•10 Januari 2017. 18:00 wib•
Saat itu aku berumur 17 th, dan hari itu adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu karna mengira, party sweet seventeen yang sudah aku rencanakan dari jauh-jauh hari akan berjalan lancar.
Namun na'as, semuanya tidak berjalan sesuai harapan, bahkan sebelum acaranya dimulai.
Justru yang terjadi di luar prediksi semua orang, bahkan dirinya, yang seharusnya mendapat banyak ucapan selamat dan doa, malah mendapat cacian, makian, dan penghakiman sepihak.
Sebuah peristiwa besar terjadi di hari itu.
Antara shock, bingung, sakit, marah, sedih, kecewa, semuanya berkecamuk, ia hanya memandang kosong lalu lalang beberapa pelayan dan bodyguard, juga suara tangisan dari sebagian orang saling bersahutan, dan sebagian yang lain pergi untuk mengurus masalah tersebut.
Lalu tiba-tiba, seseorang berteriak lantang padaku;
"KAULAH PENYEBAB DARI SEMUA KEJADIAN INI!".
Hening. saat kalimat itu usai di lontarkan, seluruh atensi langsung mengarah padaku, tatapan tajam dari beberapa orang-yang tadinya menangis, langsung menghunus ke arahku, seakan-akan membenarkan kalimat tuduhan tersebut.
Telingaku berdenging, fikiranku mulai berkeliaran mencari kebenaran untuk menentang kalimat tuduhan itu.
Apakah benar ia penyebabnya??.
tapi...tidak! Ini bukan salahnya.
Ini adalah takdir, dan ini semua bukan kemauannya!.
Aku menoleh dan mendekat, pada seseorang yang ku harap dia bisa membelaku, satu-satunya orang yang selalu berada di pihakku.
Ya. Dia pasti akan membelaku!.
"Benar, kau memang pembawa sial!".
Deg.
Tubuhku langsung membeku.
Kalimat itu-yang biasa ku dengar dari orang lain, kini juga harus dirinya dengar dari orang yang selama ini menjadi orang terdepan yang menyangkalnya.
Kenyataan yang menyakitkan.
Kali ini bukan hanya hatinya yang hancur, tapi juga tubuh yang sedari tadi ia usahakan untuk tetap tegak-pun perlahan luruh ke lantai.
Apakah benar ia pembawa sial??
Bahkan saudaranya sendiri yang mengatakannya.
Apa benar kejadian hari ini karna ke-sialannya??
"Tuan, mereka sudah dilarikan ke rumah sakit"
Atensi mereka teralihkan saat salah satu bodyguard datang, memberikan informasi dan mengajak mereka untuk pergi.
Seakan-akan memang itu yang mereka tunggu, tanpa memperdulikan-atau sekedar mengajak dirinya untuk ikut, mereka pergi menyisakan kesunyian yang semakin memperjelas bahwa dirinya benar-benar sendirian sekarang.
Untuk pertama kalinya dirinya ditinggalkan, bukan lebih tepatnya benar-benar sendirian.
Menyedihkan!
Hahaha
Perlahan sebuah tawa miris mulai terdengar di antara isakan tangis itu, dirinya merasa lucu dan miris secara bersamaan.
Menertawakan dirinya karna merasa lucu, saat menyadari-meski sudah tau ini semua nyata, dirinya masih sempat berharap, orang itu akan menghampiri dan memeluknya, seperti yang biasa dia lakukan.
Ia memeluk lututnya sendiri, dan menundukkan kepalanya dalam-dalam, meski bahunya semakin bergetar hebat-ia tetap berusaha meredamkan tangisannya.
Seakan tidak ingin reda, justru rasa sakit itu semakin terasa, kala telinganya mendengar suara deru beberapa mobil dan juga langkah kaki beberapa orang-yang di undang olehnya-berdatangan dari pintu masuk.
Mungkin mereka mengira acaranya masih tetap berlanjut, atau mungkin berita peristiwa tersebut, belum tersebar luas di seluruh awak media.
Pada akhirnya, beberapa bodyguard datang meminta maaf, dan meminta pada mereka untuk pulang-beralasan bahwa acaranya ditiadakan, karna ada sebuah masalah yang nantinya mereka akan tahu sendiri.
Rencana yang berakhir bencana!.
>>>>>
