Michi Ni Mayou

32 3 0
                                    

Thalia tidak ada di Coffee Lovers. Pelayannya juga tidak ada yang tahu ke mana perginya perempuan itu. Thalia memang benar-benar bikin repot! Otaknya yang sudah kusut mendengar kabar pernikahan Hana, sekarang bertambah ruwet.

Sejak awal bertemu Thalia, Tora sudah megira perempuan itu akan membawa banyak kesulitan. Pasti ramalan omikuji tadi keliru.

Dengan pikiran penuh kecamuk, Tora keluar Coffee Lovers, lalu mengedarkan pandangannya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Thalia. Dadanya berdebar-debar, khawatir terjadi sesuatu pada perempuan itu. Mau tidak peduli, tapi tidak bisa karena lensanya dibawa Thalia.

Tora melangkah dengan risau, sementara jarinya menyentuh angka-angka di layar iPhone-nya, lantas menempelkan ke telinganya. Nada sambung tidak juga berubah menjadi suara Thalia. Angkat teleponnya, bodoh! sungut Tora tak sabar. Ia mencoba lagi dan lagi. Tetap tidak dijawab. Kali berikutnya, ponsel Thalia tidak aktif. Damn!

Kenapa Thalia tidak menelepon atau-paling tidak-mengirimkan pesan padanya kalau mau pergi ke suatu tempat? Sekarang Tora tidak tahu harus mencarinya ke mana. Sejenak Tora menghentikan langkahnya. Ia berusaha menjernihkan pikirannya. Mungkinkah Thalia pergi ke salah satu butik atau shopping center?

Arrgh! Tidak peduli apa pun, ia harus menemukan Thalia. Tora segera melanjutkan langkahnya.

***

Tenang. Harus tenang. Thalia melihat-lihat sekitarnya, memastikan apakah jalan tempatnya berada sekarang adalah jalan kembali ke Coffee Lovers. Tetapi, mengapa kafe itu tidak ditemukannya juga? Jantungnya berdebar-debar keras.

Sebelum ini, Thalia masuk ke beberapa butik, membeli beberapa potong pakaian. Ia tidak tahu sudah berjalan seberapa jauh. Seingatnya, tadi ia melewati toko 100 Yen, namun ujungnya bukan kafe, melainkan sebuah konbini. Tidak mungkin, kan, Coffee Lovers tiba-tiba menghilang dan berganti sebuah konbini?

Seharusnya Thalia menuruti kata-kata Tora untuk tidak pergi terlalu jauh. Benar saja, sekarang Thalia tersasar dan tidak tahu jalan kembali ke Coffee Lovers. Ia membayangkan tersesat di Tokyo, tidak bisa pulang ke Indonesia, kemudian menjadi salah satu dari orang-orang homeless yang tinggal di jalan beratapkan kardus-kardus, seperti yang dilihatnya di beberapa sudut Tokyo.

Oke, imajinasinya berlebihan. Pikirannya benar-benar buntu. Panik, takut, bingung, semua bercampur jadi satu dalam benaknya.

Ponsel di dalam saku terasa bergetar. Thalia mengeluarkan benda itu. Melihat nama Tora di sana. Begitu paniknya, Thalia tidak terpikir menelepon laki-laki itu. Sebelum ia sempat menjawab, dering berhenti. Thalia lekas menelepon balik, tapi ponsel Tora tidak aktif. Ia mencoba lagi. Tetap suara operator berbahasa Jepang yang didengarnya.

Nyaris frustrasi, Thalia menurunkan ponsel dari telinganya. Ia terus berjalan, berusaha menemukan jalan kembali ke Coffee Lovers. Jalan yang dilaluinya terasa begitu panjang dan begitu jauh. Tidak berapa lama, ponselnya kembali berdering. Thalia buru-buru menjawab.

"Tora-"

"Kamu di mana?" Laki-laki itu bicara dengan nada kesal. Tersirat cemas..

"Saya..." Thalia melihat sekitarnya. "Saya nggak tau tepatnya di mana."

"Sebutin nama gedung, butik, restoran atau apa pun di dekat kamu."

Thalia menuruti. Sambil memutar tubuhnya, ia menyebutkan satu per satu gedung di dekatnya. Selanjutnya, Thalia melihat Tora berjalan mendekat padanya. Keduanya saling bertatapan dan saling menurunkan ponsel dari telinga.

Begitu Tora berdiri di hadapannya, Thalia memandanginya. Wajah Tora terlihat lelah. Napasnya naik-turun tidak teratur. Bulir-bulir keringat memenuhi wajahnya dan membasahi kaosnya. Kelegaan meliputi hati Thalia.

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Apr 26 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

Falling in TokyoNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ