36. peace

824 109 13
                                    



Asap merokok mengepul diruangan berukuran segi empat berukuran 4×6 itu. Disana ada Johnny, bersandar dengan kepala menengadah pada sofa mahal ruangan itu seraya menghisap rokoknya.

Semua orang disana hanya bisa menahan bau asap rokok yang tajam itu, diruangan sempit bersama seseorang yang tengah menghisap kejantanan tuannya dengan susah payah.

Johnny bahkan tidak bersuara sedikitpun, seolah-olah hisapan demi hisapan yang diberikan artis papan atas terkenal itu tidak berefek kepadanya.

"Humh..." pria itu masih berusaha membuat Johnny untuk cum. Tapi pria itu masih saja tidak bergeming. Semuanya menatap pria itu dengan tatapan kasihan,

Mereka semua tahu, tidak ada satupun orang yang mampu memuaskan Johnny. Kecuali satu orang, tentu saja.

30 menit berlalu, dan Johnny sudah mulai geram. Hisapan pria itu pada kejantanannya mulai terasa menjijikkan. Jadi, dia kemudian memberi gestur kepada anak buahnya untuk menjauhkan orang itu. Sementara dirinya, dengan dingin mengancing kembali resleting celananya.

"Kumohon, tuan. Beri aku kesempatan lagi! Kali ini aku akan memuaskanmu!" Pria cantik itu memberontak saat pengawal Johnny memegangi bahunya, dengan niat untuk menyingkirkannya.

"Cukup. Aku sudah lihat seluruh kemampuanmu tadi, pergilah," suruh Johnny, tanpa hati.

"Tuan. Aku benar-benar membutuhkanmu, jadilah sponsorku. Kumohon, tuan! Aku belum menggunakan seluruh kemampuanku, aku bisa melakukan lebih baik jika kau mengizinkanku memasukkannya ke-!"

Johnny berdiri tiba-tiba. Pria itu tersentak bersamaan dengan Johnny yang berdiri menjulang dihadapannya dengan tatapan muak. "Kau kira penisku bisa masuk kemana saja?"

"Tu-tuan..."

"Apa popularitasmu itu sudah membuatmu lupa diri?" Johnny menekan kemaluan pria yang merupakan aktor papan atas itu tanpa belas kasihan, "Padahal kau hanya budak entertainment. Beraninya kau bermimpi bisa naik ke ranjangku?"

Pria itu berdiam, seluruh tubuhnya bergetar mendengar nada dingin dan penuh kecaman itu,

Padahal dia mendapat informasi kalau presdir Seo sudah putus dengan kekasihnya dan akan mulai bermain bersama pria dan wanita cantik lagi,

Tapi kenapa begini?! Jangankan membuatnya cum, mendesah sekali sajapun dia tidak!

"Kami akan mengusirnya." Pengawal berbadan tegap itu lalu menarik aktor itu dengan kasar, sementara Johnny duduk kembali di sofa mahalnya dengan tubuh shirtless.

Ruangan itu tidak serta merta diam,

Tapi,

Johnny dengan santainya menaikkan kakinya ke meja yang disediakan anak buahnya diruangan itu, dan kemudian melirik kearah seorang pria yang sudah tua menggeliat dengan tubuh penuh darah.

Johnny tersenyum lebar. "Ayah, ada apa? Ada yang tidak nyaman?"

Headmaster yang sedaritadi menyaksikan adegan panas itu hanya bisa menggeliat. Johnny tahu, pria tua itu pasti sangat mengutuknya kali ini. Tapi apa boleh buat?

Bagaimanapun dia yang membuat Johnny seperti ini.

"Hmpf!!"

"Ah. Mulutnya dibekap, ya. Buka itu."

Bersamaan dengan perintah itu, bekapan dimulut headmaster dibuka, dan segera saja pria itu memenuhi ruangan itu dengan sumpah serapah. "ANAK TIDAK TAHU DIUNTUNG. AKULAH YANG MERAWATMU HINGGA DEWASA, DASAR SIAL!"

Johnny memejam dengan ekspresi seperti sedang menahan tawa, "Terimakasih atas kebaikan hatimu merawatku. Kalau begitu, kali ini aku akan membalasnya. Jasa ayahku yang merawatku hingga besar, sebaik mungkin."

"Apa...?"

"Kurung dia."

Setelah kalimat dingin dari Johnny terucap, para pengawal yang sedaritadi siap diperintah itu kemudian menunduk dan menarik headmaster yang sudah tua dan ringkih itu keruangan penjara khusus milik Johnny.

Tentu saja itu tempat dimana dia, menyiksa dan membunuh setiap orang yang mengganggunya.

Ah, tapi, tentu saja headmaster tidak akan mati disana.

Johnny sudah berjanji pada seseorang untuk tidak menyentuh mangsanya, kan?


***



Kalau kalian tanya apa saja yang dilakukan Johnny selama seminggu penuh ini,

Dia mengamuk.

Johnny itu pria yang dikatakan akan mewarisi kerajaan gelap ayahnya, tapi dia menolak untuk naik ke tahta itu dan bertahan dengan perusahaan bersihnya yang taat pajak itu. Semua orang kira kalau Johnny itu penakut.

Tunangannya saja, Yoo Rami dengan percaya diri melamar Seo Johnny sangat bertekad penuh untuk menikahinya demi mendapatkan itu. Suami tampan kaya raya yang penurut. Dia pikir Johnny itu tidak bisa memegang senjata dan tidak akan berani turun langsung jika berada dimedan perang, jadi dia sangat bertekad menjadikannya suami.

Semua orang menganggapnya begitu sampai saat-

Johnny mengarahkan pedang keleher mereka.

Setiap kali pemimpin yang baru naik, maka selalu akan diadakan pesta untuk itu. Para konglomerat, mafia, gangster, politikus, yang mendengarnya segera saja merencanakan sesuatu untuk membuat Johnny tunduk pada mereka, tepat dihari dimana kabar Headmaster diturunkan secara paksa dari organisasi gelapnya tersebar.

Singkatnya, mereka ingin mengendalikan Johnny dan keluarga Seo tanpa tahu jika Johnny adalah monster yang lebih gila daripada ayahnya yang ditakuti itu.

Di pesta itu, mereka hanya ingin memberikan hadiah padanya berupa tembakan pada lututnya agar pria itu tahu diri dan berlutut dengan patuh kepada mereka.

Tapi,

Saat Johnny dengan senyuman psikonya mulai menarik pedang,

Darah semua orang berdesir.

Semuanya terjadi dalam sekejap, Johnny, seperti orang gila menebas semua orang yang mendekat atau bahkan menampakkan gigi mereka dihadapannya.

Politikus, mafia, gangster,

Semuanya hanya bisa diam saat Johnny mulai meliuk dan menebas semua orang dengan tertawa.

Gila.

Baru kali ini mereka melihat orang gila yang menari sembari menebas orang lain.

"Fiuh, bagaimana penampilanku?" Beberapa orang yang tersisa itu terhenyak saat Johnny bertanya dengan santai, padahal disekitarnya sudah menjadi lautan darah. "Jangan diam saja. Aku baru saja latihan memakai pedang. Bukankah ini keren?"

Mendengar itu, mereka semua segera saja bertepuk tangan dengan canggung, keringat mengucur deras didahi, saat melihat lelaki yang berdiri sengan seringai psikopat itu tertawa kecil.

"Bagaimanapun, aku menghargai ketololan kalian dengan mencoba membuatku berlutut. Sejujurnya itu sangat lucu dan menggemaskan, tapi aku minta maaf," Johnny menyarungkan pedangnya dengan santai. "I am only in my knees when i fuck my hyung with doggy style, haha."

Semua orang masih diam lagi. Johnny sukses menoreh trauma dan mimpi buruk untuk mereka, rupanya.

"Mulai sekarang, kalian, mengertikan?"

"Eh... ya..." mereka menjawab dengan ragu.

"Yoo Rami. Aku sengaja membiarkanmu hidup karena kau lumayan lucu saat berpikir bisa menundukkan aku. Tapi ketahui batasmu, oke?" Johnny menunjuk wanita yang berdiri lurus seolah olah jika ia bergerak, ia akan mati saat itu juga. "Kalau kau menggangguku lagi, saat itu juga kau harus membuang mimpi untuk dimakamkan lengkap dengan kepalamu. Mengerti?"

Memang harus begini, ya,

Untuk membuat mereka tenang dan tidak mengganggu Namjoon Hyung lagi?

Hah, damainya.

Who's Dominant? - Namjoon x JohnnyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz