1. Curiga

3 0 0
                                    

Getaran ponsel terdengar begitu nyaring, membuat sang pemilik yang tengah sibuk memasukkan buku ke dalam tasnya langsung segera mengecek siapa yang menelfonnya.

Bara is calling...

Ah Bara.

"Apa lo? Pagi-pagi mau recokin gue?" Seperti biasa, Dara akan mengeluarkan jurus omelannya jika kegiatannya ada yang menganggu.

"Elah ngomel mulu masih pagi, mau gue anter kagak?" Sahut pria disebrang sana dengan suara geram khasnya.

Dara sontak mengerutkan keningnya, biasanya setiap pagi buta Bara sibuk menjemput pacarnya untuk diantar ke kampus, tapi hari ini kenapa ia tiba-tiba menawarkan diri untuk mengantarnya.

"Gak anterin Abel emang?" Tanyanya sambil bersiap sesekali melirik kearah jam dinding untuk memastikan dirinya tidak akan telat masuk kelas.

"Cepet ke bawah sih, gue dah di bawah dari tadi." Mendengar itu, Dara sontak menganga, kenapa temannya ini tidak bilang terlebih dahulu jika akan mengantarnya. Dengan tergesa-gesa Dara langsung memakai jaketnya lalu menyambar tasnya sebelum berjalan cepat menuruni anak tangga untuk menghampiri Bara, sampai lupa memutuskan panggilan telfon.

"Tumben?" Tanyanya kala berhadapan dengan Bara yang tengah memainkan ponselnya.

"Abel gak mau dijemput, jadi gue kesini aja." Sahutnya seraya memutuskan panggilan telfon dengan dirinya lalu mengalihkan atensinya kearah Dara.

Dara hendak naik keatas motor Bara, namun pria itu tidak henti memandangnya dengan begitu intens. "Ih ngapain ngeliatin gitu sih?" 

"Dah sarapan belum lo?" Tanyanya seraya mengalihkan atensi.

"Belum, barusan hampir kesiangan bangun."

"Kebiasaan ngalong," Jidat mulusnya menjadi korban jitakan halus dari Bara, tetapi Dara hanya merengut sebal. "Ketoprak atau bubur ayam?" Lanjutnya.

"Lo gak akan telat masuk kantor?"

Bara melirik kilas kearah jam tangannya. "Masih ada waktu tiga puluh menit, cukup lah." 

Selama perjalanan mencari tukang ketoprak, keduanya seperti biasa asik berbagi cerita, jika sudah berdua apapun akan diceritakan sampai Dara yang sempat lupa sikat gigi pun ia ceritakan pada Bara.

"Jorok lo anjir perempuan." Pria itu spontan memajukan badannya guna menghindar dari gadis dibelakangnya. Membuat Dara sontak memberi pukulannya. "Sikat gigi ya gue anjir, kan tadi lupa ingetnya waktu udah andukan." 

"Lagian jadi orang pelupa banget, gak ngerti gue."

Berbeda sekali suasananya ketika Dara sedang bersama Gafian pacarnya, ia bahkan segan untuk bercerita random seperti ini, sementara Bara itu adalah type manusia random tetapi Abel pacarnya kadang tidak paham apa yang pacarnya ceritakan sehingga ujungnya akan terjadi sebuah kesalah pahaman.

Tidak sengaja Bara menemukan pedagang ketoprak pinggir jalan, ia segera menepikan motornya untuk mengambil parkir lalu berjalan menghampiri gerobak diikuti oleh Dara disampingnya. 

Lima belas menit habis dipakai untuk sarapan, Bara segera mengantar Dara menuju kampusnya dengan sedikit tergesa, mengingat jalan menuju kantornya pasti akan macet. "Kata gue juga apa kan telat lo." Ujar Dara seraya naik keatas motor.

"Lo kenapa gak di anterin Gafian, Ra?" Disela macetnya jalanan pun Bara masih sempat menanyakan perihal Dara yang tidak diantar oleh pacarnya. "Gue gak chatan dari kemarin," Teriaknya dari belakang.

Pria itu menganggukkan kepala. "Kata gue mah putusin sih," 

"Gak mau, gue mau nunggu dia aja."

"Elah sampai kapan, Ra, lo mau kaya gini?" Sesekali Bara menoleh kearah spion yang mengarah langsung pada raut Dara yang sangat begitu tidak kontrol dengan helm bogo yang dipakainya.

Kisah Yang LucuWhere stories live. Discover now