Bagian 4 : Kaus Kaki Di Senin Pagi

12 7 0
                                    

Hari ini, genap dua minggu sejak ia menyelesaikan tugas liputannya, namun Leo masih juga belum bertemu dengan cowok yang membantunya mengerjakan tugas liputan di warung bakso tempo hari, yang tak lain adalah kakak kelas satu tingkatnya. Janjinya untuk mendatangi kelas Leo di hari senin ternyata hanya basa-basi semata, sudah dua kali senin, namun sosok itu belum juga muncul di ambang pintu kelasnya.

Disadari atau tidak Leo sedikit menaruh harap. Seperti hari ini, hari kamis, tepatnya saat jam olahraga berlangsung. Padahal sudah lewat tiga hari setelah hari senin, tapi Leo masih betah untuk nongkrong di depan kelas alih-alih ikut bermain bulu tangkis bersama dengan teman-temannya. Dipandangnya ruang kelas 11 IPS-3 yang masih terlihat jelas dari lantai satu tempat kelasnya berada, meski ia tahu bahwa sosok yang ia cari tidak akan muncul walau kelasnya dipandangi 10 jam kedepan.

Belakangan ini ia akhirnya mengetahui bahwa cowok yang sudah dua kali menolongnya itu bernama Alden Chandra. Dari banyaknya siswa di sekolah kenapa harus nama itu yang menjadi namanya? Nama yang membuatnya kesal karena menghambat tugas-tugas liputannya. Rasanya campur aduk saat nama itu kembali terbersit di kepalanya, terutama saat ingatannya kembali ketika pertama kali ia membaca catatan kaki yang ditinggalkan cowok itu di bawah jawaban terakhir dari sesi wawancara mereka.

'Sori, saya buat kamu susah – Alden Chandra'

Seperti kaus kaki yang hilang sebelah di hari senin pagi. Tidak akan pernah ditemukan walau dicari di seluruh tumpukan pakaian yang ada di rumah jika sengaja dicari. Lain lagi jika sedang tidak dibutuhkan atau tidak sengaja dicari. Kaus kaki itu akan dengan ajaib muncul di hadapan kita. Aneh memang.

"Lagi liatin apaan sih?"

Leo menoleh sedetik setelah mendengar suara Atta dari belakangnya.

"Engga." jawabnya santai, walau sebenarnya cukup terkejut juga dengan kehadiran Atta yang menurutnya sangat tiba-tiba.

"Mau ke kantin, ikut makan bakso gak? Gue udah laper banget nih." ajak Atta sambil mengelus-ngelus perutnya, isyaratkan lapar.

"Emang udah bel?"

"Lah? Udah kali... masa lo gak denger sih? Tuh liat anak-anak kelas atas udah pada mau turun ke kantin tuh." Atta menunjukan segerombolan anak-anak kelas 11 yang mulai memadati tangga penghubung dari lantai 2 ke lantai 1 dengan dagunya.

"Ayo deh, keburu kantinnya penuh." ajak Atta sambil menarik tangan Leo yang masih tak fokus.

Benar saja, belum 15 menit setelah bel berbunyi suasana kantin kini sudah ramai dipadati oleh puluhan siswa yang berasal dari campuran seluruh kelas yang sama-sama ingin memadamkan rasa lapar mereka. Benar juga kata Atta. Mereka bahkan tak bisa menemukan tempat duduk yang benar-benar kosong. Jadi, mau tak mau mereka harus mencari kenalan atau paling tidak teman sekelas untuk nebeng makan bareng.

"Yah, penuh deh!"

"Ya udah kita antre beli baksonya aja dulu. Nanti juga ada yang kosong bangkunya." usul Leo yang merasa bersalah karena lebih asik memandangi kelas 11 IPS-3 daripada bergerak cepat pergi ke kantin saat bel istirahat berbunyi..

"Ya udah deh lo yang antre, gue mau cari Radit sama Nanda dulu, tadi gue udah janjian sama mereka. Gue pesen kaya biasa aja." balas Atta.

"Ya udah. Kasih tau gue kalau lo udah ketemu mereka." melihat Atta yang mengangguk setuju, Leo pun langsung menerobos menuju stand bakso yang sudah dipadati banyak orang. Melihat antrean yang cukup panjang berhasil membuat perutnya mulas. Diedarkannya kembali pandangannya menelusuri keberadaan Atta yang sedang mencari kedua teman sekelas mereka untuk mengalihkan perhatian.

"Hei." Leo berjengit ketika merasakan tepukan lembut di bahunya.

"Adel?" sapa orang itu ketika pandangan keduanya bertemu. Tanpa sadar yang diajak bicara membulatkan matanya, membuat yang mengajak bicara tersenyum gemas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[Namseok local Fic] ahavaWhere stories live. Discover now