemudian mematikan rokoknya ke asbak "Aku sebentar lagi keluar"
Jaemin menarik nafas dalam-dalam melihat perilaku Jeno yang seperti itu, ia pun menyuruh Mark agar mundur dan ia akan berganti mendekati Jeno.
"Jeno, aku sungguh meminta maaf jika selama ini aku melakukan hal yang membuat mu risih.. aku ingin kita kembali bermain bersama seperti dulu"
"Mengapa kau berkata seolah aku yang menyebabkan pertengkaran yang tidak pernah terjadi ini?" Jeno kembali bertanya karena dirinya merasa seperti ia yang membuat suasana rumah hancur.
Meskipun memang seperti itu.
"Bukan begitu"
"Kau selama ini tidak tau bagaimana diriku bahkan apa saja yang ku lakukan" anak laki-laki berhidung bangir itu pun berdiri melengos pergi begitu saja "Jadi jangan menjadi seseorang yang paling tau tentang diriku"
Mark menggenggam tangan Jaemin kemudian menggeret nya keluar kamar. Jika pertengkaran ini terus di lanjutkan maka tidak akan berakibat baik.
Mark dengan cepat mengambil map dari meja belajar Jeno tanpa anak itu ketahui.
Itu adalah hasil nilai ulangan bulan lalu.
☎️
"Apa-apa ini!?" emosi sang ayah meluap melihat nilai ulangan fisika Jeno yang hanya mendapatkan nilai 90.
Jaemin menundukkan kepalanya, bahkan nilai ulangannya rata-rata hanya mendapatkan 82. Tapi mengapa ayahnya tidak semarah ini?
"Panggilkan Jeno"
"Yeobo, ini tidak seburuk yang kau kira-"
"Ini memalukan"
Tidak berselang lama, Jeno datang dengan raut wajah binggung mengapa ia tiba-tiba di panggil dengan wajah ayahnya yang terlihat tak bersahabat.
"Nilai apa-apaan ini Jung Jeno" ucapnya geram melemparkan kertas ulangan ke arah Jeno.
Dia yang melihat itu jelas kaget, bahkan Jeno tak pernah memberikan hasil ulangannya kepada kedua orangtuanya sekali pun. Bagaimana ayahnya bisa tau?
"Datang ke ruang kerja appa"
"Jaemin, lanjutkan kegiatan belajarmu dengan Mark"
Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan Jeno yang terdiam di tempat.
Mark mengangguk patuh kemudian menggandeng tangan Jaemin agar ikut dengannya.
"Sayang.."
Belum saja Jessica melanjutkan ucapannya, Jeno sudah terlebih dahulu pergi menyusul ke ruang kerja ayahnya. Ia tau apa yang setelah ini terjadi.
YOU ARE READING
Diatribe || Nct Dream
Fanfiction[ WAJIB VOTE, KALO NGGA VOTE AUTHOR SLEDING ⚠️ ] 『"Aku tidak percaya dengan adanya orangtua yang menyayangi semua anaknya tanpa membedakan mereka."』 «-Jung Jeno Hidup di lingkungan penuh ketidak seimba...