Novania Lavender

273 28 5
                                    

Suara ketikan laptop itu terdengar sedikit menggema pada kamar kedap suara itu.

Novania Lavender, mahasiswi tingkat akhir yang sedang menjalani masa skripsinya.

Rambutnya yang acak acakan, kantung mata yang menghitam persis dengan panda, kulit yang terlihat tak segar. Pemandangan anak muda yang sedang stress. Nova sedang sibuk revisi skripsinya besar besaran.

"Ya Allah, gak kuat please. Setiap mau bimbingan selalu aja PHP mulu dospem gue." keluhnya sedih.

"Kenapa beliau ini suka bikin mahasiswanya overthingking sih!"

"Gue belum makan deh dari pagi, mana ini udah mau jam delapan." ucapnya pelan seraya melihat jam dinding.

"Mager masak. Gue beli ayam geprek tempat Bang No' aja deh."

Nova dengan cepat bergegas mengambil jaket, dompet serta kunci kostan nya. Ia berjalan sekitar lima ratus meter dari kostnya, berjalan pelan sembari menikmati udara malam Jakarta.

Anak rambutnya berterbangan kesana kemari akibat hembusan angin dingin yang menerpa wajahnya.

Kakinya berhenti bergerak ketika sudah berada tepat pada tenda terpal yang pada depan nya terdapat tulisan 'Geprek Sayang'.

Tempat makan disini lesehan beratap terpal biru. Menu ayam geprek disini cukup ringan untuk para pelajar rantauan. Seporsinya hanya dua belas ribu.

"Bang No', kayak biasa ya!" ujar Nova pada penjual bernama Sutrisno.

"Siap nyonya!" balasnya semangat.

Nova melangkahkan kakinya pada kursi plastik. Ia duduk disana menatap jalanan Jakarta yang tetap ramai walaupun pada malam hari.

"Udah empat tahun gue kuliah disini dan ntar lagi lulus. Nanti gue bakal gimana ya?" gumamnya sambil menerawang gelapnya langit malam.

"Kerja? Takut kagak keterima dah, tau sendiri gue kagak punya ordal."

"Nikah? Ide bagus juga. Tapi sama siapa njir!"

"Kalau nikah sia sia gue kuliah empat tahun ngabisin duit emak gue!"

"Bisa diulek idup idup gue sama Mamak!"

Entah tak sengaja mata Nova melihat jalanan yang sedikit lenggang diujung sana. Pandangannya melihat seperti ada siluet orang dengan pakaian tentara (?) namun seragamnya terlihat berbeda dengan yang sekarang. Wajahnya tak terlalu jelas, namun Nova bisa melihat bahwa orang itu tengah tersenyum padanya -mungkin-.

Senyumannya tak terlihat menyeramkan, namun terkesan terlihat bahagia, seperti ada sesuatu yang baik sehingga memunculkan senyum indah seperti itu.

"Neng Nopa! Ini pesanannya."

"Eh iya Bang!"

Nova mengambil pesanannya setelah membayar. Ia melihat kearah seberang jalan, Nova sudah tak melihat siluet orang tersebut. Yang anehnya lagi adalah ia sama sekali tak merasakan takut. Nova akui bahwa ia adalah seorang penakut, tidur menggunakan guling saja ia tak berani.

Jalanan terlihat lebih sepi dari tadi. Seperti jarang ada kendaraan yang lewat.

Sangking asyiknya melihat dan menikmati suasana kota Jakarta, tiba tiba kaki Nova tersandung dan menyebabkan ia terjerembab kedalam got yang berada dekat jalan raya.

Kepalanya masuk terlebih dahulu dan menyebabkan terbentur semen keras didalam got. Bisa Nova rasakan bahwa keningnya berdarah dengan cukup banyak.

"Revisi gue belum selesai." ucapnya pelan ditengah tengah rasa sakit yang mendera keningnya

Ia mencoba bangkit. Namun naasnya ia malah tak sadarkan diri.

Sayup sayup ia dengar suara seseorang dengan nada rendah.

"Takdir akan mempertemukan kita."

---------

Akhirnya kesampean buat cerita Om Pierre!

Gemi penggemar Om Pierre soalnya, awoak

Vote komennya cingtah.
Sehatt buatt kleann♡

Dia, PierreWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu