CHAPTER 16

2.9K 751 264
                                    

"A-apa?"

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"A-apa?"

"Maaf—hiks! A-aku juga melakukannya dengan Ayahmu. Ia terlihat begitu frustasi dan menenggak banyak alkohol setelah kematian Jungkook. Aku hanya mencoba untuk menenangkannya sampai—" Naeun menatap takut-takut, mengimbuh ragu, "Sampai akhirnya itu terjadi ..."

"Ah ..." Jungyoon tersenyum pahit. Raganya kian diisi amarah dan juga kekecewaan. "Luar biasa." ia menghempas ringan kepala Naeun, melepaskan genggamannya pada rambut si gadis. "Kalian berdua benar-benar luar biasa."

Naeun buru-buru bangkit dan memegangi kaki Jungyoon. "Tapi sungguh—kami hanya melakukannya satu kali. Kami tahu itu adalah kesalahan, dan sudah sepakat untuk melupakannya. A-aku juga tidak mengerti mengapa justru benihnya yang berkembang di perutku. Sumpah demi apapun, aku sangat mencintaimu, Ahn Jungyoon ..."

Jungyoon menunduk. Rahangnya masih tampak menguat, menandakan bahwa emosinya masih bergolak di dalam dada. "Apa Ayahku sudah tahu bahwa kau sedang mengandung bayinya?"

Naeun menggeleng. "Tidak. Aku tidak memberitahu siapapun."

"Kau juga sengaja memalsukan usia kehamilanmu?"

"A-aku tidak bermaksud untuk memalsukannya. Aku hanya mencocokkannya dengan tanggal dimulainya kebersamaan kita. Mengira-ngira. Aku tidak pernah memeriksakannya ke dokter karena aku takut hal seperti ini akan terjadi."

"Jadi kau masih ingin menikah denganku?"

"Y-ya, tentu." Naeun mengukir senyum pada wajah basahnya, merasa bahwa Jungyoon akan memaafkannya. "Kita harus menikah. Aku tetap ingin menikah denganmu."

"Kalau begitu, gugurkan."

Senyum Naeun lantas mengendur perlahan-lahan. "Apa?"

"Gugurkan, jika kau ingin menikah denganku." Jungyoon memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, berujar ringan, "Aku tidak mau membesarkan bayi yang bukan darah dagingku."

"Yoon, tapi—"

Jungyoon melangkah mundur, membuat genggaman Naeun terlepas. "Kuberi waktu dua hari untuk memikirkannya. Jika kau tidak mau menggugurkannya, akan aku batalkan pernikahan kita."

Naeun sudah kehabisan kalimat untuk dikuapkan. Belah bibirnya terbata tanpa suara, meraih kosong pada presensi Jungyoon yang tak lagi tergapai. Bola matanya meliar ke berbagai arah; bingung, kalut setengah mati. Ia benar-benar tak menyangka bahwa Jungyoon sungguh melakukan tes DNA, yang kemudian membuat hidupnya seolah dijungkirbalikkan sempurna—hancur berantakan dalam sekejap mata.

Di sisi lain, langkah Jungyoon mendadak terhenti tepat di depan pintu ruang baca, mengernyit saat mendapati sebuah alat penyedot debu bersandar apik pada dinding. Tidak biasanya para pelayan meletakkan barang-barang seperti ini secara sembarangan. Kerapian adalah yang utama di rumah ini.

Dan lagi, seingat Jungyoon tak ada alat penyedot debu di dekat bingkai pintu tatkala ia memasuki ruang baca beberapa waktu yang lalu.

"Suyeon-ssi ..." panggil Jungyoon ketika Suyeon melintasi koridor lantai dua di waktu yang tepat.

Ghost in Love✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora