14. Hujan Lima Tahun Lalu

9 1 0
                                    

***

"kita udah pacaran dari kuliah tapi lo memutuskan D.O untuk ambil kelas karyawan yang berarti... kita makin ngga sejalan, kan?"

Khalil tertegun dengan rahang mengeras, "ini lo bukan dalam rangka ngambek ngga gue ajak ketemu lama kan?"

"engga." Jawab Yara. "gue mau ngasitau kalo gue tidak melihat ada keseriusan dari lo, semata-mata hubungannya berjalan aja kayak aliran sungai."

Pelayan datang membawa pesanan Khalil namun laki-laki itu meminggirkan piring pertanda ia tidak senang akan situasi yang dihadapi. "terus gue harus apa?"

"bukan 'gue harus apa'..... tapi 'kita harusnya gimana'." jawab Yara seraya hidangan di piringnya habis. "dan menurut gue.... Lebih baik kita ngga usah ketemu lagi, Lil."

"ma—maksud lo?" Khalil terkesiap.

"selesai aja disini ya, kita putus." Ucap Yara dingin, ia meminum air mineral di sebelahnya kemudian mencondongkan wajah ke Khalil. "sorry.... gue ngga bisa gini terus, tuntutan keluarga juga bikin gue capek."

Khalil terkejut dengan ucapan Yara yang super dingin seraya menatap perempuan itu bangkit dari kursinya, "Ra—lo kenapa sih?"

"I'm sorry." ucap Yara dengan alis berkerut, "cari cewe lain yang lebih mengerti lo ya Lil, semoga lo bisa temuin dia yang se frekuensi."

Ketika Yara hendak keluar dari restoran, Khalil menghentikannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika Yara hendak keluar dari restoran, Khalil menghentikannya. "gue anter lo pulang, langitnya mendung takut lo keujanan."

"makanan lo mubazir kalo ditinggal." Balas Yara kemudian melepas genggaman tangan Khalil, "sehat-sehat ya Lil. Seneng bisa jadi pacar lo beberapa tahun belakang tapi gue rasa cukup sampe disini."

***

Yara tertegun, setelah keluar dari bis yang ia tumpangi dari restoran ternyata hujan telah membasahi wilayah dekat rumahnya. Ia juga tidak membawa payung dan halte tempat ia turun keadaannya sangat memprihatinkan.

"alah alah~ mana gentengnya bocor sana-sini." Keluh Yara yang tiba-tiba dikejutkan oleh motor yang melewatinya dengan kecepatan tinggi menyebabkan air yang tergenang di jalan membasahi sepatunya.

"wow.... Great, kalo lu murid gue udah gue libas pake gunting!" teriak Yara dengan mengerikan, segera ia mengambil tisu dan berjongkok untuk membersihkan sepatunya sampai ketika... tetesan hujan digantikan oleh suara tetesan air yang beradu dengan ujung payung.

Yara mendongak.... Terlihat Mahesa berdiri di belakangnya dengan payung besar.

 Terlihat Mahesa berdiri di belakangnya dengan payung besar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"kok... kamu disini?" Yara bangkit setelah mengeringkan sepatunya.

"tadi pagi... abis Yara berangkat kan aku coba bersih-bersih kamar pake penyedot debu baru." ucap Mahesa. "aku liat payung Yara di kasur."

Yara mengerjapkan matanya perlahan, situasi ini terasa familiar. Lima tahun yang lalu juga hujan dan.... Seseorang memayunginya dari belakang.

"jangan-jangan kamu---"

"ngobrolnya di rumah aja." Mahesa mendekap pundak Yara agar mereka muat dalam satu payung.

"nih liat debunya." Mahesa menunjukkan hasil kerjanya hari ini. "canggih banget ini, ngga sia-sia aku beli mahal, ini aku juga nyedot debu yang di kasur loh."

Yara mengangguk dalam pandangan kosong, semua yang terjadi hari ini begitu cepat. Sebenarnya ia merindukan kebersamaan dengan Khalil tapi... semua harus diakhiri segera demi kebaikan.

"astaga saking serunya pake alat baru sampe lupa masak." Mahesa menepuk jidatnya, "kita mau makan di luar apa pesen aja?"

"saya... udah makan." Pandangan Yara masih kosong, perasaannya campur aduk dan pertahanannya sebagai Yara yang keras dan dingin sebentar lagi runtuh.

Perlahan Mahesa mendekati Yara, dilepasnya kedua sarung tangan perempuan itu sembari memeluknya dari belakang. Yara memejamkan mata, emosinya yang meletup-letup perlahan mereda.

"aku ngga tahu rasanya kehilangan." Ucap Mahesa. "tapi kalo situasinya adalah Yara milih cowok itu.... Kayaknya aku bakal gila."

Yara berbalik untuk mencari pandangan Mahesa. "yang tadi di halte... situasinya kayak pernah terjadi." Ucapnya. "jangan-jangan lima taun yang lalu---"

"iya, aku yang pegang payungnya." Balas Mahesa. "padahal Yara abis motong rambut aku, bertingkah kaya guru paling serem se SMA Z, tapi pas keujanan ternyata Yara ada sisi lemah juga dan.... Entah kenapa waktu itu aku pengen ngelindungin Yara dari hujan."

Perempuan itu mengeryitkan alis tak mengerti, Mahesa berucap lagi.

"sejak kejadian potong rambut, tiap liat Yara di sekolah tuh... jantung aku lompat-lompat terus. Untuk pertama kalinya aku ngerasain yang namanya jatuh cinta."

FREQUENCY • SKZ Seungmin ✔️Where stories live. Discover now