Pertemuan pertama, halo katamu

13 1 0
                                    

"Ada event yang perlu kamu urusi dan nggak bisa kamu kerjakan jarak jauh. Jadi perlu kedatangan kamu ke Kudus ya," ucap ketua organisasi dalam telepon via Whatsapp, nadanya meminta tolong, tapi ku tahu betul itu adalah komando. Ah sial, kenapa pula dulu aku ikut serta. Sudah enak-enak jadi mahasiswa tapi kok malah riweuh dengan organisasi.

Hai, aku mahasiswa semester empat yang mulai mengeluh, kenapa aku ikut serta organisasi. Perkuliahanku dilakukan daring, mengikuti organisasi di waktu ini adalah sebuah penyiksaan diri. Wajar saja cobaannya berat dan mengganggu waktu. Tapi tak apa, bukankah kita harus bertanggung jawab atas pilihan yang telah kita ambil?!

"Harus banget kak?" sahutku bertanya, sebenarnya itu bukan pertanyaan. Itu adalah penolakan halus yang membuatku harus pergi menuju kota itu, melakukan perjalanan dengan sepeda motor selama dua jam, sendirian? Bukankah itu memuakkan? Kepada siapa aku bercerita kalau sendirian? Masa iya, aku podcast lagi—ngobrol sendirian di atas motor kan kayak podcast.

Setelah telepon itu ditutup, mulutku tak hentinya menggerutu. Tak akan ada alasan macam-macam. Ketua itu tahu bahwa aku tidak punya pekerjaan mengikat, maka dengan terpaksa aku pergi ke kota itu. Hari Jumat, tak tahu tepatnya. Sepertinya masih di bulan Agustus.

"Jadi, kamu kan koordinator di bidang Humas, aku pengennya kamu bisa membagikan proposal di sini," tanpa basa-basi, disodorkannya aku selembar kertas berisi deretan nama perusahaan. Ya, ini adalah calon sponsorship event kami. Bukan hal yang asing untuk melakukan ini di kehidupan organisasi mahasiswa. Kami organisasi kecil, perlu suntikan dana cukup besar. Mungkin dengan modal cuap-cuap yang menyenangkan hati. Oh, kebiasaanku sekali, membual.

"Sendirian? Aku nggak mau kalau sendiri," aku memang dilabeli independent woman, tapi ini urusan lain. Aku bukan orang asli sini serta aku tak mau repot-repot membaca maps sendirian di jalan.

"Aku beneran nggak mau bagi ini sendirian ya," tambahku lagi.

Bukan aku kalau tidak melakukan komplain dalam pemberian tugas. Karena hidup adalah soal mengeluh sebelum tahu seberat apa itu pekerjaannya. Tak tahu kenapa, ketua ini hobby sekali meminta tolong ke aku. Padahal aku sudah menunjukkan ketidaksukaan. Dari sekian banyak takdir, aku tidak ingin jadi ketua. Bayangkan aku harus repot-repot seperti ini tiap saat, pasti melelahkan sekali.

"Aman, aku sudah menentukan partner yang tepat untukmu," ia tersenyum senang. Kenapa pula ia yang senang, kan yang dipasangkan aku. Tapi entahlah, aku tak peduli.

Jika dengan melihat tugas itu, artinya aku akan berada di Kudus dengan waktu yang cukup lama, dua sampai empat hari mungkin? Ah, aku ingin semuanya cepat selesai. Apakah bisa hari ini selesai? Sepertinya mustahil.

Ketua itu memberi kontak nomor kepadaku, adik tingkat. Ah, lebih tepatnya ia adalah mahasiswa satu tingkat di bawahku. Dia cowok, orang asli sini dan ia sepertinya orang baru. Hal itu terlihat jelas dari nama dan wajahnya yang asing bagiku. Sebelum kami berjumpa, kami melakukan janji. Aku biasa saja, karena bagiku aku telah melakukan banyak komunikasi dengan banyak orang. Bukan hal yang baru lagi. Di telepon kami janjian di depan masjid kampus timur.

"Mbak, aku ada urusan dulu ya. Jam 11 aku on the way ke sana," ucapnya singkat dalam telepon. Aku baru saja sampai ke kampus—aku naik motor dari rumah sejak tadi pagi.

Aku menggerutu, meski tak kuperlihatkan. Bisa-bisanya junior itu membuatku menunggu. Dia nggak tahu aku dari rumah subuh-subuh untuk bisa membagi proposal dan menyelesaikan ini dalam satu hari? Tapi, dia mengulur waktu sebanyak ini. Merepotkan orang saja.

Sepertinya dari pada aku menunggunya terlalu lama, aku bisa mencicil hal-hal lain dengan mengambil proposal ke Kabid-ku, yang apabila seseorang menyebalkan itu datang, ada hal yang sudah tersedia. Sabar ya aku, tak apa sesekali baik.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Aug 18, 2023 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Kita yang Tak IkatOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz