IV

82 14 17
                                    

Dayana baru saja turun dari taksi online yang ia pesan. Ia tiba di sebuah restoran yang belum lama ini melakukan grand opening. Harusnya perempuan itu  menuju restoran menggunakan mobil kesayangannya. Sayangnya dikarenakan supir yang bertugas mengantar kendaaran dari pihak service center sedang melayani pelanggan lain, maka ia terpaksa menggunakan taksi online.

Beberapa hari yang lalu Hari menghubunginya. Sudah lelah dengan spam chat yang dilakukan lelaki itu akhirnya Dayana mengalah untuk bertemu. Setidaknya lokasi restoran tak jauh dari rumah juga asramanya Abi. Ia juga sudah menghubungi lelaki yang sudah dianggap adik sendiri itu untuk menyusulnya. Sebenarnya ada kekhawatiran sendiri saat mengiyakan ajakan Hari untuk bertemu.

Begitu memasuki restoran Dayana disambut seorang pelayan wanita cantik yang ramah. "Selamat sore, untuk berapa orang kak?"

"Sudah reservasi katanya, atas nama Hari."

"Oh, sebentar saya cek dulu," ucap pelayan tersebut lalu berbicara dengan rekannya di balik meja kasir.

"Kak, mari ikut saya," ajak pelayan wanita itu setelah beberapa saat melihat datanya. Dayana mengangguk ia melangkah mengikuti sosok di depannya.

Pratu Abimanyu
Mbak, maaf saya nggak bisa datang. Ada acara. Nanti Bang Rey yang ke sana.

Mata Dayana membulat begitu membaca pesan yang baru saja dikirim oleh Abi. Ia merasa sungkan dengan senior Abi tersebut. Baru bertemu kemarin lalu hari ini ia sudah mengganggu waktu lelaki itu untuk menemaninya.

Dayana
Aduh, kan sungkan, Bi. Yasudah, aku udah share location.

"Kak, ini meja reservasi atas nama Kak Hari. Silakan duduk, ini menunya. Jika sudah siap, silakan panggil saya," ucap pelayan itu. Dayana menganggukan kepala mengiyakan.

Dayana menunggu Hari sekitar sepuluh menit. Waktu yang cukup untuk semua menu yang ia pesan tersedia di hadapannya.

"Maaf, udah lama nunggu," ucap Hari begitu ia duduk. Dayana mengangguk lalu sibuk menyantap makanan ringan di depannya. Seorang pelayan wanita lainnya mengangsurkan buku menu kepada Hari.

"Day," panggil Hari. Dayana menghentikan makan lalu meminum latte icenya.

"Ya?"

"Terima kasih sudah mau meluangkan waktu. Maaf kalau pesan-pesanku mengganggumu." Dayana diam, dia hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.

"Saya minta maaf atas kelakuan saya beberapa waktu lalu. Jujur saya memang tertarik sama kamu. Namun, ada beberapa hal yang membuat saya memilih mundur. Setelah mundur bukannya tenang justru wajah kamu yang selalu muncul di kepala saya. Maju mundur untuk ngubungin kamu lagi. Munculnya Abi membulatkan tekad saya untuk deketin kamu lagi. Kali ini saya serius dan saya ingin mengajak kamu untuk melangkah ke jenjang serius lagi," ungkap Hari serius.

Dayana terdiam. Ia menatap semua gerak-gerik Hari. Mungkin lelaki di hadapannya ini serius. Tapi, di hati perempuan ini nama Hari sudah tak ada lagi. Cara dia pergi tanpa pamit sangat membekas di kepalanya. Hal itu sulit sekali dilupakan.

"Setelah semuanya sekarang abang minta balik?" Dayana tersenyum sinis. "Aku emang suka sama abang. Dulu, bahkan berharap lebih. Aku yang baru sembuh dari sakit karena dikhianati lelaki ngarepin kamu adalah penyembuh lukaku. Tapi apa? Yang aku dapetin ternyata bukan sembuh tapi nambah luka baru. Sekarang aku tanya, apa Abang pernah dapet pesanku habis ngilang?"

Halo!! Tante?Where stories live. Discover now