4. Akhir cerita

23 1 0
                                    

Bintang

"Bukan sahabat, tapi lebih dari itu."

Perkataan Raihan masih terngiang di kepalaku, setelah tiga hari yang lalu. Jujur saja, aku sama sekali tidak berpikir jika dia akan mengatakan hal seperti itu. Dan sampai hari inipun aku belum menjawab apa-apa perihal tersebut.

Ini terlalu mengejutkan di pertemuan pertama kali setelah bertahun-tahun, tanpa tau-tau berbicara seperti itu.
Aku paham apa maksud nya, apalagi dengan embel-embel belum menjawab ajakan ku 10 tahun yang lalu, itu pun aku sudah lupa.
Bisa-bisa nya dia masih ingat.

"Kamu kenapa?" Aku mengangkat kepalaku yang tadi ku tangkup di atas meja, setelah mendengar suara Jean.

"Ga,pa-pa."

"Bohong. Dari tadi melamun aja dari datang tadi." Jean memicingkan matanya padaku.

"Beneran, aku ngga pa-pa."

Dia kulihat mengangguk. "Penampilan anak didik kamu bagus banget, aku ada liat di akun penyelenggaranya."

"Keren kan?" Aku membanggakan diri.

"Banget. Apalagi pas waktu salah satunya improve itu,  sampe speechless aku."

"Sama. Aku juga kaget."

"Keren banget sih dia. Aku yakin itu juga karena kamu kan? Masih ingat ga waktu kita tampil, trus rambut kamu nyangkut di aksesoris baju?"

Aku mencoba menerawang, karena sebenarnya lupa itu yang mana. Tapi ku mengangguk saja, daripada kena amuk.

"Nah, mana dia tuh rada mirip sama kamu. Jadi anggap aja dia reinkarnasi kamu." Jean tertawa setelah mengatakan itu.

"Ngawur!"

Jean terkikik, "Aku masih ingat pas Raihan ngeledek kamu pas bilang mau masuk kelas balet."

Mendengar nama Raihan, aku menoleh.
"Dia bilang mana bisa kamu masuk situ, badan kek batang pohon akasia."

Aku tertawa kecil mendengar kata Jean.
Beberapa saat kemudian, kami kembali hening.

"Kamu kenapa Bin?" Tanyanya lagi.

"Hah? Apa? Engga pa-pa kok."

Dia memicingkan matanya seperti tadi. "Jangan bohong."

Aku menggeleng, tapi dia masih saja memberi tatapan menyelidik. Membuat ku menghela nafas pada akhirnya.

Yah seperti biasa, aku tidak bisa menyembunyikan apapun pada Jean. Dia paling peka jika aku ada masalah atau banyak pikiran.

"Kenapa?" Tanyanya lagi, kali ini sedikit ada penekanan.

Aku menunduk, menimbang apakah aku harus memberi tahu Jean atau tidak.

"Je..." panggilku.

"Iya?"

"Di acara kemarin aku ketemu Rai." Kataku pada akhirnya.

"HAH! SERIUS?!" Suara Jean sangat nyaring sampai mas Tito yang baru dari dapur terkejut. Untung saja baki nya tidak ikut meloncat.

"Suara mu itu polusi betul." Sungut mas Tito.

"Jangan ikutan deh, sana balik sana!" Usir Jean. Dan kulihat laki-laki itu hanya bisa menggelengkan. Ia lalu kembali menghadap padaku.

"Trus?"

Aku menceritakan semuanya pada Jean apa yang terjadi hari itu, sampai Rai menyatakan keinginannya.

"Hm... gitu ya. Trus kamu gimana?"

Aku menggeleng pelan. "Ga tau."

"Ini jadi alasan kamu nolak Jonathan?"

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Mar 24 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

Aku dan BintangNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ