[11] It Was You?!

85 18 8
                                    

Mereka berdua berlari mengejar pencuri. Sesekali Elisha berhenti lalu matanya menyipit seakan mencari petunjuk, lalu menariknya untuk mengikuti nya. Dan benar saja, mereka menemukan perampok itu tengah bersiap-siap menaiki kudanya. Perampok itu tampak kaget melihat mereka berdua yang berhasil mengejarnya.

Lyrr tentu tidak membiarkan perampok itu kabur, karena itu Lyrr berancang-ancang melempar pedangnya ke tubuh perampok itu, namun Elisha menghentikannya. "Jangan ceroboh, kau akan di salahkan jika dia terluka. Jangan pakai cara itu." Elisha merogoh kantung roknya dan mengeluarkan sebuah kertas yang di coreti tulisan yang tidak Lyrr pahami.

Elisha menggigit ibu jarinya hingga berdarah lalu mencoret kan jari berdarah itu ke kertas itu lalu melemparkannya ke perampok itu, dan ajaibnya kertas itu menempel di punggung perampok itu. Pria itu langsung mematung kaku dan terjatuh dari kudanya.

Lyrr memandang kagum pada apa yang di lakukan Elisha. Elisha tersenyum miring lalu berlari menuju pria itu dan menarik kerah nya. Matanya berkilat berbahaya, ketika Elisha melepas kertas itu dari punggung perampok itu dan mematahkan kaki kanannya hingga perampok itu menjerit kesakitan. "kembalikan benda yang kau rampok, kemudian aku akan melepaskan mu."

Pria itu ketakutan, dia mengeluarkan barang-barang yang dia rampok. "Maafkan aku! Aku menyesal."

Elisha tersenyum puas dan merampas barang rampokan pria itu. Elisha membuka karung itu dan menemukan banyak barang curian di dalamnya. Elisha meludah ke wajah perampok itu, "dasar sampah."

Lyrr menatap perampok itu kesal. "Memangnya apa pemicu mu berbuat begini? Kenapa kau harus merampok barang milik orang lain? Bahkan lansia... Apa kau tidak punya hati?" Setiap orang pasti punya alasan, jadi Lyrr memilih menanyakan itu meski sedang kesal.

Perampok itu menunduk, lalu berusaha bersujud di hadapan kedua orang itu, tubuhnya bergetar dan dia terus menangis, "aku punya alasan. Istriku akan melahirkan, namun aku tidak punya uang untuk menyewa tabib! Sejak awal kandungan istri ku lemah, jika aku tidak segera mendapatkan uang, maka segalanya akan terlambat!" Pria itu meraung dan menangis.

Wajah Lyrr yang keras melembut. Dia memang pemarah, keras kepala dan egois, tapi Lyrr sesungguhnya memiliki hati yang lembut. Dia akan langsung luluh begitu mendengar kisah sedih seseorang, dan akan mengasihaninya meskipun pada akhirnya kisah itu hanyalah kebohongan belaka. Namun Lyrr tidak pernah menyesal memberi simpati.

Lyrr mendengus sebelum kemudian melempar kan tiga koin emas ke tanah di hadapan pria yang bersujud padanya itu. "Untuk mu, meskipun kau berbohong tentang kisah itu, aku tidak menyesal."

Pria itu menatap koin itu dengan sangat terkejut, perlahan dia mengangkat kepalanya menatap sang penyelamat nya.

"Nona..." Tangisan perampok itu pecah, dia merengsek maju dan memeluk kaki Lyrr erat, membuat wanita itu tersentak, sementara Elisha sendiri hanya diam memperhatikan.

"Nona terima kasih banyak! Aku dan istriku akan sangat berterima kasih padamu tentang ini. Kami akan berhutang seumur hidup padamu!" Pria itu menangis terharu dan bahagia.

Kemudian tanpa mengatakan apapun lagi pria itu berusaha bangkit berdiri dengan sebelah kaki yang patah dan lunglai, berusaha sekuat tenaga menuju kudanya untuk pulang ke rumah dan menemui Istrinya.

Lyrr dan Elisha hanya diam memperhatikan sampai kuda itu melaju meninggalkan mereka dan hilang dari pandangan.

Lyrr tersenyum kecil, tampaknya keputusan nya tidak salah. Wajah terharu dan bahagia pria itu terngiang-ngiang di benaknya bagaikan alunan lullaby yang menghangatkan hati.

"Kau benar-benar tidak berubah sama sekali ya, Lyrr."

Lyrr tersentak kaget, dia mematung beberapa saat sebelum menoleh ke samping, ke arah Elisha yang kini tersenyum lembut padanya. Mereka saling berpandangan lama.

"Kau... Tahu siapa aku?"

"Belum sadar juga?" Elisha terkekeh kecil, "benar-benar tipikal Lyrr sekali. Bersikap acuh namun sebenarnya peduli. Aku paling mengenali sifat mu tahu!" Elisha tertawa jenaka, "senang bertemu dengan mu lagi, sahabat kecil ku."

Saat itu lah Lyrr merasakan petir seakan menyambar tubuhnya, membuat otak nya mendadak kosong dan otaknya kaku. Lyrr melongo dengan mata membelalak dan bibir terbuka lebar, "kau... Lian?"

"Akhirnya sadar juga. Sudah sejak pertemuan pertama kita... Aku menanti kau menyadari. Lama tak jumpa Lyrr, aku merindukan mu." Elisha atau mungkin Lian menghambur memeluk Lyrr erat, menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher Lyrr.

Lyrr masih terlampau syok, hingga pada akhirnya kewarasannya kembali. Lyrr balas memeluk Lian tak kalah erat. Air mata menggenang dari pelupuk matanya. "Kau... sejak kapan? Kenapa tidak bilang? Darimana kau mengenali aku?!" Lyrr hampir menangis, suaranya serak, "aku sangat merindukanmu!"

Lian tertawa dengan air mata dan ingus yang meleleh, "aku juga sangaaaattt merindukan mu. Sejak hari itu aku selalu ingin memelukmu, tapi aku menunggu waktu yang tepat. Aku khawatir kau tidak ingat siapa aku."

Lyrr melepaskan pelukannya lalu menangkap wajah Lian yang basah dengan air mata. Manik Lyrr menatap mata Lian intens. "Aku butuh kau untuk menjelaskan!"

Lian tertawa lagi lalu menepuk kepala Lyrr, "tenang, sahabat kecilku. Katakan, kau sangat bahagia bertemu aku kan?"

Abaikan ego Lyrr yang setinggi gunung Chamer, dia langsung mengangguk cepat tanpa peduli wajah. "Rasanya sangat lega, meskipun aku yakin, suatu hari nanti aku akan bertemu dengan kalian."

"Hoo... Ternyata kau sudah menebak begitu ya. Pasti kau sudah bertemu salah satu dari kita dulu, sehingga membuat kesimpulan seberani itu."

"Tentu saja. Bahkan ada beberapa informasi yang ingin ku ceritakan padamu. Tapi pertama, katakan padaku, sejak kapan... Lian? Sejak kapan kau tahu tentangku?"

"Sejak kita pertama berebut kue di pasar. Awalnya aku heran saja, ada anak lain yang sekeras kepala dirimu. Lalu, setelah mendengar bahwa anak itu adalah putri Khionera, aku curiga. Aku teringat novel yang kita baca. Dan disitu jelas, tokoh antagonis itu adalah sosok yang luar biasa jahat dan kejam. Tapi berbeda dengan sosok yang aku temui, dia lembut dan sangat baik. Berbanding terbalik dengan yang tertulis di novel. Lalu aku ingat, jika sifat keras kepala itu mengingat kan ku denganmu. Di situ aku membuat kesimpulan kasar tentang kemungkinan kau adalah dia. Karena aku sendiri ada di tubuh dan wajah berbeda, tidak menutup kemungkinan kau juga." Lian menjelaskan panjang lebar.

Lyrr semakin melongo, "kau membuat kesimpulan... Hanya dari informasi seperti itu? Itu sangat minim!"

"Lalu pertemuan kedua kita. Aku semakin yakin kau adalah Lyrr karena kau dekat dengan tokoh utama Asher. Kalian bahkan berpergian berdua. Khionera asli tidak akan repot-repot menjalin hubungan baik dengan anak itu. Tapi kau... tidak, aku, kau dan Arsen lah yang tahu masa depan apa yang Khionera miliki. Dan kau, tentunya akan repot-repot untuk mengubah masa depan buruk itu dengan memeluk paha protagonis. Kau tentu tidak impulsif. Karena itu, aku mengklaim, jika kau adalah Clyrr Mourqueen tentu saja." Lian mendengus bangga dengan analisis nya sendiri.

"Itu... Menakjubkan. Bahkan aku sudah dua kali melihat mu, tapi belum sadar juga." Lyrr memerah malu.

"Tidak masalah. Tapi meskipun begitu, kau tidak melupakan aku, aku tidak masalah meski kau tidak sadar." Lian tersenyum tulus, "kini kau sudah tahu, dan aku puas."

Lyrr memeluk gadis itu lagi, perasaan hangat dan nyaman kembali ke relung hatinya. Kerinduan nya terobati. Lyrr merasa separuh jiwa nya yang hilang telah kembali lagi. Kini Lyrr merasa lengkap dengan kehadiran Lian di sisinya seperti dulu.

TBC

Akhirnya Lyrr ketemu juga dengan Lian wkwkwk ^^

Aku nulis bab ini happy banget, karena aku suka interaksi Lyrr Lian, juga kesetiaan Lian ke Lyrr yang nggak bisa di ungkapkan dengan apapun

Sampai jumpa di next chapter guys!

Tertanda
IchaSunny

[S2] Reise des Licht Onde as histórias ganham vida. Descobre agora