26. You Never Walk Alone

19 4 0
                                    

Selamat menjalankan ibadah puasa 😊

Dan selamat membaca, semoga kalian suka dengan part yang aku tulis^^


"Kecuali satu, kamu ninggalin aku. Aku takut, Jenderal."

Sesaat, Jenderal terpaku mendengarnya hingga nyaris kehilangan kata-kata namun didetik berikutnya sebuah lengkungan manis terbit dikedua sudut bibir yang ranum itu, sebuah senyuman yang meneduhkan seperti embun pagi.

"Emangnya aku mau kemana sih Lana sampe mau ninggalin kamu, kamu ngomong gitu kesannya aku kayak mau mati tau gak?!"

Terdengar helaan napas dari bibir Lana meski samar-samar dan sekarang ia berpikir apakah ada yang salah dari ucapannya? Gadis itu hanya takut, hanya dilanda sebuah ketakutan dengan segala pikiran negatif yang menyerang otaknya akhir-akhir tentang dia— laki-laki yang disayanginya.

Ciitt...

Suara kursi yang ditarik menimbulkan suara decitan yang cukup menganggu. Gadis itu belum menjawab maupun bersuara, sibuk mengambil posisi duduk didepan lawan bicaranya yang saat ini sedang menatapnya heran dengan senyuman tipis.

"Enggak gitu," seumpama setelah sekian purnama akhirnya dua kata keluar dari bibir gadis itu dan Jenderal masih harap bersabar dengan kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh gadis itu.

"Aku cuma takut."

"Apa yang kamu takutin, Lan? Kalo hal yang kamu takutin adalah aku ninggalin kamu, kan' aku udah pernah bilang meskipun aku nantinya bakal pergi dari hidup kamu aku bakal pergi secara baik-baik."

Sejujurnya itu adalah kata penenang sekaligus pembuktian namun ditelinga Lana itu adalah satu kalimat yang cukup menyebalkan dan mampu membuat dirinya kesal dua kali lipat.

"Gak ada pergi secara baik-baik dalam setiap hubungan, tetap aja itu menyakitkan, yang namanya perpisahan baik itu buruk atau pun enggak tetap aja bakal menyakitkan, tetap aja bakal ninggalin luka yang dalam. " sanggahnya dengan intonasi nada kesal yang cukup jelas.

"Iya aku paham." potong Jenderal. "Tapi seenggaknya berpisah secara baik-baik itu sedikit mengurangi rasa sakit dan luka, bahkan mampu membuat berdamai dengan masa lalu sedikit lebih cepat."

Lana masih belum terima terlihat jelas dari air muka gadis itu yang terkesan kesal dan jengah. Sementara, si laki-laki yang memperhatikan menarik kedua sudut bibirnya, satu tangannya bergerak mengacak pucuk kepala gadis dengan surai coklat sepunggung itu.

"Muka nya jangan ditekuk gitu, jelek tau gak?" kata Jenderal.

Kini gadis itu mencebikkan bibirnya. "Emangnya aku tuh kapan sih cantik dimata kamu?"

"Pas lagi senyum. Kamu cantik saat lagi tersenyum dan menangis."

Pipi Lana nyaris merona kalau saja tidak cepat-cepat gadis itu mengontrol raut wajah dan jantungnya yang akan berdebar kencang.

"Terserah kamu deh!" pasrahnya.

Si laki-laki tertawa kecil, sejujurnya dia suka melihat Lana yang sedang kesal yang entah karena apa dimata laki-laki itu Lana terlihat lucu dan mengemaskan.

"Jen."

Lamunan laki-laki itu yang sibuk mengagumi kegemasan langsung buyar ketika orang yang sedang ia kagumin memanggil dirinya. "Iya, Kenapa?"

"Kamu gambar apa... Maksudku ngapain kamu gambar orang sedang ngintilin orang?" tanya Lana sambil sibuk memperhatikan gambar sketsa yang dibuat oleh Jenderal. Sebuah gambar yang berisi seorang laki-laki dan perempuan yang dimana si laki-laki mengikutin si perempuan dari belakang, terkesan seperti mengintilin tapi bagi Jenderal gambar itu bermakna melindungin.

Jenderal Dan Semesta [✔]Where stories live. Discover now