(C) 19. Sepotong-sepotong

Start from the beginning
                                    

Aku segera berlari menuju sumber suara, mengabaikan kakiku yang sudah sangat lelah. Dengan Ciel yang menyalip ku duluan, akhirnya aku berhasil sampai ketempat tujuan. Betapa terkejutnya aku saat melihat Beast yang dihadapi senpai sama sekali bukan Beast yang pernah kulihat. Bahkan mungkin belum pernah ada sebelumnya.

"Groaar!"

Beast itu berwujud seperti kadal putih besar dengan duri-duri tajam di punggungnya. Dengan lengan dan cakar tajamnya, ia terus menyerang Milim-senpai tanpa henti.

Meski senpai tidak terlihat kesusahan, tetapi dia seperti tidak bisa menghentikan pertarungan itu begitu saja. Beast ini terlihat begitu gencar saat menyerang, staminanya begitu banyak hingga sampai sekarang pun dia tidak terlihat lelah. Di tembok-tembok sekitar juga ada bekas cakaran.

Saat aku ingin melangkah masuk untuk membantu, suara senpai kemudian terdengar.

"Kalian jangan kesini!"

Meski sibuk dengan serangan beast itu, senpai tetap menyadari keberadaan dan tindakan kami. Aku segera sadar, mengapa senpai sampai melarang kami.

"Ciel, kamu lihat 'kan?"

"Ya, cakar dan liur kadal itu.. bersifat korosif."

Liur Beast kadal itu terus menetes keluar dan mengenai barang disekitarnya, lalu barang yang dikenai nya seperti meleleh. Meski hampir tidak kasatmata, namun semacam cairan bening juga menyelimuti cakarnya.

Aku sangat yakin, jika orang yang melawannya bahkan berada selangkah dibawah Milim-senpai, mungkin orang itu sudah mati dari tadi. Apa itu juga termasuk aku? Aku tidak bisa memastikannya, tapi aku berharap tidak.

Melihat dari serangan Beast itu yang lemah tapi cepat, besar kemungkinan tembok itu sampai tergores karena cairan pada cakarnya alih-alih murni kekuatan fisiknya. Itu hanya tebakan ku semata sih. Tapi aku yakin tentang hal itu. Kuakui aku mungkin akan kewalahan jika pergi melawan Beast itu sendirian.

Ditambah salah satu kekuatan Beast itu yang merupakan korosif, maka tentakel unguku tidak menjadi solusi efektif lagi di sini. Sudah dipastikan cakar, gigi, lidah, dan mungkin seluruh tubuhnya memiliki kekebalan terhadap kekuatannya sendiri. Padahal selain tentakel ku sendiri, mungkin aku akan tetap terluka jika terkena zat berbahaya itu.

Dan Milim-senpai? Hampir seluruh tubuhnya saat ini tertutupi armor. Itu artinya sejak awal serangan korosif seperti ini tidaklah menjadi masalah besar bagi dirinya. Pantas saja saat latihan, ia tidak samasekali melarang ku menggunakan tentakel ungu itu. Tetapi tetap saja, sebagian area tubuhnya tidak dapat tertutupi armor sepenuhnya; seperti pada bagian persendiannya. Bagian inilah yang sangat berpotensi terluka karena terkena serangan Beast itu. Itulah yang sangat membuatku gelisah. Aku yakin Ciel juga menyadarinya, dan khawatir meski dalam sikap monotonnya.

Sungguh, aku ingin membantu senpai.

Gawat! Beast itu semacam mengumpulkan energi di mulutnya, dan arah serangannya tepat menuju senpai. Aku tidak tahu efek pasti serangan itu, tapi yang pasti itu sangat berbahaya.

"Senpai!" Aku memekik, mencoba memperingatkannya. Tetapi senpai tetap berada di posisinya.

"Jangan remehkan aku, kadal. Daripada membuang-buang waktu denganmu, lebih baik aku pergi berlatih bersama kohai-ku." Milim-senpai memperkuat posisinya; Menghunuskan pedang tajamnya kearah Beast itu.

Tensura: Rimuru and the Parallel world | Fanfic Tensei shitara slime datta kenWhere stories live. Discover now