Dania

115 14 1
                                    

~Cepen~

============

Dania

Wanita tiga puluhan duduk di atas pasir pantai memandang debur ombak yang berkejaran pelan. Angin pantai berembus lembut membelai rambutnya yang bercahaya terkena sinar bulan.  Sesekali jemarinya menyelipkan rambut yang membelai wajah ke balik telinganya.

Dulu menjelang hari raya hatinya resah saat keluarga besar berkumpul. Pertanyaan kapan menikah membuat hatinya tidak nyaman.

Dania bukan ingin menunda pernikahan, bukan juga tipe pemilih, dan bukan juga wanita tertutup. Bukan berarti, dia bebas berpacaran.

Setiap pria yang mendekatinya, Dania merespons dengan baik. Namun, semua akan berakhir berpisah karena tidak mendapat  restu. Alasannya karena Dania anak diluar nikah.

Sewaktu muda ibunya membuat kesalahan sehingga harus melahirkan tanpa suami.

Seorang anak tidak minta dilahirkan. Seandainya boleh memilih, ia akan memilih minta dilahirkan dari keluarga yang baik agamanya.

Pernah juga ada seseorang pria memaksa menikah meskipun tanpa restu, tetapi Dania menolak. Buatnya pernikahan itu bukan saja menyatukannya dengan suami, tetapi menyatukan dua keluarga.

Namun demikian, Dania tidak pernah membenci ibunya. Wanita yang melahirkannya memang bersalah, tetapi dia sudah menebusnya dengan memperbaiki kehidupannya. Demi Dania, dia juga tidak ingin menikah lagi. Ibunya hanya ingin mencurahkan seluruh kasih sayangnya untuk Dania.

Kegundahannya malam ini melebihi dari pertanyaan kapan menikah. Hatinya seperti berada di dua persimpangan jalan, mana yang harus dipilih. Minggu yang lalu, Dania baru saja menerima lamaran dari pria. Adik ibunya mengenalkannya dengan anak temannya.

  Keluarga pria itu pun tidak memasalahkan asal-usul Dania. Buat mereka yang terpenting Dania-wanita baik dan siap menjadi istri yang baik.

Sejak awal, ibu Hakim selalu memanggilnya Ratih. Berulang kali Hakim meluruskan kalau namanya Dania.

Awalnya, Dania tidak begitu memedulikan, tetapi obrolan sepupu Hakim tanpa sengaja didengarnya.

Mereka mengatakan, Hakim pernah bertunangan dan gagal menikah. Karena sebab itu, Hakim sampai sekarang tetap menyendiri hingga usia mendekati kepala empat.

Karena ketika pria itu akan dijodohkan, Hakim tidak menolak pilihan ibunya.

Dania berpikir, mungkinkah Ratih itu tunangan Hakim yang wajahnya mirip dengannya?  Karena pria itu langsung menerima permintaan ibunya. Jika iya. Dania merasa bimbang ingin melanjutkan sampai jenjang pernikahan. Dia khawatir kalau Hakim menyukainya karena wajahnya mirip mantan tunangannya.

Awalnya, Dania menerima saja dipanggil Ratih. Lama kelamaan ada rasa penasaran menyelimuti hatinya. Pransangka buruk memenuhi rongga hatinya.

Dia terus menduga bahwa Ratih adalah mantan Hakim. Mungkin itu juga alasan Hakim menerima perjodohan dengan Dania.

Akhirnya,  Dania sudah mengambil keputusan. Dia tidak akan meneruskan sampai ke jenjang pernikahan. Dia tidak akan menikah dengan pria yang menerimanya karena wajahnya mirip mantan tunangannya.

Dania menatap senja yang mulai memerah dari balik kaca kafe. Hari ini, dia janjian bertemu Hakim.

Pria mengenakan kemeja bergradasi abu-abu menghampirinya. Dania pun memesan minuman untuk Hakim.

"Ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" tanya Hakim setelah menyecap cokelat panasnya. Dania diam. Tetiba lidahnya kelu untuk berucap.

"Nia," panggil Hakim.

"Aku rasanya tidak akan melanjutkan hubungan kita." Suara Dania pelan.

"Kenapa?"

"Ratih. Dia mantan tunanganmu, kan? Mirip aku?" Dania langsung menuduh.

Hakim diam, dia menatap lekat Dania.

Minggu pagi, Hakim datang menemui Dania di rumahnya. Sejak dua hari pertemuan mereka di kafe, pria itu tidak menghubunginya. Dania pikir, Hakim menyetujui permintaanya, tinggal Dania menjelaskan kepada ibunya alasan tidak dapat meneruskan hubungan.

"Kita mau kemana?" tanya Dania saat Hakim mengajaknya keluar, setalah beberapa hari tidak menemuinya.

Hakim tidak menjawab, dia membawa mobilnya ke tempat pemakaman umum. Hati Dania masih diliputi rasa ingin tahu. Langkah Hakim berhenti saat berada di salah satu makam.

Ratih Dwiyani. Ada tulisan terpahat di batu nisan.

"Ini mantanmu?" Hakim menggeleng lalu tersenyum.

"Dia-Ratih adikku. Meninggal sepuluh tahun yang lalu. Wajahnya mirip denganmu. Dia meninggal saat akan menggugurkan kandungan. Dia hamil sama pria sialan yang tidak mau bertanggung jawab. Maafkan Mama kalau selalu memanggilmu Ratih. Aku menerimamu bukan karena mirip Ratih. Mama menyukaimu. Bukankah banyak kerbekahan saat kita menikah karena Mama merestui kita?"

Dania menatap pria di hadapannya. Raut pria itu  tenang dan dewasa.

"Aku gagal menikah karena tunanganku tidak ingin punya mertua ODGJ. Sejak Ratih meninggal, Mama seperti kehilangan arah, jiwanya terguncang.  Mama miliku satu-satunya setelah kepergian Papa dan Ratih. Setiap hari aku berusaha mengembalikan jiwa Mama tanpa memikirkan diriku. Aku tidak menikah sampai usia seperti ini, bukan karena belum move on. Aku ingin melihat Mama sehat kembali. Akhirnya Mama kembali normal, aku pun harus memikirkan kebahagianku. Apakah masih ragu denganku?"

Dania tidak dapat berkata-kata. Ditatapnya pria yang akan menjadi suaminya. Tidak ada alasan baginya untuk menolak lagi. Pria yang menyayangi ibunya, pasti akan menyayangi istrinya.

Dania mengangguk, senyum tipis pun  terkembang di bibir pria itu.

Bekasi, 5 Februari 2023

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now