Bab 2 The Oldest, Wu Yifan

644 81 19
                                    

Xiao Zhan melangkah di atas permukaan paving berbentuk hexagonal yang ditata sedemikian rupa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Xiao Zhan melangkah di atas permukaan paving berbentuk hexagonal yang ditata sedemikian rupa. Jatuh menghujani tubuh potongan-potongan daun kekuningan terbawa angin musim gugur. Dingin yang menusuk kulit membuat Xiao Zhan mengeratkan coat panjang yang agar lebih membungkus badan.

Tanpa memperdulikan sekitar yang temaram, cahaya bulan sabit di atas sana pun tak  sanggup menerangi sekitar sampai benderang. Pilar-pilar berdaun rindang yang berjajar di sepanjang tepi trotoar semakin membuat jalanan seolah-olah tampak lengang. Pupil Xiao Zhan membesar, mengumpulkan partikel-partikel cahaya agar dapat melihat dengan jelas ke kejauhan.

Di sana, siluet dua orang dengan perbedaan tinggi kentara tertangkap indra penglihatan. Xiao Zhan menelan ludah susah payah. Menduga-duga bahwa sosok yang lebih pendek adalah Wu Shixun dan yang satunya jelas ... Wu Yifan.

“Ouch! Sial ...,” lirih Xiao Zhan.

Anak tertua dari Keluarga Wu itu memiliki rambut tebal dan cukup panjang hingga ujungnya menutupi tengkuk. Lelaki itu berparas dingin dan kaku dengan sepasang mutiara hitam yang sorotnya tampak tajam menghujam. Walaupun Xiao Zhan tidak begitu tahu tentang lelaki tersebut, tetapi dia tahu bahwa aura yang dikeluarkan Wu Yifan setiap kali menatapnya itu adalah sebuah kebencian.

Sementara itu, Wu Shixun. Putra kedua Keluarga Wu itu masih duduk di bangku kelas 10, sekolah menengah atas. Memiliki raut yang sama dinginnya dengan Wu Yifan, tetapi hati yang begitu hangat dan peduli pada Xiao Zhan. Senyum yang tersemat setiap kali menatapnya itu bak siraman mentari pagi yang membuat hidup Xiao Zhan lebih semangat.

Beberapa saat Xiao Zhan terdiam, kedua maniknya sama sekali tidak lepas dari Wu bersaudara yang berdiri di depan pintu untuk menunggu kedatangannya. Ah, soal kenapa Xiao Zhan jalan kaki padahal tadi meminta Wang Daren untuk mengantarnya pulang. Eum ... sebenarnya Wang Daren mengatarkan, tapi Xiao Zhan meminta untuk diturunkan di pertigaan jalan sebelum masuk ke area komplek perumahan milik Keluarga Wu.

Bukan apa-apa. Xiao Zhan hanya ingin jalan kaki dan menikmati udara malam serta sarayu yang menyapa sebelum kembali ke kandang singa.

“GE!!!”

Teriakan Wu Shixun menyambangi indra pendengaran sesaat setelah Xiao Zhan menutup pintu gerbang. Ya, dia sudah menduga hal ini, sih.

Wu Shixun berlari dan memeluk tubuh Xiao Zhan erat-erat sembari berkata merengek-rengek, “Kenapa kau pulang malam sekali. Belakangan ini juga, kau lebih sering bersama dengan Wang Daren itu daripada menemaniku. Apa kau sudah tidak menyayangiku lagi, Ge?”

Xiao Zhan melepaskan pelukan Wu Shixun. Mengusap kepalanya dengan sayang dan tersenyum lembut. ”Tentu tidak. Gege sangat sayang Shixun, kok.”

“Shixun juga sangat menyangimu, Ge. Ayo, masuk Ge!” Wu Shixun segera menarik tangan Xiao Zhan. “Apa kau kedinginan?”

Senyum merekah tersemat di bibir Xiao Zhan. Dia tidak menjawab lagi pertanyaan Wu Shixun, tapi sebagai gantinya dia balas memeluk tubuh Wu Shixun yang sedikit lebih besar darinya.

The Drag Queen [✓]Where stories live. Discover now