"Lo nganterin gue balik, terus lo baliknya gimana?" Tanya Naray memecah keheningan.

"Gue udah biasa" Jawab Yura singkat.

"Tanpa menyinggung status sosial lo..."

"Gue udah tau, yang akan lo tanyakan ada hubungannya sama status sosial gue" Potong Yura cepat.

Naray diam. Padahal yang akan dia tanyakan menurutnya biasa saja. Salah Naray juga kenapa bilang begitu.

Naray diam dan menyadari perubahan suasana di dalam mobilnya.

"Mau nanya apa?" Tanya Yura

"Lo kok bisa bawa mobil?" Tanya Naray penasaran.

Bagaimana Naray tidak penasaran, skill Yura membawa mobil lebih baik dibanding supirnya yang sudah bekerja hampir dua puluh tahun sama ayahnya Naray.

Yang di lakukan Yura cuma mengambil dompet usangnya dan memperlihatkan SIMnya.

"Lah? lo udah legal?" Kaget Naray

Yura hanya mengangkat bahunya acuh sambil memperhatikan jalan.

.

"Lo gak mau masuk dulu?" Tawar Naray

"Gak" jawab Yura singkat.

Mengingat ini sudah hampir pukul satu malam.

"Lo bawa ini aja deh" putus Naray setelah kembali dari mengambil kunci salah satu mobil koleksi ayahnya. 

Naray sudah memilih koleksi yang paling murah yang paling mengurangi rasa bersalahnya dan sudah komat kamit meminta izin pada mendiang ayahnya. 

"Sayang kalau ga kepake Yah" Begitu kiranya.

Naray membawa Yura ke parkiran koleksi mobil mendiang ayahnya.

"Lo suka sama gue?" Tanya Yura langsung.

Naray menatap Yura horor.

Yura tidak peduli dan langsung pergi dari sana. Tanpa membawa kendaraan yang di tawarkan Naray.

"Lo kalau udah sampe kabarin!" Teriak Naray yang tidak tahu didengar atau tidak oleh Yura.

Setelah Yura hilang dari pandangannya, baru Naray beranjak masuk ke rumahnya. 

"Kabarin gue kalo udah sampe rumah"  Send.

Ragu dengan Yura mendengar teriakannya, Naray memilih untuk me-line Yura untuk memastikan.

Setelah sudah memastikan pesannya terkirim, Naray pergi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Ini sudah terlalu larut untung mengadapin hari Selasa esok. 

.

"Loh sudah siap?" Tanya Mentari bingung melihat anaknya sudah rapih di meja makan dengan seragam sekolahnya. 

Naray hanya tersenyum menanggapi ibunya.

Mood Naray pagi ini hancur. Selain jadwal yang full; Fisika jam pertama, dilanjut kimia, biologi dan PKN, setelah selesai pembelajaran akan dilanjut dengan latihan rutin PMR. Sebenarnya, Naray sudah terbiasa dengan jadwal itu, hanya saja mendapati pesannya yang sampai sekarang belum dibalas oleh Yura membuatnya tidak semangat menjalani Selasa sial ini.

"Lesuh banget anak ibu" tegur Mentari.

Naray masih tidak menanggapi. Dia hanya menyantap sarapan yang disiapkan Mentari.

Sedangkat Mentari yang tahu anaknya sedang dalam mood yang tidak baik, dia memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.

.

Sesampainya Naray di sekolah, Naray masih dalam keadaan seperti pagi tadi. Naray tidak punya cukup teman untuk menghiburnya saat ini. Dia hanya berjalan lesu menuju kelasnya.

Di perjalanan, Naray kembali dikagetkan oleh Cakra. 

"Sendiri aja" Sapa Cakra

Naray hanya melirik Cakra sambil melanjutkan jalannya yang diikuti oleh Cakra.

"Lesuh banget Na? Lo gak papa?" Tanya Cakra

Orang-orang yang melihat mereka berjalan beriringan akan setuju kalau mereka berdua ini adalah pasangan serasi. Dari seragam mereka yang sama-sama ramai dengan lambang-lambang kepalang merahan, jabatan ketua dan wakil, tinggi badan yang serasi, satu yang paling banyak dibicarakan orang. Status sosial mereka sangat cocok.

Naray tidak pernah peduli pendapat orang-orang terhadapnya. Berbeda dengan Cakra yang merasa senang dengan cerita orang-orang terhadap dia dan Naray.

Saat Cakra ingin membuka pembicaraan, Naray yang kebetulan sudah sampai di kelasnya langsung pergi tanpa sepatah kata perpisahan untuk Cakra, dan Cakra sudah terbiasa untuk itu.

Saat Cakra baru mau pergi, kembali ke kelasnya yang sudah terlewat, 11 MIPA 2, dia melihat Yura yang  hampir melewatinya.

"Eh lo yang kemarin masuk UKS kan? Apa kabar?" Tanya Cakra heboh.

Naray yang mendengar itu memasang telinganya baik-baik.

"Lo habis masuk UKS bukannya membaik malah tambah parah. Habis kelahi di mana bro?" Tanya Cakra sok asik.

Naray yang mendengar itu menjadi penasaran dan segera keluar memastikan apa yang didengarnya.

Saat di depan kelasnya, Cakra bisa melihat Naray yang sedang dibelakangi oleh Yura.

"Nara? ada perlu apa?" Tanya Cakra. Merasa Naray keluar untuk dirinya.

Yura yang sadar ada Naray di belakangnya, bukannya berbalik, Yura memilih pergi dari sana.

Baru saja Naray ingin memanggilnya, bell  bahwa sudah  saatnya jam pertama berbunyi dan itu menghentikan langkah Naray. 

Menghiraukan Cakra di hadapannya, Naray masuk dengan mood jauh lebih hancur.

Baru saja Naray mengemas barangnya dengan tujuan membolos, Naray mendapatkan notifikasi line dari Yura.

"Gue udah sampe tiga puluh menit setelah lo nge-line gue"

"Sorry,  gue gak buka hp semalam"

"Gue juga gak wajib buat ngabarin lo, itu ga ada di kontrak"

Naray membaca dengan teliti line yang masuk dari Yura.

"Temui gue di kantin nanti" Balas Naray

Naray mengabaikan semua line dari Yura. 

"Ketemu langsung lebih baik" Batin Naray

"Lo ada indikasi melanggar kontrak. Lima puluh ribuh. tf sekarang!"  

Balasan Yura tidak ada di ekspektasi Naray pagi ini.

Naray langsung mentransfer sesuai jumlah yang diminta Yura melalui line bank.

"Rooftop" Balas Yura setelah mendapatkan apa yang dia minta.

"Murah banget ni orang" batin Naray

Baru saja Naray ingin berangkat menuju rooftop, line lainnya dari Yura masuk mengatakan rooftop nanti pas jam istirahat. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A RuleWhere stories live. Discover now