1

5 1 0
                                    

Terlahir di keluarga yang sempurna; bahkan semua orang ingin berada di posisinya. Namun, dia masih saja menderita akan perasaan bodohnya. Memusuhi dirinya sendiri hingga muak di rasanya, ingin ia memuntahkan sesuatu yang tinggal dalam dadanya, tapi yang ada hanya darah dan kelenjar, yang dirinya sendiri tak dapati apa hal itu. Lelah, bernafas pun rasanya sangat melelahkan, tapi tak diketahuinya apa yang membuatnya terbebani selama ini. Bukan tanpa usaha; upaya intropeksi telah menjadi paket makanan setiap harinya, hingga ia mengingat kejahatan terdalam yang dialaminya, menariknya kembali ke dalam lubang rasa sakit yang tak diharapkannya. Tak ada yang dapat menghentikan hal tersebut, kecuali dengan mata terpejam dan nafas yang teratur—terkadang terlalu pelan hingga membuat seisi rumahnya kepanikan sendiri hingga heboh.

Narasi Awan || Cloud 0Where stories live. Discover now