Seulgi hanya tersenyum kaku pada mertuanya lalu meninggalkan meja makan untuk mengejar Jaebum, dia sedikit berlari untuk menyeimbangi langkah Jaebum yang panjang sampai akhirnya sekarang mereka berada di dalam mobil.
Seulgi langsung bersuara lebih dulu sambil menatap Jaebum dengan raut wajah sedikit kesal "kau tidak pernah bilang kalau kita akan pindah" ujarnya memulai.
Jaebum menyalakan mesinnya dan melaju ke jalanan besar tanpa melirik pada Seulgi yang menatapnya intens "memangnya aku harus izin dulu?" balasnya dengan nada suara rendah yang terdengar menyebalkan di telinga Seulgi.
Seulgi mendecih malas menanggapi itu "iyaa kau tidak perlu izin karena kau membeli rumah itu dengan uangmu... tapi setidaknya kau mendiskusikan ini denganku"
"memangnya kau tidak setuju kalau kita pindah?"
"aku bukannya tidak setuju.... Hanya saja_____"
Jaebum memotong kalimat Seulgi sebelum perempuan itu selesai bicara "tenang saja, kita akan pisah kamar, kau akan punya kamar sendiri, dan aku tidak akan tidur di sofa lagi, itu adalah alasan yang bagus kita pindah rumah, apa kau masih tidak setuju?"
Seulgi mengangguk "yahh aku setuju dengan itu, tapi lain kali kau tidak boleh merencanakan semuanya sendiri, kau tetap butuh pendapatku karena kita akan tinggal berdua"
Jaebum menoleh, dia tersenyum kecut "kau takut kalau aku akan melakukan sesuatu? Kau akan aman-aman saja selama kau mengunci pintu kamarmu... Jadi___"
"bukan itu......"
"lalu apa?"
"aku takut jika ditinggal sendiri di rumah" ujar Seulgi sambil melempar pandangannya keluar jendela mobil yang terbuka.
Jaebum sedikit tersentak mendengar itu "apa? Tapi kenapa kau mengaku pada ayah dan ibu kalau kau baik-baik saja jika sendiri di rumah?" Jaebum menghembuskan napas berat ketika mengatakannya, menyayangkan kenapa Seulgi harus berbohong bahwa dia sebenarnya takut tinggal sendiri "iya.... Saat sarapan aku juga sudah bilang kalau kau tidak akan sendiri"
Seulgi menoleh "kau akan menyewa pelayan?" ujarnya cepat.
"bukan, kita tidak akan menyewa pelayan, aku berencana hanya akan tinggal berdua denganmu, kita bisa mengurus rumah bersama"
"Huh?" Seulgi menyipitkan matanya tak paham.
Jaebum hanya terlihat salah tingkah ditatap seperti itu, dia pun tidak sadar telah mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh "kau kan takut sendirian di rumah, jadi maksudku kalau aku sedang di kantor dan kau di rumah maka kau bisa datang ke kantor dan menemaniku kerja"
Solusi macam apa itu?
"bagaimana kalau kita pindah rumah ke kantormu saja?" nada Seulgi terdengar sarkas, yah mau diapa, Jaebum benar-benar tak bisa dipisahkan dengan pekerjaannya.
Bukannya marah, laki-laki itu justru tertawa mendengarnya "ide bagus..."
.
.
.
.
Sore harinya mereka benar-benar pindah.
Banyak drama yang terjadi sebelum Jaebum dan Seulgi meninggalkan rumah, nyonya Lim tiba-tiba sakit katanya tidak bisa hidup tanpa mereka, sedangkan tuan Lim terus saja berbisik pada Jaebum berharap agar anak semata wayangnya itu bisa menjaga Seulgi dengan baik, agar dia bisa menjadi suami yang bertanggung jawab, dan sangat banyak petuah yang dikatakan tuan Lim sebelum Jaebum dan Seulgi benar-benar pindah.
Tapi bukannya memberikan jawaban yang tepat, Jaebum justru hanya mengangguk tak peduli kemudian menyeret Seulgi pergi, seolah dia sudah merencanakan ini sejak lama, seolah dia baru saja merasakan kebebasan yang dia impikan sejak dulu, seolah ini adalah mimpinya untuk segerah pindah dari rumah.
YOU ARE READING
PROMISE (Jaebum X Seulgi)
FanfictionBisakah seorang yang tidak punya rasa satu sama lain untuk mengikat sebuah janji pernikahan? Ternyata benar bahwa Tuhan sudah mengatur semuanya termasuk perkara jodoh.
Jealous
Start from the beginning
