2. Tuntutan

22 4 0
                                    

Lima tahun kemudian...



"dikit lagi yang diatas telinga."

"geli, yang."

"jangan bergerak ih nanti kuping lo kena!"

Kali ini bukan situasi eksekusi BDS, melainkan Yara yang memotong rambut kekasihnya Khalil.

"wuih cakepan gue, heheh." Puji Khalil, diciumnya pipi Yara. "untung punya pacar jago motong rambut."

"udah biasa, yang." Yara menyikat pundak Khalil yang tersisa rambut-rambut kecil. "selain ngajar, gue juga hobi potong memotong rambut siswa."

"banyak yang gasuka sama lu dong." Timpal Khalil. "gapapa biar gue ngga saingan sama anak-anak."

Yara tersenyum miring seraya Khalil merangkul pinggang untuk memeluknya, saat wajah Khalil mendekat tiba-tiba ponsel Yara berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yara tersenyum miring seraya Khalil merangkul pinggang untuk memeluknya, saat wajah Khalil mendekat tiba-tiba ponsel Yara berbunyi.

"bentar gue angkat dulu." Yara melepas rangkulan dan menerima telpon. "iya, mas."

"lagi sama Khalil ya lu?" tanya seorang pria dibalik telpon. "Ayah dateng nih, cepetan balik."

Yara memutus pembicaraan seraya mengambil tasnya, "gue kudu balik sekarang."

"gue anter ya?" tawar Khalil.

"ada bokap." Ucap Yara kemudian memasang sarung tangannya, "lain kali aja."

***

"mau sampe kapan Ra?"

Lagi-lagi pertanyaan ini menguap dalam jamuan keluarga, Yara yang tinggal bersama kakak yaitu Chandra kali ini dikunjungi sang Ayah dari kota sebelah.

"kamu masih sama laki-laki yang belom skripsian itu?" cecar Ayah. "Ayah berapa kali harus bilang untuk pilih pasangan yang kompeten, kamu sudah S2 seharusnya cari minimal yang sudah sarjana dong."

"Ayah itu kuatir, Ra." Timpal Ibu. "apalagi di umur kamu yang semakin bertambah."

"kenapa Ayah cuman kuatirin Yara, mas Chandra sendiri gimana?" balas Yara mulai sebal. "kenapa ngga cariin calon buat mas aja dulu baru Yara?"

Chandra sontak menyenggol siku adiknya, "jangan talk back gitu lah sama Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra sontak menyenggol siku adiknya, "jangan talk back gitu lah sama Ayah."

"mas itu sudah jadi ketua Yayasan, dalam waktu enam bulan atau satu tahun pun pasti ada perempuan yang bisa dilamar." Balas Ayah. "tapi liat cowok itu.... Kamu suruh main ke rumah Ayah aja dia enggan."

Alis Yara berkerut, entah kenapa timing untuk mempertemukan Ayah dan Khalil tidak pernah sesuai ditambah lagi dengan Khalil yang hanya berfokus karir ketimbang pendidikan; tidak sesuai dengan standar Ayah yang mengutamakan pendidikan diatas segalanya.

"nanti Ibu tanyain temen Ibu mungkin anaknya ada yang lebih siap ketimbang Khalil."

"menikah itu bukan perkara perasaan aja, Bu." Yara berkilah. "harus ada.... Frekuensi yang sama kan?"

"kalo gitu coba pake kelebihanmu itu." Timpal Ayah, "syaraf hipersensitif di tanganmu itu buat cari 'frekuensi' yang sama menurut versimu. Tuhan ngga akan kasih kelebihan kalo ngga digunakan dengan baik."

Yara menatap tangannya yang sedang tidak menggunakan sarung tangan, sejak kecil ia dikaruniai kelebihan dapat terhubung dengan perasaan orang lain dengan mudah hanya dengan sentuhan tangan. Namun kelebihan itu berbahaya, jika ia sembarang sentuh orang asing... orang itu bisa memiliki perasaan terhadap Yara.

"gimana mau tau kalo kamu tutup terus tanganmu pake sarung tangan." Cetus Ayah lagi.

"Yara gabisa sembarangan sentuh orang, Yah." Bela Yara. "belum tentu orang yang nyukain Yara itu jodoh Yara kan, bahkan orang asing. Apalagi anak sekolah.. kalo Yara ditaksir murid gimana?"

"eh... mana mungkin." Ucap Chandra. "emang udah dicoba?"

Yara terdiam, masih terasa jelas kejadian ketika Yara mendeteksi frekuensi yang kuat menjalar di syaraf tangannya, tapi dengan tegas ia coba abaikan pemikiran itu.

"kalo begitu Ayah kasih tenggat waktu." Titah Ayah. "kalo dalam waktu enam bulan pacarmu itu ngga wisuda.... Ayah carikan calon suami buat kamu."

"apaan sih Yah jodoh-jodohan gitu, ini jaman modern." Kilah Yara. "kalo Khalil ada niat baik pasti suatu saat akan nemuin Ayah kok."

Ayah menggeleng, "niat baik kalo ngga ada usaha ya percuma, Ayah besarkan kamu dengan kualitas yang seperti sekarang.... Tidak sebanding."

"udah udah jangan debat terus, ini pertemuan keluarga Yah." Ibu meredakan suasana yang memanas di ruang makan. "ayo kita obrolin yang lain aja, gimana jumlah murid tahun ini ada pertambahan kah, mas?"

Yara mencibir, lahir di keluarga pendiri SMA Z pastilah topik pembicaraannya hanya seputar sekolah, donasi atau proses pengembangan Yayasan. Itu-itu saja lah.

FREQUENCY • SKZ Seungmin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang