[01]. Aku tidak cantik Seperti Mereka

31 3 2
                                    

"Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Good Looking."

Entah, siapa orang pertama yang mencetuskan ini. Tapi, aku punya percakapan menarik:

A: Aku kasihan pada pengemis cantik itu, mungkin aku akan memberikannya sedikit rezeki atau jika diperbolehkan aku ingin mengadopsinya.

B: Ah, kau salah sasaran. Bagaimana dengan pengemis yang satu itu. Kondisinya lebih mengkhawatirkan, bukan?

A: Maaf, dia tidak cantik.

B: Maksudmu?

A: Maaf, aku makhluk visual bukan sosial.

Terima kasih.

Siapa sih yang tidak ingin cantik?

Coba aku tanya, ada tidak, disini yang tidak ingin cantik? Kalaupun memang ada, pasti kamu sejenis manusia langka yang telah mengenal diri lebih lama. Stoicisme di tengah gempuran update di sosial media. Wah, ini sih yang paling dicari-cari.

Jadi, perihal cantik itu sebenernya ada dua macamnya. Kecantikan hati dan kecantikan mengenai fisik yang kerap kali menjadi bahasan utama. Yang pertama, jarang sekali dibicarakan.

Kamu tinggal pilih, mau yang pertama ataupula yang kedua. Atau mau menjadi manusia langka, yang percaya diri apa adanya? Yang tidak butuh pengakuan dari orang lain? Dan sama sekali tidak ingin menonjolkan diri dalam sosial media?

Kita bahas satu persatu ya.

Pertama, kecantikan fisik. Jujur, aku juga pernah tidak percaya diri dengan keadaan fisikku. Kerap kali berdiri di depan cermin, merasa tidak puas dengan apa yang dilihat disana. Dan bodohnya, aku mengatakan pada diri sendiri semacam ini,

"Ada nggak ya, yang mau sama aku? Kayaknya aku nggak pantas buat siapapun deh."

Dan seperti biasa, berakhir dengan membandingkan diri sendiri. Sampai muak rasanya dengan kalimat perbandingan. Padahal, hal demikian sama saja dengan merendahkan diri.

Tapi, tapi, tapi. Sekarang tidak lagi, semenjak pola pikirku mulai terbuka. Setelah aku mengamati berbagai orang cantik dalam kehidupan mereka.

Terlebih, mereka yang menampilkan dirinya di berbagai sosial media. Entah hanya untuk ditujukan kepada dirinya sendiri, kesenangan semata, atau bermaksud dengan tujuan tertentu.

Teringin dilihat, teringin diperhatikan, adalah salah satu sifat yang dimiliki perempuan.

Tapi, buatku, cantik itu ujian. Dan ini pasti berat rasanya. Tidak seperti yang kita pikirkan, rupanya menjadi orang cantik tidak selalu menyenangkan. Tidak juga selalu kebanjiran pujian. Kadang, ada saja manusia yang kerap kali tidak menyukai. Tapi, yang lebih bahaya lagi adalah saat komentar tidak mengenakkan semacam gombalan dalam media sosial. Dan ini biasanya, dilakukan oleh lawan jenis.

Dan ini pula, alasan mengapa aku tidak sekalipun memposting wajahku di sosial media. Bagiku, ini terlalu menakutkan, juga mengerikan. Ya, meskipun aku tidak begitu cantik kenyataannya. Haha.

Tuh kan, merendahkan diri lagi...

Kamu tahu kan, semakin banyak mata yang memandang, semakin banyak pula dosa itu mengalir kepadamu. Perlahan-lahan tanpa dirasa.

Ada juga lho, mereka yang cantik, yang mampu menjaga dirinya. Tidak begitu rajin menampilkan diri. Dan, ini mungkin adalah kamu salah satunya.

Kedua, kecantikan hati. Dan ini harusnya menjadi pilihan pertama saat kamu merasa kalah dengan mereka yang sempurna dalam urusan fisik. Bahkan, cenderung menguntungkan. Pun, sifatnya kekal nan abadi. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikkan hati ini. In Syaa Allah, jika kamu sudah mencoba menerapkan, kebaikan yang lain akan turut serta mengikuti. Karena, segala sesuatu itu dimulai dari hati. Cantiknya hati.

Tidak ada salahnya jika kamu teringin merubah ke arah yang lebih baik, bukan? Mulailah dari segala sesuatu yang sederhana. Apapun.

Menjadi pendengar yang baik.

Memelankan nada suara saat berbicara.

Menghargai pendapat orang lain misalnya.

Berbagi makanan dengan teman satu meja.

Bukankan dengan hal semacam ini saja, sudah enak sekali dilihatnya? Apakah orang lain akan sempat-sempatnya berpendapat mengenai rupa fisik kita seperti apa? Ah, sepertinya tidak. Yang tergambar hanyalah, kebaikan hati disana.

Tapi, kebanyakan kaum adam sering kali memilih mereka yang cantik fisiknya ketimbang hatinya..

Kita sebagai manusia memang berhak memilih, tapi memangnya jatuh cinta hanya karena fisik semata? Wah, tidak juga. Kalaupun memang iya, hubungannya pasti tidak akan bertahan lama. Karena, orang cantik di muka bumi tidak hanya satu. Tapi, berkeliaran dimana-mana.

Tidak melulu soal kecantikkan fisik, ada juga mereka yang memilih karena kagum dengan gaya bicaranya, sesuatu yang sama-sama disuka, topik pembahasan yang menyambung, karena attitude, ataupula kenyamanan yang didapatkannya.

Bahkan, orang yang tulus saja, mereka masih belum menemukan alasan bagaimana mereka bisa jatuh hati. Dan, mungkin kamu menjadi salah satunya yang mengalami, bukan?

Intinya, tidak melulu soal fisik yang menjadi utama. Ada kebenaran lain yang lebih masuk akal dibandingan kecantikkan semata.

Tidak perlu merubah penampilan fisikmu hanya karena terpengaruh dengan apa yang mereka katakan. Cantik itu memang perlu sih. Tapi, sederhana saja. Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri, tampil apa adanya. Perawatan seadanya, tidak perlu berlebihan. Dan yang paling penting, rajin-rajinlah mandi pagi. Ini, serius.

Dan pada akhirnya, kita akan menemukan cantik versi diri kita sendiri. Menerimanya. Juga, tanpa membutuhkan pengakuan dari orang lain.

Aku dan juga kamu, harus mengakui. Bahwa kita memang cantik. Setidaknya, jikalau orang lain tidak mengatakannya, biar diri kita sendiri yang mengakuinya. Lagipula, ini sudah termasuk dalam bentuk mencintai diri sendiri lho.

Lalu, setelah menerimanya, kalimat perbandingan tidak akan lagi tercipta di kepala kita, bukan?

Ini Aku, Bukan MerekaWhere stories live. Discover now