"Aku juga mau roti jepangnya dong?" Alea bertanya, membuat dua alis Rere terangkat. Devan hampir tersedak dari minumnya.

Lupa dia Alea tengah makan roti dengan selai, buru-buru dia meralat omongannya sebelum merambah jauh.

"Rotinya belum matang sayang, nanti ya” Rere menerangkan, berusaha membuat mimik wajah sebaik mungkin disela Devan susah payah menahan tawa, tubuhnya berjalan mendekat. Bersiap memberikan hidangan akhir pesanan pria itu kemarin malam.

Hebatnya anak itu hanya mengangguk dan kembali fokus dengan makannya. Memang topik pembalut tidak bisa dibahas di depan anak kecil. Hampir saja dia kemakan omongan.

“Habisin ya, udah aku buatin dengan sepenuh hati” terang Rere bangga, menaruh piringnya di atas meja makan, tepat di depan Devan. “Aku mau bawa itu” Rere menunjuk retetan tas kresek yang Devan beli. Harus segera disingkirkan.

Rasa sakitnya masih ada, tapi ia coba tahan. Sakitnya memang suka datang sebentar di awal menstruasi. Untungnya Rere bisa menghandle dengan baik, meski sesekali dia harus berhenti bergerak untuk membuat sakitnya berkurang, tapi tanggung jawab adalah hal teratas yang harus dilakukannya sekarang.

***

Berhasil menjemput Alea, Rere menyempatkan diri mampir ke sebuah pusat perbelanjaan. Sengaja ingin membeli beberapa baju untuk Devan. Tangannya terus menggandeng Alea sembari matanya menjelajah mencari baju.

Rencananya dia mau beli kemeja, kaos, dan celana yang sedikit wonderful. Sepanjang dia menyiapkan baju Devan  hanya warna hitam yang selalu ada disana deretan lemari bajunya, adapun warna selain hitam, meski tetap warna gelap, hanya ada beberapa. Rasanya aneh saja setiap hari mendapati lelaki itu terus menerus memakai baju berwarna sama setiap harinya. Terkesan kayak gak pernah ganti baju aja.

Tangannya mengambil satu kemeja berwarna khaki, mengambil lagi berwarna grey dengan motif kotak besar garis garis memanjang. Mengambil foto satu persatu.

Pick satu, khaki apa grey?

Pesab itu langsung mendapat balasan cepat, karena memang ini jam istirahat kerja atau memang Devan sedang longgar, Rere mengernyit mendapati teks balasnya.

Gak ada yang hitam ya?

Lah ya dicariin yang terang malah nyari gelap.

Pilih aja deh, mataku sumpek lihat kamu bajunya monokrom terus. Aku mau beli yang wonderful dikit buat hias lemari.

Suka kamu deh, yang bagus mana

Kalo aku tahu mana yang bagus aku juga gak akan nanya sih, udah cepetan pick mana?

Terserah kamu mau beli yang mana sayang..

Ambil keduanya aja kali ya?

S

ekalian borong semuanya juga gak papa.

Dih, kayak bakal dipakek aja.

Bagi Gista sahabat adalah sesuatu hal yang tidak bisa diganti dengan apapun. Mereka adalah keluarga kedua setelah keluarganya sendiri. Dia tidak bisa melihat saat salah satu sahabatnya terlihat murung, sedih apalagi mendadak bahagia, tentu dia ingin tahu penyebab hal itu menghinggapi salah satu sahabat lamanya sekarang—Devan. Harus ada penjelasan pasti untuk membuat dia lega apa penyebab pria itu murung kemarin siang lalu mendadak senyam senyum tidak jelas dengan memegang ponsel sekarangnya.

Mr ArsitekWhere stories live. Discover now