Matanya saling tatap dengan Rexsa, sama ingin tahunya.

“Van..” Gista menyadarkan.

Sosok yang dipanggilnya masih melebarkan senyum, dengan tangan masih memegang ponsel ia mendongak. “Apa?” menjawab dengan polos. Seolah memang tidak ada sesuatu keanehan padanya.

“Di apain lagi sama Rere?” Rexsa langsung nyetus, dengan sebelah alis terangkat.

“Di apain gimana?” pria itu memperbaiki posisi duduk, menatap keduanya bergantian. “Apasih? Ada yang aneh di muka gue?”

Gista membuka kotak makannya satu persatu untuk ia berikan pada Rexsa. “Udah baikan sama Rere?”

“Udah kok” ponselnya ia taruh di atas meja, ikut membuka kotak bekal buatan Rere, lagi lagi mengulas senyum saat mendapati isinya.

“Kamu kenapa sih Van?” Gista tak ayal semakin bingung melihat gelagat Devan. Devan itu tipikal pria yang jarang mengumbar senyum untuk sedikit balasan pesan konyol atau mungkin membuka kotak bekal yang hanya berisi nasi, salad timun, gulungan tamagoyaki dan ayam teriyaki. Semakin membuat rasa penasarannya bertambah.

Mungkin karena ia jarang melihat Devan membawa bekal kerja, atau memang semenjak menikah satu temannya itu memang seperti ini.

“Udah lama dia kek gini yang?” ganti dia bertanya pada sang suami.
Rexsa yang saat itu mengunyah potongan ayam sontak menoleh. Ia mengedikkan bahu tak perduli saat tatapan Gista memberitahu kebingungannya.

“Harusnya kamu tadi bawa banyak, enak banget ini ayamnya” balas Rexsa. Memang tidak ingin menanggapi pertanyaan Gista.

“Aku nanya kamu yang, itu Devan kenapa kok makin gak jelas sih” Gista mencebik, sedikit kesal mendapati satu teman baiknya bertingkah aneh sedang satu mantan teman yang sudah berstatus suaminya malah tidak memperdulikan pertanyaannya.

“Apasih sayang? Aku laper. Suapin deh daripada kepoin Devan”

Devan yang saat itu juga tengah makan mendongak, melihat Gista yang menatap kesal ke arahnya. Ibu hamil ini semakin suka kesal tidak jelas belakangan ini.

“Apasih Gi? Gue kenapa emangnya?” tanya Devan, menghentikan aktivitas makannya.

“Udah baikan sama Rere”

“Udah Gi, kita udah baikan” jelasnya lagi. “Kenapa sih?”

“Lo jatuh cinta Van?” tuduh Gista membuat Devan ngefreeze sebentar. Lama pria itu tidak menjawab, berkedip kedip menyadarkan diri. “Lo jatuh cinta sama Rere?” Gista memperjelasnya, membuat gelagat Devan semakin bingung.

“Istrinya sayang, ya masa gak boleh jatuh cinta sama dia” kali ini Rexsa menengahi, membuat Gista menoleh padanya.

“Dia belum selesai sama masa lalunya Eksa” wanita itu menghembuskan nafas pelan. Tampak masih gusar mendapati Devan memang jatuh cinta pada wanita itu, dilihat dari gelagatnya.

Bukan tanpa sebab kenapa Gista sedikit tidak rela mendapati Devan menyukai wanita itu, saat mengetahui Rere juga belum selesai dengan masa lalunya agaknya membuat ia ingin Devan lebih berhati-hati menaruh hati. Lelaki ini pernah patah, hancur nya parah. Dan dia tidak mau ia mengulanginya lagi. Cukup sekali saja.

Pria itu membawa undangan pernikahan untuknya dan Rexsa, berkata dengan pongahnya dia akan menikah. Sebagai salah satu teman wanita terdekatnya, tentulah ia terkejut  dimana saat itu dia sama sekali tidak pernah terlihat menggandeng wanita mendadak nyebar undangan, datang pamer ingin menikah karena dijodohin sang mama sama teman masa kecilnya. Sosok wanita paruh baya yang Gista tahu pernah begitu menentang hubungan Devan sebelumnya.

Mr ArsitekWhere stories live. Discover now