Sisi Lain

122 21 0
                                    

"Hal pertama yang harus kau lakukan adalah, meminta maaf padanya"

Lan xichen menghadap punggung Jiang wanyin. Punggung lurus dengan pemiliknya yang tengah menjalankan tugas, tanpa tertinggal sedikitpun.

Masih teringat pesan pamannya, untuk meminta maaf pada punggung yang di pandangnya. "Tapi apakah ini sopan? Aku tidak tahu apa yang harus aku minta maafkan" Menghela napas, mempersiapkan diri untuk bertemu dengan seseorang yang akhir - akhir ini sering ia temui.

"Jiang zongzhu" Lan xichen memberi salam. Jiang wanyin hanya mengangguk dan melanjutkan fokusnya pada telur. Mendapat respon yang tak banyak, namun memang begitulah apa adanya, Lan xichen bergabung duduk dan mulai menyalurkan energi spiritualnya.

Hanya ada suara gemerisik air di sekitar mereka. Suara dengkuran tidur dari haise. Serta sepoi angin sesekali. Lan xichen terus memandangi sekitar, mencari waktu yang tepat untuk menjalankan amanah pamannya.

"Kau sudah lebih baik Zewujun?"

"Eh?" Lan xichen terkejut, karena Jiang wanyin yang memulai pembicaraan di antara mereka. Tidak seperti biasanya.

"Em, iya. Aku sebenarnya tidak terlalu ingat apa yang terjadi. Tapi setelah kesadaranku kembali, Shufu benar - benar marah padaku. Karena itu, Jiang zongzhu, maafkan saya jika kala itu saya merepotkan zongzhu"

"Sangat"
Senyum yang awalnya lebih baik, berubah menjadi senyum kecut karena mendapat jawaban langsung dan jelas yang tidak mengenakan hati.

Saat matahari naik, Jiang wanyin pamit untuk lebih awal kembali. Memang biasanya, Jiang wanyin akan menetap di gusu hingga menjelang malam. Melihat tidak ada kesempatan untuknya berbicara lebih banyak, Lan xichen hanya tersenyum dan mempersilahkan pulang.

Memandang punggung yang semakin jauh. Hingga haise juga berada di sisinya, melakukan hal yang sama. Memandang punggung tuannya yang semakin jauh. Lan xichen yang melihatnya tersenyum. Raut sedih pada haise terlihat jelas untuknya. Tanpa permisi, Lan xichen membelai bulu haise. Yang tentu saja mendapat erangan penolakan darinya.

"Nie zongzhu, surat dari Yunmeng" Tanpa berpikir panjang, Huaisang membuka surat tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nie zongzhu, surat dari Yunmeng" Tanpa berpikir panjang, Huaisang membuka surat tersebut.

Nie furen, bisakah kita bertemu. Aku akan mengatakan semua dan mendengar pendapat Anda

Huaisang tidak merasa ada yang aneh pada isi surat tersebut. Huaisang hanya penasaran dengan apa yang akan dikatakan Jiang wanyin pada istrinya. Istrinya bahkan baru saja menyelesaikan persalinan. Tidak mengatakan kedatangan surat yang ditujukan pada istrinya, Huaisang membalas isi surat itu sendiri.

Jiang xiong, aku tidak tahu. Tapi jika memang itu penting, apakah Jiang xiong keberatan untuk aku datang? Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.

Isi surat balasan Huaisang pada Jiang wanyin. Hingga beberapa hari kemudian, Jiang wanyin dan Huaisang berkomunikasi melalui surat. Yang semakin lama, isi surat tersebut diberitahukan pada Nie ye, istri Huaisang. Yang semakin lama, isi surat yang berupa kebenaran Jiang wanyin membuat Huaisang geleng - geleng kepala.

Teratai Yunmeng Jiang 2Where stories live. Discover now