Ai

57 6 0
                                    

Orang bilang cinta itu sederhana.

Tokyo, Juli 2022.

Setelah delapan jam berada di udara, akhirnya pesawat yang ditumpangi Tora mendarat di bandara Haneda-bandara internasional terbesar kedua setelah Narita.

"Ya, Bim. The flight arrived on time." Tora berbicara lewat telepon di tengah hiruk-pikuk bandara. Ia melangkah cepat dan lebar menuju arrival gate, sementara mendengarkan Bimo, redaktur pelaksana LiveLife, majalah tempat Tora bekerja, menjelaskan tentang beberapa perubahan spot liputan.

"I got it. Okay. I'll call you later." Tora mengakhiri percakapan dengan Bimo setibanya di lobi. Ia memasukkan iPhone-nya ke saku celana, lalu menatap keramaian sekitarnya.

Biasanya, setiap Tora berkunjung ke Tokyo, selalu ada Hana yang menjemputnya dan mengatakan "Okaeri." begitu melihatnya seraya mengembangkan senyum. Tora akan mendekat pada perempuan berdarah Jepang-Indonesia itu, kemudian memeluknya.

Tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh. Namun Tora berusaha semampu yang ia bisa. Karena itu, setiap kali memeluk Hana, rasanya ia ingin bisa mendekap perempuan itu selamanya.

Berapa lama sebenarnya arti kata 'selamanya'? Saat Hana memilih mengakhiri hubungan mereka beberapa lalu, Tora seperti terjaga oleh pukulan yang sangat keras. Membuatnya terkejut. Membuatnya masih tidak percaya.

Kini berada di antara orang-orang berlalu-lalang membuatnya merasa terasing. Langkah-langkah, papan hitam besar berkedap-kedip menginformasikan kedatangan dan keberangkatan pesawat, serta suara-suara percakapan yang berbaur dengan suara pemberitahuan jadwal penerbangan yang menggema hingga ke sudut-sudut bandara, membuat perasaan kehilangan semakin kentara.

Tora menarik napas berat, lalu melanjutkan langkah ke pintu keluar selatan. Ia menuruni eskalator yang membawanya ke stasiun Hamamatsucho yang masih cukup sepi pagi itu. Sepasang mata Tora sesaat melihat jam digital yang berada di atas loket karcis. Masih sempat, pikirnya.

Setelah mendapatkan tiket, Tora bergabung bersama penumpang-penumpang lain, menunggu di peron. Sekitar sepuluh menit kemudian, Yamanote Line datang. Tora lekas masuk, lantas melihat sekeliling. Gerbong itu masih lowong. Tempat-tempat duduk memanjang, saling berhadapan, masih banyak yang kosong. Ia mengambil tempat duduk di tengah.

Kereta tersibuk di Tokyo yang menghubungkan dua puluh sembilan stasiun dengan jalur melingkar itu melaju cepat meninggalkan stasiun Hamamatsucho. Melihat kelebatan pemandangan kota Tokyo sepanjang perjalanan, membangkitkan memorinya bersama Hana.

"Aku capek, Tor. Sebaiknya kita udahin aja semuanya."

Tora memejamkan mata sejenak, mengurangi denyut ngilu saat kata-kata Hana terngiang kembali. Baginya, antara dirinya dan Hana belum benar-benar selesai.

Karena itu, ia berada di sini untuk meluruskan segalanya.

***

Thalia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Ia melakukannya berulang-ulang sambil mematut dirinya di cermin kamar hotel tempatnya menginap di Odaiba.

Ini adalah pengalaman pertama Thalia berkunjung ke Tokyo sepanjang empat tahun berkarier di Belle Indonesia, sebuah media yang membahas fashion dan perempuan. Ia bekerja sebagai fashion editor. Setelah pengalaman meliput beberapa acara fesyen di Bangkok dan Hong Kong, kali ini Thalia dipercaya untuk meliput acara pameran fesyen internasional, sekaligus juga beberapa acara dan tempat menarik di Tokyo di akhir Juli. Pihak butik dan agensi travel yang menjadi sponsor, menyukai tulisan-tulisannya dan menginginkan dirinya yang menulis berita perjalanan ini.

Falling in TokyoWhere stories live. Discover now