Hot And Possessive

80 10 0
                                    


"Ayolah, Derry. Mau sampai kapan kamu mempertahankan Maira? Dia juga sama sekali nggak bisa menyenangkan ibu. Apa Sonia aja nggak cukup buat kamu?" tanya Bu Riska kepada putra pertamanya itu.

"Maira tetap istriku meski dia nggak bisa menyenangkan Ibu," jawab Derry santai seraya melangkah ke luar pintu. Dia cukup sibuk karena malam ini adalah malam peringatan ulang tahun firma hukumnya yang ke 15 tahun.

"Bagaimana bisa begitu? Kamu harus tetap ada buat dia. Sonia akan mengajakmu makan di restoran besok siang, kamu harus bisa meluangkan waktu."

Derry menghela napas kecil. "Besok aku akan bepergian bersama rekan kerjaku selama 3 hari, Bu. Semua orang ikut, mana mungkin aku melewatkannya? Nanti aku yang akan menelepon Sonia. Sekarang, Ibu masuk saja. Aku pulang larut malam ini," ujarnya kemudian membenarkan tuksedo hitamnya.

"Tapi, Derry--"

"Maira?" Ketika Derry berbalik arah, dia melihat sosok Almaira yang juga baru keluar dari kamarnya. Mereka memang tinggal di satu gedung bersama, meski berbeda tempat. Derry sendiri yang memilih tempat ini karena ingin mengikuti ke mana pun Almaira pergi. Wanita itu sungguh sangat meresahkan baginya.

Bagaimana tidak meresahkannya, sekarang saja Almaira sudah begitu cantik. Tubuhnya yang lebih ramping dibalut dengan gaun anggun berwarna putih, rambut hitam panjangnya ditata apik ke belakang hingga lehernya tampak jenjang. Kulit putih bersih dengan make up flawless membuat kecantikan yang begitu natural dan indah di pandangan mata.

Derry tidak akan pernah melepaskan Almaira apa pun yang terjadi.

"Kamu mau berangkat? Kebetulan sekali, kita berangkat bareng, ya." Derry menawarkan tumpangan dengan senyum manisnya.

"Derry, apa yang kamu lakukan? Sonia akan salah paham denganmu!"

"Kamu dengar itu? Dengarkan aja apa kata ibumu, aku udah ada yang jemput." Almaira berkata sangat datar, kemudian melewati Derry dan Bu Riska tanpa senyum sedikit pun.

Derry segera melangkah cepat mengikutinya, tetapi Almaira tetap saja tidak acuh. Sikap wanita ini semakin ketus dan sangat galak setiap kali mereka bertemu, atau saat Derry mengajak bicara. Sikap ini sudah diterima Derry sejak 5 tahun lalu, padahal sebelumnya Alamira begitu menyenangkan, ramah, dan murah senyum. Semua itu telah hilang dari diri Almaira ketika mereka bertengkar hebat oleh masalah yang terjadi saat itu.

"Siapa yang jemput kamu?" tanya Derry tanpa basa-basi.

"Rafael."

"Rafael? Maira ... apa kamu serius berhubungan sama dia?!" tanya Derry lagi seraya menarik tangan Almaira gar berhenti melangkah.

"Seserius pernikahanmu dengan Sonia. Kenapa memangnya?"

"Tapi kamu masih istriku!" teriak Derry memekik hingga ke sepanjang lorong di sekitar mereka.

"Istri?" Almaira tersenyum miring. "Berkali-kali kamu mengatakan itu, sepertinya kamu lupa pernah mengatakan perceraian secara lisan 5 tahun lalu? Apa kamu masih berhak menyebutku istri?"

"Astaga, saat itu aku sangat emosi, Maira. Aku tidak sengaja!"

"Sengaja atau enggak, nyatanya pernikahan kita memang udah hancur, kan? Cepatlah sadar, Der. Berhenti mengejarku sebelum kamu terkena masalah dengan istrimu itu. Setelah acara kantor kita selesai minggu ini, minggu depan aku akan pergi ke pengadilan untuk mengesahkan perceraian kita."

Derry mengeratkan pegangan di tangan Alamira, dia tidak pernah senang sedikit pun setiap kali wanita ini mengatakan akan pergi ke pengadilan. Hatinya begitu sakit, cintanya masih cukup besar kepada Almaira tanpa alasan.

Pesona Istri Yang DikhianatiWhere stories live. Discover now