10

2 1 0
                                    

"Memang seberapa parah lukamu? Sampai kau tampak begitu menderita?" Tanya yang tertua.

"Anggaplah luka ku hanya goresan kertas pada ujung jari mu. Yang kau torehkan, kala setiap kata dan cerita mu ku dengar. Hari lepas hari." Jawab yang termuda

"Lantas? Pada akhirnya, luka mu tak sesakit luka ku. Jika itu hanya goresan kertas!" Tambah yang tertua.

"Semua ku kembalikan pada ekspetasi mu sendiri." Ucap yang termuda sambil berlalu.

Tak lama, yang termuda mendengar kabar duka mengenai yang tertua. Pakaian serba hitam yang dipakainya, bercampur dengan warna biru tua pada payung yang dipakainya pada hari pemakaman tersebut.

Beberapa orang di pemakaman menghampiri nya, "ada banyak hal yang perlu kami selesaikan dengan mendiang, kau yang bersangkutan dengan nya. Hanya satu-satu nya jalan keluar bagi kami."

Yang termuda mengangkat kepalanya, dan mengalihkan pandangan nya pada tempat peristirahatan yang tertua.

"Kau hidup, dan aku mati. Goresan kertas itu tak ada yang mengobati, membusuk di hinggapi lalat dan bakteri."

Hari itu, langit berduka karna kematian dia jiwa di atas bumi yang sama.




EverlastingSummerFromHeaven

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Narasi Awan || Cloud 0Where stories live. Discover now