Jimin tidak menghubungimu bahkan sampai melewati malam dan menjelang pagi lagi. Hanya ada Jiso yang berkunjung dan marah-marah di depan apartemenmu. Kau tidak tahan dengan kesengsaraanmu dan memutuskan membuka pintu apartemen. Jiso melihatmu berantakan, dia menanyaimu apa yang telah terjadi. Tapi kau pingsan tanpa sempat menjawab pertanyaannya.

Kau bangun ketika orang-orang membawamu ke dalam ambulance. Jiso duduk di sebelahmu dia sedang mencoba menelphone seseorang dan dia melihatmu sadar.

"Apa kau baik? Apa yang terjadi denganmu?"

"Jangan menelphonenya." Alih-alih menjawab pertanyaanmu kau menyuruhnya untuk menutup telephone.

"Aku mencoba menelphone Jimin tapi dia tidak mengangkatnya."

"Jangan menelphonenya, please.."

"O-oke." Jiso menutup telphonenya, dia melirik petugas kesehatan yang sedang memberi injeksi inpusan padamu. "Ceritakan padaku, apa yang terjadi." Katanya, kau hanya mengangguk dan memalingkkan wajahmu tidak sanggup menatap Jiso.

Jimin tidak tahu kau dirawat di rumah sakit salama dua hari, Jiso tidak memberitahu siapapun kecuali memberitahu Chaeyoung, sahabatmu yang lain bahwa kau dirawat. Kau tidak menerima panggilan dari Jimin, tidak juga membalas pesannya. Kau membiarkan handphonemu diambil Jiso yang marah bukan main tahu bahwa Jimin menyelingkuhimu. Kau telah menceritakan semuanya pada kedua sahabatmu. Dan mereka mendukungmu dengan ikut mencaci maki Jimin serta menyuruhmu untuk segera mengakhiri hubunganmu dengannya.

"Siapa namanya? Seulgi? Sepertinya, aku pernah mendengarnya." Kata Chaeyoung.

"Sudah, jangan dibahas lagi." Katamu.

Kalian sedang bersiap untuk pulang, Jiso memanggil taxi, Chaeyoung mendorong kursi rodamu, ada satpam yang ikut membantu membawakan tasmu yang tidak seberapa.

Di dalam perjalanan kalian, lebih tepatnya Jiso dan Chaeyoung memulai sesi obrolan dengab penuh canda tawa, mereka berharap itu akan membuatmu tertawa atau menghiburmu. Namun, kau tetap tidak tergelak dengan candaan mereka. Kau masih banyak melamun, memikirkan Jimin dan selingkuhannya Seulgi. Kau tidak melihat jelas wajah Seulgi, tapi kau tahu dia luar biasa dari penampilannya. Rambutnya pirang panjang dan badannya seperti model. Semua itu tidak kau punyai. Rambutmu hitam tidak sepanjang rambut Seulgi, kadang rambutmu akan tiba-tiba mengembang dan mengeriting dengan sendirinya. Badanmu tidak seperti Seulgi yang porposional, tidak juga seperti Chaeyoung dan Jiso yang langsing bukan main. Kau pendek, hanya 158cm, badanmu cukup berisi 51kg dan walau kau mencoba diet, berat badanmu tidak akan berubah banyak. Mungkin itu yang membuat Jimin berpaling darimu. Kau biasa-biasa saja. Tidak terkenal di kampus seperti Jimin. Kau mungkin hanya beruntung menjadi pacar Jimin selama ini.

Ketika kau dan teman-temanmu berjalan di lorong mengarah ke pintu apartemenmu, ada Jimin di depan pintu apartemen, dia melihatmu dengan kerutan di wajahnya ketika melihat kedua temanmu.

"Dari mana saja? Kenapa kau tidak menjawab telphoneku?" Jimin berjalan menghampirimu, dia tidak Nampak khawatir tapi terlihat kesal.

"Dia baru saja pulang dari rumah sakit. Kau yang darimana saja ketika pacarmu sakit?" Chaeyoung menyelamu, dia begitu memusuhi Jimin dibanding denganmu. Kau tidak bisa membenci Jimin walau kau tahu dia menyakitimu.

"Apa?" barulah Jimin terlihat khawatir, "Apa yang terjadi? Kau sakit apa? Kenapa tidak menghubungiku?"

"Jimin-"

Jiso hendak berbicara namun kau memegang tangannya agar dia diam. Kau menggeleng ketika Jiso memprotesmu. "Aku tidak apa-apa. Maaf, aku tidak memberitahumu, aku tidak mau kau khawatir."

Chaeyoung berdeham, dia tidak setuju kau berbicara baik pada Jimin.

"Terimakasih, Jiso. Terimakasih Chaeyoung kalian telah mengantarku. Biar aku masuk bersama Jimin, kalian boleh pulang untuk melanjutkan tugas kuliah kalian. Bukankah kalian hendak menyelesaikannya sekarang?" katamu.

"Tidak, biarkan kami-"

"Iya, benar. Kami punya banyak tugas." Jiso memotong ucapan Chaeyoung, dia menggenggam tangan Chaeyoung agar dia diam. "Jimin, jaga dia baik-baik. Kami pamit pergi, kami telah menginap menemaninya dua hari ini dan kami belum menyelesaikan tugas kuliah kami." Jiso paling tahu apa yang harus dia lakukan untuk membantumu berbohong.

"Maaf" ucapmu.

"Hei, tidak apa-apa. Kami akan selalu ada untukmu." Kata Chaeyong, dia sedikit menyindir Jimin.

"Terimakasih, sungguh." Kata Jimin, dia membawakan tasmu yang dipegang Jiso. Jiso dan Chaeyoung pamit pulang, mereka masuk kedalam lift dan menghilang. Sementara Jimin membawamu masuk ke dalam apartemenmu.

Dia membantumu duduk di sofa. "Kau membuatku khawatir." Kata Jimin. "Mau aku buatkan sesuatu?"

Kau mengeleng, "Ada yang ingin aku bicarakan. Duduklah.." katamu.

Kau mendapati kerutan diwajah Jimin. "Sebenarnya kau sakit apa?"

"Hanya kelelahan." Dia mungkin mengira kau sakit sesuatu yang serius seperti kanker. Tapi kau mengecewakannya hanya dengan mengatakan kelelahan. Tentu saja kelelahan karena tidak tidur, tidak makan, dan terus menangisinya selama dua hari sampai akhirnya kau tumbang.

"Aku mengira kau pergi ke rumahmu ketika tahu apartemenmu kosong." Katanya. "Tolong, beritahu aku kalau kau butuh sesuatu atau ketika kau tidak enak badan. Aku akan mengantarmu pergi ke rumah sakit. Aku tidak ingin menjadi pacar yang buruk tidak tahu keadaanmu."

Kau terkekeh miris. Jimin memang pacar yang buruk. Dia telah berselingkuh tapi masih saja bertahan bersamamu.

"Aku melihatmu bersama Seulgi." Katamu. Kau berusaha tegar walau sebenarnya kau bergetar, menahan sakit hati, dan tangisanmu.

Wajah terkejut Jimin membuatmu kecewa. "Apa yang kau lihat?" Tanya Jimin, dia berubah menjadi lebih serius, tidak berusaha mengelak, itu membuatmu berkali-kali sakit hati. Kau tidak bisa menahan air matamu. Laki-laki yang berjanji akan ada untukmu selamanya, tidak akan meninggalkanmu, dan hanya akan mencintaimu itu telah mengakui bahwa dirinya telah berselingkuh.

"Kalian berpelukan...., dan...ber-ciuman di depan gedung apartemenmu ketika kau pulang dari malam nonton film kita." Kau masih berusaha tegar dan tidak terisak.

"Sial.." Jimin mengusap wajahnya dan terlihat frustasi, tapi dia tidak menyangkalnya. "Kau mengikutiku?"

Kau hanya mengangguk, "Kau banyak melupakan janjimu dan datang terlambat disetiap kencan kita. Kau berbohong, aku melihat handphonemu, Seulgi menghubungimu. Kenapa kau tega, Jimin? Kenapa kau-" kau terisak dan tak bisa berkata-kata.

"Tidakkah kau berpikir kenapa aku melakukan ini semua?" Jimin terlihat marah, dia mengeraskan rahangnya dan kau tidak mengerti kenapa dia marah. Seharusnya kau yang marah.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau marah! Seharusnya aku yang marah! Kau yang telah selingkuh!" kau tidak lagi bisa bersabar menghadapi Jimin, kau meledak.

"Dasar egois, kau selalu saja menyalahkanku! Ini juga salahmu!"

"Kenapa aku yang salah?! Aku setia padamu! Aku selalu memberi apapun yang kau mau! Aku memberimu segalanya!"

"Kau sungguh tidak mengerti." Jimin berdiri dan hendak pergi.

"Aku memang tidak mengerti kenapa kau berselingkuh! Jimin! Diam di sana!" kau meraih Jimin, menarik jaketnya membuatnya menghadapmu. "Aku tidak mau berhubungan dengan orang yang telah menyelingkuhiku."

Jimin terkekeh, "Baiklah jika itu maumu." Katanya, dia benar-benar pergi dari apartemenmu.

Setelah pintu tertutup kau merosot ke lantai dan menangis sejadi-jadinya.

***

TBC

I Hate You, But I Love You | Jimin BTSWhere stories live. Discover now