BAB 10 - HEWAN DI ATAS DINDING GUA

1.5K 180 60
                                    

Maaf kalau amburadul, ya.
Belum di edit soalnya.

-BAB 10-

|HEWAN DI ATAS DINDING GUA|

"Aku rasa kita harus bersiap-siap lagi." Pangeran Rugero berucap sambil mengeluarkan pedangnya. Pangeran Inocenzio sampai berusaha untuk berdiri sendiri tanpa bantuan Pangeran Rugero, agar sang Kakak bisa mengeluarkan pedangnya tersebut.

Mendengar hal itu, yang lain pun bersiap dengan senjata masing-masing. Varischa juga semakin tangguh dengan Aryina milik Ratu Ramera. Pangeran Jeofrel juga menggenggam erat Katana kesayangannya.

Babak selanjutnya akan segera dimulai...

Tak lama kemudian, dari balik bebatuan, satu persatu serigala kembali bermunculan. Mereka sama seperti sebelumnya, memiliki mata yang merah dan taring-taring yang sangat tajam. Para serigala itu menggeram saat melihat mereka. Namun, tampaknya belum ada kesempatan buat menyerang terlebih dahulu, maka dari itu Varischa dan yang lainnya hanya mewanti-wanti dari jauh.

Tapi sayang...

Mereka datang ke kandang musuh.

Lawan mereka ternyata lebih banyak dari pada di awal.

Pangeran Hannes melihat ke arah atas tebing Lembah Dirmaga. Seketika bulu kuduknya merinding melihat banyaknya kawanan serigala yang mengepung mereka dari berbagai arah. Jumlah kawanan serigala saat ini lebih banyak dari pada tadi. Ditambah lagi mereka memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan lebih sangar dari pada serigala sebelumnya.

"Anthanasius memiliki kekuatan yang sangat besar. Aku tidak bisa mempengaruhi mereka," keluh Pangeran Rugero sembari memegangi kepalanya.

Di detik selanjutnya, kawanan serigala mulai berlari ke arah mereka. Pangeran Hannes pun ikut berlari, tapi ke arah air sungai yang mengalir di samping mereka. Sungainya cukup dalam dan beraliran deras, berasal dari air terjun di ujung Lembah Dirmaga. Sungai inilah satu-satunya yang tidak membeku di Lembah Dirmaga, dipergunakan sebagai air kehidupan mereka.

Pangeran Hannes menggerakkan tangannya dengan lihai, seketika air sungai mengikuti gerakannya. Pangeran Hannes membuat sebuah aliran air di udara yang bergerak meliuk-liuk seperti seutas lain tipis yang diterbangkan dan kemudian ia mengarahkannya ke Pangeran Inocenzio. Air tersebut melingkari di sekitar Pangeran Inocenzio dan menjadi tabir perlindungan bagi Pangeran Inocenzio yang sudah dalam keadaan sekarat. Setelah melakukan hal tersebut, Pangeran Hannes kembali ke tempatnya semula.

"Mereka tidak akan bisa menyerang Ino. Itu akan menjadi tabir perlindungan untuknya," kata Pangeran Hannes.

"Kak Hannes, kau tidak perlu-"

"Diamlah, Ino. Biarkan kami yang menyelesaikan ini semua." Pangeran Jeofrel menyela sembari menarik keluar Katananya yang mematikan.

Yang lain juga sudah bersiap dengan senjatanya masing-masing. Posisi mereka sangat siaga, mewanti-wanti serangan dari arah depan, belakang, bahkan samping. Mereka kalah jumlah, pasukan kerajaan belum tiba sampai saat ini karena terbatasnya jumlah kuda yang bisa membawa mereka ke Lembah Dirmaga. Mungkin saat ini pasukan kerajaan hanya bisa berjalan kaki untuk tiba di Lembah Dirmaga ini. Dan tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi walaupun kalah oleh jumlah, Raja Ambraka, keenam Putra kerajaan, dan Varischa percaya bahwa mereka bisa mengalahkan para pasukan serigala ini.

Varischa mengangkat tangan ke udara, kemudian anak panah berasal dari cahaya muncul di telapak tangannya. Aryina sangat berguna untuk melawan ribuan serigala ini.

"Itu adalah Atlas." Raja Ambraka berucap. Di depan sana, ada sesosok serigala seperti Raja Ambraka. Dari segi fisik terlihat sama. Bahkan bisa dikatakan bahwa mereka terlihat kembar. Hanya saja mata Atlas berwarna merah akibat pengaruh Anthanasius.

(Seri 2) D'FORSE | FINDING THE MISSING Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon