4. Shankara

35 7 1
                                    

Aku up lagi setelah ± satu bulan gak nengokin wp:"
Btw ada yg kangen Jiel Nacha?

.
.

Selamat membacaa

"Jie … kalo gue mau lo jadi pacar gue. Lo mau, gak?"

Uhuk uhuk

Kini bergantian Jiel yang terbatuk.

"Santai, bro. Lo salting, ya? Jangan-jangan lo suka sama gue?"

Lagi-lagi Jiel hanya menatap Nacha datar. Sementara Nacha terlihat biasa saja, seolah apa yang baru saja dia katakan tidak menimbulkan efek apapun pada degup jantung Jiel yang saat ini sudah berdetak di atas rata-rata.

"Jadi gini. Kemarin Zia bilang sama gue. Minimal gue haluin cowok yang nyata di real life gitu. Terus gue bilang, ya kalo ada gue gass. Tapi masalahnya kagak ada."

"Kenapa, ya, gak ada cowok yang nyantol sama gue satupun. Lo tau, gak? Padahal gue cantik, kan, cantik banget malah!"

Nacha beranjak dari kursi, ia menghampiri Jiel dan duduk di sisi meja, persis di hadapan Jiel. Nacha juga mengikis jarak antara wajah mereka. Sangat dekat. Hidung mancung milik keduanya bahkan nyaris bersentuhan. Jiel kian bisa merasakan hangatnya terpaan napas Nacha yang membelai lembut permukaan wajahnya.

"Cantik, kan?" Nacha menatap dua obsidian hitam milik Jiel yang sedikit lebih rendah darinya.

Merasa terhipnotis akan tatapan itu, Jiel lantas membalas sama lekatnya tatapan Nacha. Cowok itu kemudian beralih menatap bibir tipis yang terlihat sempurna dilapisi warna liptin pink natural. Ini gila. Nacha benar-benar berhasil menghilangkan kewarasannya.

Meneguk liurnya perlahan. Jiel bangkit dari kursi, menyamaratakan tinggi dengan Nacha. Menjadikan tangan kirinya sebagai tumpuan di atas meja, dan satu tangan kanannya di angkat untuk menangkup sebelah pipi Nacha. Mengelusnya singkat, selanjutnya turun ke dagu. Sejurus kemudian, ibu jari cowok jangkung itu bergerak mengusap sensual bibir ranum gadis cantik yang nyalar memporak-porandakan harinya.

Ah … rasanya Jiel ingin sekali meraup habis bibir mungil itu. Tapi dia tidak mau melakukannya tanpa seizin Nacha. Bukan takut, hanya saja Jiel menghormati Nacha sebagai perempuan.

"Terus … kalo gue bilang, gue mau jadi pacar lo. Gimana?" tanyanya pelan.

Nacha merasakan kupingnya memerah panas, ia lalu meneguk salivanya susah payah setelah mendengar lontaran kalimat Jiel yang sedikit berbisik, menusuk telinganya. Pula tak lupa, satu tangan kekar yang masih menempel di wajahnya membuat bulu kuduk cewek itu seketika berdiri. Keadaan ini sungguh aneh bagi Nacha.

"Ya berarti kita pacaran," kata Nacha santai, sambil menjauhkan wajahnya. Dia berusaha menormalkan keadaan.

"Lo nembak gue?"

"Hahaha … ya nggak, lah! Yakali gue nembak lo. Gue, kan, cewek. Mau di kemanain harga diri dan martabak gue sebagai cewek!" Kali ini Nacha mendorong tubuh Jiel sembari tertawa garing.

"Martabat! Lagian … harga diri lo, kan, udah lo jual."

"Sialan tu mulut kayak gak di sekolahin!"

"Emang enggak. Gue, kan, keseringan bolos. Lo lupa? Pertama kali kita ketemu karena lagi sama-sama bolos."

Tak berminat menjawab, Nacha hanya melemparkan tatapan datar.

Ting nung

Suara bel yang baru saja terdengar sukses membuat dua insan yang sedang asik beradu debat pagi ini terdiam. Keduanya saling melemparkan tatap penuh tanya.

7P | MY JIE On GoingWhere stories live. Discover now