Bab 3 The Glory Days

443 72 23
                                    

Trigger Warning!!!  Bullying, Harsh Word

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Trigger Warning!!!  Bullying, Harsh Word.

-----

“Kenapa wajahmu ditekuk lagi?”

Di bangku besi panjang halaman belakang sebuah sekolah menengah atas, di bawah pohon oak besar yang rindang, Xiao Zhan duduk sembari menyantap bekal. Sementara sosok yang bertanya---Wang Daren---duduk pada sandaran bangku, sesekali dia menyedot jus jeruk dari gelas minuman di tangannya.

“Ahhh ... segarnya.”

Sembari menunggu jawaban dari Xiao Zhan, dia kembali menyedot minuman dan bersendawa dengan keras.

“Wu Yifan?” tanya Daren pada akhirnya karena Xiao Zhan tak kunjung memberikan jawaban.

“Kalau kau sudah tahu kenapa bertanya?”

“Aku hanya ingin memastikan Xiao Zhan. Ya, walaupun tebakanku selalu benar, tapi kadang manusia itu ada salahnya juga. Makanya aku bertanya lagi.”

“Ngomong-ngomong, kenapa lagi dia? Menghinamu, melecehkanmu, atau ingin menidurimu lagi?”

Lagi-lagi Wang Daren bertanya sekaligus menebak-nebak. Dan itu membuat Xiao Zhan memutar bola matanya malas karena pertanyaan yang diajukan oleh sang sahabat itu bukanlah kalimat yang membutuhkan jawaban.

“Jadi benar?”

“Sudah bilang kalau sudah tahu jangan bertanya!”

“Sudah kubilang aku ingin memastikan kebenarannya, Xiao Zhan.”

“Tidak ada yang perlu dipastikan. Kau juga tahu sendiri bukan?”

Wang Daren memilih mengalah. Berdebat dengan Xiao Zhan saat lelaki tersebut mood-nya sedang tidak bagus itu percuma. Yang ada Xiao Zhan justru semakin ketus dan  bungkam. Namun kemudian, dia berkata, “Selama ini, kau selalu diam soal ini. Tapi mau sampai kapan? Jika kulihat-lihat, lelaki itu makin hari makin kurang ajar. Apa kau tidak mau melawannya, Zhan. Sekali-kali pukul dia, tangan tangannya saat akan melecehkanmu lalu banting dia ke lantai sampai pingsan.”

Dengan ringan Xiao Zhan menampar tangan Wang Daren hingga gelas plastik yang ada di tangannya terlempar dan ... pecah.

“Yaah, Xiao Zhan. Itu masih banyak.”

“Salahmu sendiri bicara omong kosong, sekarang kau pantas mendapatkan gelas kosong.” 

Ujung bibir Xiao Zhan berkedut, senyum sinis tersemat. “Mulutmu memang selalu lebih cepat dari otakmu. Sekarang coba bayangkan! Bagaimana aku bisa membanting Wu Yifan? Lelaki itu bahkan lebih tinggi, dan lebih besar dariku.”

“Itulah kenapa aku sering mengajakmu ke gym.”

Xiao Zhan semakin menggeram kesal. “Tapi aku tidak suka pergi ke tempat semacam itu.”

The Drag Queen [✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant