dua

104 7 0
                                    

Hana melepas kaca mata hitamnya setelah keluar dari mobil. Gadis dengan setelan jas hitam itu melangkah masuk ke pintu depan kantor. Menjadi pusat perhatian seisi kantor yg baru saja mulai bekerja pagi ini.

Tempatnya cukup luas jika di banding dengan kantor kantor lain di Jakarta. Bahkan beberapa hal sudah terlihat canggih untuk seukuran kantor nasional.

Hana melipat kacamatanya agar bisa masuk pada saku jas. Sebelum meneruskan langkah masuk kantor ini.

"Mijn kind!"

Hana tersenyum menatap ayahnya yg baru saja keluar melebarkan tangannya untuk meminta pelukan dari sang anak. Yg sudah bertahun tahun tidak dia temui. Hana membalas dengan penuh kerinduan. Tak peduli seisi kantor mengosipinya atau menatap mereka aneh. Hana benar benar merindukan suasana Jakarta dan pelukan hangat sang Ayah.

"Panas ya disini"

Ayah terkekeh.

Setelah tahun pertama Hana memulai kuliah di Belanda. Ayah memutuskan untuk membangun kantornya sendiri di sini. Tempat dimana ucapannya kala itu terwujud. Bekerja di tempat yg sama dengan keluarganya tinggal.

"Ayo kita lihat kantor. Hamada, tolong siapkan minuman dimeja saya sebelum saya datang"

"Baik, Tuan"

Hana tersenyum menatap sekertaris Hamada yg memberi salam padanya barusan.

Hana tersenyum menatap sekertaris Hamada yg memberi salam padanya barusan

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Profesional sekali, Nona Choi"

Hana terkekeh, gadis itu memeluk Hyunsuk yg baru saja dia temui di tempat rias. Suasana ramai bahkan tidak mereka pedulikan, yg hanya mereka tau, mereka sama sama saling merindukan.

"Kau lebih cantik? Eo? Iya ya" Hyunsuk mengusap puncak kepala Hana setelah melepas pelukan mereka.

"Ayo ketemu sama yg lain juga"

Hana hanya mengikuti langkah Hyunsuk keluar ruangan. Lebih tepatnya berjalan ke arah gedung yg sudah siap dijadikan tempat acara pernikahaan.

Salah satu hal yg Hana tidak ingin tinggalkan, acara pernikahan Hyunsuk dan Ryujin. Jadi dia sangat bersyukur karena jadwalnya pulang dari Belanda bertepatan dengan hari ini. Jadi dia tak perlu repot repot mengurus hari libur jika masih kuliah.

"Masih inget mereka ngga?"

"Hana?" Suara lembut Yedam membuat Hana tersenyum. Gadis itu kembali menjabat tangan pria pria yg kala itu sempat Hyunsuk kenalkan.

"Makin cantik lo ya" sindir Jihoon.

"Makasih, Kak"

"Oh iya, yg itu mana?"

Hana menatap Jaehyuk yg tersenyum lebar ke arahnya. Namun selang beberapa saat Hyunsuk berdehem, mengalihkan pandangan semua orang disana.

"Gimana kalo kalian nyobain makanannya dulu? Gue pake catering terenak di kota ini"

Semua orang terdiam, suasana jadi sedikit canggung setelah pertanyaan yg baru saja Jaehyuk utarakan.

"Gue ke toilet sebentar ya"

Hyunsuk menghela napas, semua manusia itu menatap punggung Hana yg semakin menjauh.

"Lo ngapain sih pake tanya gituan?"

"Gue ngga tau, bego" senggol Jaehyuk pada Doyoung.

"Udah, mending kalian nikmatin aja acaranya"

"Kak, ayo ketemu tamunya Ayah dulu" Bunda yg baru saja datang mengandeng tangan Hyunsuk. Meminta anak laki lakinya itu untuk bergabung dengan kerumunan yg ada di dekat pantry.

"Hana mana?"

"Ke toilet" ucapnya pelan.

"Hallo, om"

"Oh iya, ini yg namanya Hyunsuk"

Pria itu tersenyum menyambut perkenalan dari teman ayahnya. Sesekali menimbrung percakapan mereka mengenai kantor.

"Hana mana sih?" Bisik Bunda sambil menatap sekeliling. Hyunsukpun ikut ikutan mencari.

"Itu, ngapain kerahnya dilepas sih tu anak" pekik Hyunsuk, pria itu sebenarnya tidak suka melihat adiknya berpakaian sedikit terbuka. Jadi dia memilih pakaian khusus untuknya yg tertutup. Tapi malah di modif tidak jelas seperti saat ini, bahkan entah kemana Hana melempar kerah dress itu.

"Ini nih anak gadis saya, Choi Hana"

Hana menunduk, memberi salam. Gadis itu hanya terpusat pada sepasang suami istri yg tengah tersenyum karena kedatangannya yg terbilang mendadak.

"Dia baru saja pulang dari Belanda"

"Disini panas ya?"

"Setuju, om" ucap Hana pelan sambil mengacungkan jempol.

Bukankah keluarga itu sudah sering berkeliling dunia? Bahkan dalam sebulan saja bisa berpindah pindah tempat hanya karena kesibukan kantor dan permintaan klien. Jadi tak heran jika dia mengatakan hal yg sepantasnya Hana setujui.

"Anak saya juga baru saja pulang dari Belanda"

Ayah terkekeh "Watanabe?"

"Eo"

Pria itu muncul dari balik orang tuanya. Sebenarnya dia malas berhadapan dengan banyak orang. Jadi dia memilih diam saja disepanjang percakapan yg orang tuanya dan orang tua Hana ciptakan.

"Hallo, om, tante. Saya Haruto" ucapnya sambil menunduk sembilan puluh derajat.

"Ey, kau tumbuh jadi pria yg tampan" sanjung Ayah.

Hana dan Haruto saling bertatapan. Berbeda dengan Hana yg terkejut karena pertamuan kesekian mereka, Haruto justru tidak mengekspresikan wajahnya.

Lempeng aja.

"Sepertinya kalian dalam masa belajar yg sama ya? Oh iya, bagaimana dengan kantor? Kau jadi membuat putrimu ini bertahta disana?"

Hana tersenyum tipis.

"Hana belajar cukup baik dan dia sudah menggembangkan diri jauh dari yg aku kira. Ya aku harap dia bisa jadi penerusku"

"Hyunsuk?"

Hyunsuk terkekeh "bekerja untuk diriku sendiri?"

Bunda mengusap pundak anak laki lakinya. Hana bahkan melupakan fakta jika kakaknya itu juga membuat perusahaan kecil dibawah naungan perusahaan ayahnya. Bukankah itu hebat?

"Luar biasa"

𝑻𝒓𝒂𝒗𝒊𝒔 - Haruto (On Going)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora