🍂11. Kesedihan Reandra 🍂

0 0 0
                                    

Semua seperti senja, hal yang indah dan mempesona hanya sementara, dan akan hilang pada waktunya.



– Selamat membaca –

– Selamat membaca –

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.





***











"Demi gue? Tau apa lu tentang gue? Emang lu siapa berhak ceramahi gue?! Gue juga bukan apa-apa lu, jadi lu gak usah banyak omong!"

Reandra masih mengingat jelas perkataan Raksa saat malam itu. Ucapan Raksa benar-benar membuat Reandra sedih.

Kondisi toko pagi itu masih benar-benar kosong, hanya Reandra yang ada di sana. Dia juga belum memberi tanda 'buka' di pintu toko.

"Kejam lo, Sa. Lo yang ngajak gue berteman, tapi lo juga yang gak anggap gue teman. Kalo gini akhir nya, gue lebih milih nolak ajakan pertemanan lo dulu."

Reandra memejamkan matanya, kemudian membaringkan kepalanya di atas meja, dan tangannya ia jadikan sebagai alas kepalanya. Sungguh, ini pertama kali nya Reandra merasakan perasaan aneh di kala ia memiliki seorang teman. Lebih tepatnya, teman yang tak menganggap nya. Raksa itu teman pertama nya. Namun lihatlah apa yang Raksa lakukan pada Reandra kali ini.

"Udahlah, buka toko aja."

Reandra mulai membuka toko, memperlihatkan tanda buka, dan mulai membereskan apa yang tadi sempat ia tunda untuk di bereskan.

Pria itu mulai menyibukkan dirinya di toko. Dia ingin melupakan sedikit saja tentang Raksa kali ini. Dia sakit hati pada Raksa, namun dia juga berpikir bahwa Raksa tidak salah, karena malam itu, dia masih dalam keadaan kepala panas. Atau bahkan, Reandra juga berpikir kalau dia nya saja yang terlalu pede untuk berteman dengan Raksa, yang notabenenya lebih terpandang daripada dirinya.

"Permisi, saya mau beli bunga."

Reandra mulai berlari kecil untuk menghampiri pelanggan. Dia mulai menyibukkan kembali dirinya sendiri. Bukan karena pelanggan atau pekerjaan nya, namun dia sengaja agar bisa melupakan sementara tentang ucapan Raksa yang membuatnya sakit hati.

Bukan sakit hati yang membuatnya ingin membenci Raksa, tapi rasanya ia benar-benar tak bisa menerima ucapan Raksa masuk ke dalam hati nya. Itu membuatnya sakit.

Setelah melayani pelanggan, Reandra kembali mengerjakan yang lain, seperti menyapu, mengatur ulang pot-pot padahal sudah kesekian kalinya di pagi itu ia membereskannya, menghiasi buket bunga, dan sebagainya. Reandra benar-benar ingin membuat dirinya sibuk.

Twilight MemoriesOnde histórias criam vida. Descubra agora