PART 03

163 8 1
                                    

who?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

who?

-

Pukul sembilan malam dihebohkan oleh Vika yang membangunkan semua anak panti karena perhiasannya hilang. Pemilik panti asuhan itu memutuskan untuk menggeledah kamar mereka satu persatu.

"Awas aja ya kalau kalian ketauan!" Ancam Vika lalu mulai menggeledah, tak lama setelah itu hasil dari kamar perempuan terbukti kosong, sekarang giliran kamar laki-laki.

"Buk, coba cek di tas Alaska." Usul Ikhsan. Lantas Vika segera mengecek tas Alaska dengan mengeluarkan semua isi tasnya. Dua benda berkilau jatuh tepat di depan kaki Vika, semua mata melotot kaget karena perhiasannya ada di tas milik Alaska.

"KURANG AJAR YA KAMU!" Bentak Vika sambil menampar keras pipi Alaska.

Alaska menahan sakit di pipinya lalu menatap tajam kearah Ikhsan. "Ulah Lo kan?" tanyanya dengan tenang.

"Mau lempar balik fakta?" balas Ikhsan.

Alaska berdecak. "Basi trik Lo san!" Hardiknya.

"Udah bu, kasih hukuman aja ke Alaska!" sela Ikhsan agar Vika tak ikut menuduhnya.

BUGH!!

Sebuah tinjauan keras mendarat tepat di wajah Ikhsan. Sudah cukup selama ini Alaska selalu jadi bahan pelampiasan kesalahan mereka, sudah cukup Alaska menahan rasa emosi yang berkecamuk di hatinya. Rasanya malam ini Alaska sangat marah, Alaska muak, ia lelah selalu disalahkan.

"Sekarang terserah Lo semua mau nuduh gue kaya gimana, mau gue ngelak pun nggak akan ada yang percaya!" ujar Alaska.

Vika menyeret tangan Alaska dengan kasar lalu membawanya keluar. "Pergi kamu dari sini, saya udah nggak mau urus kamu lagi!" ucapnya seraya mendorong Alaska.

Alaska menatap pemilik panti itu dengan sengit. "Tanpa Lo suruh pun gue bakal pergi dari sini!" Sebelum melangkah keluar Alaska menatap mereka semua penuh dendam.

Dengan perasaan kecewa yang teramat besar akhirnya ia melangkah pergi. Selama ini panti asuhanlah tempatnya pulang, tempatnya berteduh dan tempat Alaska bertemu dengan malaikat pelindung yaitu Bu Vina. Bukannya merasa berat hati meninggalkan tempat itu, tapi di usianya yang sekarang Alaska belum bisa mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari.

Alaska terus berjalan tak tentu arah, langkahnya yang lambat membuat malam ini terasa panjang. "Sekarang kemana Alaska harus pulang?" ia menatap langit agar air matanya tak jatuh. "Bu Vina, apa Alaska boleh ketemu ibu sekarang?" tanyanya.

Tatapannya beralih pada lorong sepi yang gelap di ujung kios, lalu melangkah ke sana. Melihat tumpukan kayu Alaska memutuskan untuk duduk sambil memikirkan nasib hidupnya besok. "Sial!" gerutunya sambil meninju kayu karena kesal.

"Ternyata benar Lo, Alaska!" Ujar lelaki yang terlihat sebaya dengannya.

Alaska memicingkan mata lalu tersadar karena suara cowok itu. "Saran gue mending Lo pergi sekarang," usir Alaska masih tenang.

SAMUDRA ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang