Malam Bersama Derry

67 9 0
                                    

"Ini bukan ajakan makan malam yang baik, kau tahu?" tanya Rafael saat melihat Almaira malah sibuk dengan laptop, padahal ada makanan di atas meja mereka.

"Aku mengajakmu ke sini untuk membahas kesulitanku. Karena kasus yang kuhadapi sekarang sedikit rumit. Aku harap dapat petunjuk dari orang berpengalaman sepertimu," jawab Almaira.

Almaira bersikap cukup datar, tetapi Rafael seakan bisa memahami sikap ini terhadapnya. Apalagi, mereka jadi lebih sering bertemu karena Rafael jauh lebih berpengalaman dalam menangani kasus. Almaira terkadang memanfaatkannya untuk kepentingannya, tetapi sikap Rafael tetap sama.

Almaira pun beranjak dari kursi dan mengambil sebuah benda dari dalam laci, kemudian menyerahkan itu kepada Rafael. Sebuah dompet hitam kecil yang terbungkus dalam plastik ada di sana, membuat Rafael sedikit mengernyit.

"Itu dompetku, di sana ada sidik jari seseorang. Aku mau kamu memberikannya ke Pak Rudy karena aku membutuhkan data orang itu secepatnya." Almaira mengingatkan lagi pembicaraan mereka di gedung hotel tadi.

"Astaga, apa ada imbalannya untukku? Ini nggak gratis."

"Memangnya apa yang kamu mau?"

"Entahlah!" Rafael tersenyum kecil, melihat Almaira malah menatapnya sedikit ketus. "Makan malam sungguhan misalnya, aku menginginkan itu."

Almaira terdiam. Meski Rafael bisa disebut sebagai orang baik, tetapi tetap saja dia adalah seorang lelaki. Ditambah lelaki ini tahu persis masalahnya dengan Derry.

"Baiklah, aku akan mentraktirmu makan malam. Tentukan sendiri waktunya kapan," ujar Almaira pada akhirnya membuat senyum Rafael disisipi kepuasan tersendiri.

Sementara itu di luar pintu mereka semakin ribut. Derry yang sejak tadi berusaha ingin masuk terus menggedor pintu, tapi kedengarannya kali ini dia tidak sendiri sebab Almaira mendengar beberapa orang ikut bersuara.

Almaira menghela napas kecil, kemudian beranjak dari kursi. Namun, langkahnya sedikit terhenti karena Rafael menggenggam lengannya.

"Aku temani?"

"Nggak perlu, aku bisa--"

"Kamu nggak bisa menangani ini sendiri, Maira. Aku bersamamu, kamu lupa?" tanya Rafael lagi, kemudian beranjak dari kursi masih dengan genggaman tangannya pada Almaira.

Almaira pun hanya mengikuti langkah lelaki ini, dia bingung. Sampai Rafael membuka pintunya sendiri, tampak ada beberapa orang di depan kamarnya termasuk securitiy dan juga ibu mertuanya. Mereka semua terlihat terkejut melihat keberadaan Rafael di sana bersama dengan Almaira, hanya berdua saja.

"Lihat, apa yang dilakukannya di dalam sana? Dia jelas memasukkan lelaki ke kamarnya! Dia berhak diusir dari apartemen ini!" teriak Bu Riska. Hampir keluar dua bola matanya karena terus melototi kelakuan Almaira di hadapannya sekarang.

Sementara Derry sendiri tidak senang, dia akhirnya bisa melihat Almaira masih mengenakan pakaian utuh, tapi genggaman tangan Rafael pada wanita itu membuatnya sangat terganggu. Orang-orang berkumpul karena mendengar keributan dari teriakannya, hanya saja dia tidak mengira pemandangan ini yang harus dilihatnya.

"Apa kalian menuduh kami berbuat meesum di dalam?" tanya Rafael.

"Memangnya apa lagi yang kalian lakukan?! Keberadaan kalian di sini hanya meresahkan kami!" sahut Bu Riska lagi dengan nada tinggi.

"Meresahkan? Kalau Ibu mau, ruang tamuku ada cctv. Ibu atau kalian sekalipun bisa melihatnya agar kalian tahu kami sedang apa. Tapi jika terbukti aku dan Rafael nggak bersalah, aku akan menuntut Derry dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan karena terus mengganggu ketenanganku yang sedang bekerja sejak tadi." Almaira menjawab dengan nada datar tanpa mau melonggarkan pegangan Rafael padanya. Dia sangat puas melihat Derry seperti kepanasan dengan keadaan ini.

Pesona Istri Yang DikhianatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang