Chapter 6

571 91 15
                                    

Ketika bel berbunyi kelas masih riuh oleh murid yg sibuk bergosip. Baru ketika guru memasuki kelas, murid yg lain sedikit tertib. Yah ini sudah menjadi kebiasaan tak heran guru pun sudah menyerah.

Renjun meletakan kepalanya di meja menyamping menatap layar ponselnya sedari tadi.

Malaikat maut

Mn. Selamat malam

3 kalimat yg sangat menakutkan di kirim oleh orang yg paling tak di sangka. Ia bahkan sampai terjungkal di pagi hari ketika mengecek WeChatnya. Mengucek beberapa kali matanya untuk memastikan apa ia rabun atau apa tapi nyatanya Jisung memang mengirimkan teks seperti itu tadi malam.

Haaaa....

Nafas berat keluar begitu saja, ia menutup layar dan memejamkan matanya bersiap untuk tidur.

Hingga pergantian jam pelajaran Renjun masih tertidur di kelas. Ia lupa bahwa guru yg mengajar sekarang adalah orang yg cukup galak juga kejam. Haechan yg sudah was-was berbisik untuk membangunkan Renjun tapi percuma Renjun tidur nyenyak seperti orang mati.

Guru itu menelusuri setiap meja untuk memastikan semuanya siap menerima pelajaran darinya.

Tring

Satu meja kosong dan pemiliknya tengah tertunduk untuk tidur siang di kelas. Guru itu memastikan siapa itu dan setelah mengetahui orangnya darahnya mendidih sampai ke kepala.

Langkahnya cepat dan kuat ia mengambil buku paket yg sangat tebal lalu ia gulung si genggamannya.

PLAK

Suaranya begitu nyaring dan menyakitkan yg tertidur pulas pun seketika terbangun menatap orang yg memukulnya dengan keras.

"Sialan"

Guru itu terkejut, mendapat umpatan dari muridnya sendiri semakin membuat ia kesal.

"Apa!?"

"... Tidak, maaf ssaem" Renjun menunduk seperti menyesal namun nyatanya tidak sama sekali. Bukannya ia takut, hanya saja ia malas. Energinya sudah pergi sejak tadi pagi, jadi ia hanya akan mengalah dan membiarkan ini berlalu.

Merasa menang jiwanya semakin semangat untuk menghakimi murid nakal ini.

"Maaf? Hah baiklah tak ada yg bisa di harapkan dari anak sepertimu. Aku tidak mengerti bagaimana orang tuanya mendidik anak menjadi seperti ini. Tidak ada harapan, sangat suram"

Renjun yg awalnya diam. Terpukul oleh kata-kata ‘tak ada harapan’ yg di tunjukan padanya.

Mungkin itu benar, memangnya apa yg bisa di banggakan dari orang sepertinya, masa depan seperti apa yg bisa di harapkan dari anak yg sudah rusak. Keluarganya sudah kacau, masa depannya semakin sulit untuk di lihat.

Tapi, mendengar langsung tepat di depan wajahnya memang sedikit menjengkelkan ia mendongak menatap guru itu.

"Ya, perkataan anda memang benar ssaem. Tapi.... APA YG KAU TAU TENTANG HIDUPKU" layangan bogem mentah diterima oleh guru itu hingga tersungkur dan meja di belakangnya terdorong.

Siswi di kelas seketika menjerit karena terkejut.

"KAU HANYA ORANG ASING"

kegaduhan semakin terasa. Guru itu bangkit memegang pipinya yg berdenyut.

"Kau.. KAU!!"

"Ya ini aku. Anak nakal yg tidak ada masa depan lalu apa hakmu" wajah Renjun sangat merah dadanya naik turun karena rasa marah yg memuncak.

Tendangan kembali di layangkan oleh Renjun, seakan ia telah di rasuki, ia tak bisa berpikir jernih dan kembali menghajar guru itu sampai babak belur.

Murid di kelas hanya bisa menyaksikan kejadian itu, mereka tak berani menyela apalagi memisahkan keduanya, mereka terlalu takut melihat Renjun yg mengamuk tak terkendali. Sebagian murid keluar untuk memberitahu guru lain tentang hal ini.

ANTIDOTUM [SungRen] || ENDWhere stories live. Discover now