Gift Song Jaenandra

33 14 8
                                        

"Dek, nanti pulang bareng Jae ya."

Intrupsi tiba-tiba dari bang Surya yang sibuk membereskan gitarnya, hari ini untuk kedua kalinya saya berada di dalam studio latihan band enam hari.

"Abang mau ke Gubeng dulu, pulangnya bakal telat juga." Dibawanya tas gitar itu dengan terburu-buru.

"Je titip adek gue, lecet awas." Ucapnya kepada lelaki yang duduk disamping saya sambil memberikan gestur membunuh. "Bri, Will, Don balik dulu."

"Shappp..."

"Gue juga duluan bang, ada janji ketemu sama dosbing." Kali ini giliran Doni pamit.

Kini studio yang cukup sedang tersebut agak sedikit sunyi, mungkin bisa saja benar-benar sunyi jika tidak ada Brian yang sedari tadi berdebat dengan Wildan.

"Nggak bisa Will, kalo minggu depan gue skip sih, ada bimbingan."

"Jadi gimana dong bang masa kita manggung cuma berempat."

"Ya udah sih, kemaren juga gue manggung sendiri."

Saya diam menjadi pengamat cekcok mereka berdua, Jae sepertinya juga hanya memilih diam di samping saya.

"Bang Je, gimana?"

"Ya udah terserah, gue sih free, tapi kalo Brian gak bisa minta pengembalian jadwal aja, atau empat orang juga nggak papa."

"Nggak bisa bang, mereka mintanya enam hari full team, kalo semisal kita batalin bisa kena pelanggaran."

"Kok bisa, emang udah tanda tangan?"

"Udah bang, kemarin, salah gue juga sih bang nggak tanya dulu sama kalian." Terang Wildan. "Jadi gimana?"

"Em, lo nggak bisa ngundur atau majuin jam bimbingan lo gitu Bri."

"Yang bener aja Je, nggak enak lah gue, masa mau di undur janjiannya aja udah dari satu minggu yang lalu, bisa nggak lulus bener gue kalo kayak gini."

"Minta jam manggungnya habis Brian bimbingan aja gimana, itu kan acaranya mulai dari sekitar jam sembilan yang rencananya enam hari jadi band pembuka, minta rolling aja kalo bisa di acara penutup." Saya memberikan saran kepada mereka.

"Kalo enggak, kasih penawaran di acara pembukannya Jae atau bang Surya ngisi dulu, solo. Terus full teamnya di acara penutup."

Mereka bertiga, menatap saya.

"Setuju." Jae tersenyum.

"Gue juga setuju, coba deh nanti gue konfirmasi dulu, maaf ya bang, untung ada Mayra, makasih loh."

"Lain kali tanya dulu, untung ada cewekku." Jae menepuk-nepuk bahu saya.

"Fiks butuh manager!" Celetuk Brian.

"Bapak lu, mau."

"Tapi bener sih bang, biar nggak bentrok juga kayak gini." Wildan menimpali.

"Iya sih, tapi siapa?"

Kompak Wildan dan Brian menoleh kearah saya, saya berikan tatapan tajam kepada mereka berdua, ada sedikit rasa menyesal saya ikut mencampuri urusan band mereka.

"Nggak."

"Setuju."

Saya dan Jae menjawab bersama.

"Nggak."

"Ra, pliss lah."

"Bujuk Je bujuk, yuk Will nongki dulu." Sungguh tidak berperi kemanusian sekali Brian malah meninggalkan saya dan Jae yang masih menatap saya, berharap saya mau menerima tawarannya.

"Semangat bang, gue pergi dulu."

Saya menatap lesu kepergian mereka berdua. "Nggak Je, aku nggak mau."

"Ra, demi aku lah, coba dulu deh satu bulan, lagian kan kamu yang paling ngerti kita-kita."

Saya diam sejenak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan jika nanti saya benar menjadi manager ala-alanya enam hari.

"Oke, tapi coba dulu satu bulan nanti aku pikirin lagi kedepannya."

"Yessss." Dipeluknya saya, "makasih cantik."

"Modus."

"Sama pacar sendiri ini."

Jae melepaskan pelukannya, lalu tangannya meraih gitarnya, haduh sepertinya keadaan ini membuat kesehatan jantung saya tidak aman, kemungkinan yang baru saya pikirkan malah akan terjadi.

Jae ini gitaris enam hari yang banyak fansnya, mustahil jika saya tidak menjadi salah satu fansnya, Jae dan gitar itu perpaduan yang sempurna alasan saya tadi menolak tawaran mereka adalah jika nanti, saya benar menjadi manager mereka, saya takut kerja saya jadi tidak profesional.

Bucin? Terserah kalian saja, tapi saya benar-benar tidak menjamin jika nanti kerja saya bisa profesional, Jae dan gitarnya selalu bisa mengalihkan dunia saya.

"Dari kejauhan tergambar cerita tentang kita
Terpisah jarak dan waktu ingin ku ungkap rinduku
Lewat kata indah
Tak cukup untuk dirimu"

Suara merdu Jae membawakan lagu, yang akhir-akhir ini sedang trending di aplikasi musik, swalayan dekat kampus hingga radio-radio lokal Surabaya.

"Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu
Dan apabila tak bersamamu
Kupastikan kujalani dunia tak seindah kemarin"

Lain kali saya harus berterimakasih kepada Brian dan Wildan yang meninggalkan kami berdua di studio ini. Tak lupa juga dengan Doni yang sudah sejak tadi pergi, saya juga akan berterimakasih dengan bang Surya yang sudah menitipkan saya ke Jae hari ini.

Jika tidak mungkin saja Jaenandra tidak menyanyikan Komang, tepat di hadapan saya. Terimakasih Raim Laode untuk lagunya yang berkesan dan juga untuk pacar saya yang sudah memberikan song gift untuk saya.

Jae, "Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu."

All About Jaenandra [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن