"Malah di tinggal" gumam Jeno namun dia tetap menyusul 'Haechan' yang berjalan lebih dulu.

"Oke anak - anak hari ini kita penilaian basket, untuk tim nya kita bagi sesuai absen" ucap guru olahraga, karena merasa nama nya masih lama di sebut Donghyuck memutuskan untuk duduk dan melihat permainan basket dari teman - teman nya begitu pun dengan Jeno.

Mark dan Jaemin ikut menonton dari tribun penonton memperhatikan permainan basket adik tingkat nya, semenjak kejadian Mark dan Jeno yang di hukum orang tua nya mereka menjadi dekat dengan sendiri nya.

"Lo suka Haechan?" tanya Jaemin tiba - tiba

"Gw suka Haechan sebelum dia terkena kasus ngelecehin Giselle" jawab Mark sembari memperhatikan Donghyuck "Tapi ego gw terlalu tinggi" lanjut nya Jaemin mengangguk mengerti.

Tiba saat Donghyuck untuk bermain basket melawan tim yang di ketuai oleh Jeno, mereka berdua berhadapan menunggu sang guru untuk memulai pertandingan.

"Mau bertaruh Mark?" tanya Jaemin

"Siapa takut gw yakin Jeno menang, kita tim basket sekolah ini" jawab Mark dengan menyombongkan diri nya

"Dan gw pastikan tim basket sekolah ini merekrut Haechan buat gabung, traktir sebulan kalo tim Haechan menang" ucap Jaemin

"Oke traktir sebulan juga kalo tim Jeno menang" ucap Mark, mereka berdua bersalaman sambil memperhatikan permainan Jeno dan Haechan yang baru saja mulai.

Mark kagum melihat permainan Haechan yang bisa menghindari adik nya dan mencetak skor, padahal bagi lawan mereka untuk melewati Jeno adalah hal yang sukit karena anak itu begitu pandai bermain basket.

Begitu pun dengan Jeno, pria itu menatap Haechan yang berhasil mencetak skot kembali. Bagaimana bisa Haechan melewati nya dengan sangat lincah padahal dia tidak pernah melihat Haechan bermain basket.

'Lee Donghyuck di lawan' batin Jaemin

Beberapa menit kemudian tim Haechan menang telak dengan skor yang lebih unggul dari pada tim Jeno, Jaemin bersorak senang karena dia yang memenangkan taruhan nya.

"Ingat taruhan tadi Mark, gw mau ke kelas bye" ucap Jaemin lalu melangkah pergi dari sana.

Jeno mendekat ke arah Haechan lalu mengusak rambut Haechan hingga membuat sang empu nya mengerang tak suka, kekehan Jeno kembali membuat Haechan palsu itu tertegun.

Jantung nya kembali berdetak dua kali lipat, perut nya terasa seperti banyak ribuan kupu - kupu yang terbang, mata nya terpaku menatap wajah Jeno yang semakin terlihat tampan dengan keringat yang membasahi wajah nya.

Jeno meniup wajah Haechan hingga pria itu sadar dan mengalihkan tatapan nya, pria itu terkekeh geli lalu menyodorkan sebotol minuman dan handuk kering untuk Haechan.

"Minum dulu nih usap juga keringet nya, permainan lo tadi keren mau gabung di tim basket gw?" tawar Jeno, Haechan menerima handuk dan minuman yang di sodorkan oleh Jeno.

"Gw pikir dulu" ucap nya, dia mengusap keringat di wajah dan leher nya lalu meminum minuman yang di berikan Jeno tadi.

Mark hanya diam memperhatikan interaksi antara Jeno dan Haechan, walaupun jauh dia bisa tau kalau tatapan mata Haechan menunjukkan bahawa dia menyukai Jeno.

Ya, Mark tau itu.

Namun dia tetap ingin mendekati Haechan walaupun saingan nya adalah adik nya sendiri, bagaimana pun Haechan akan menjadi milik nya seorang.

Iya, karena yang menyukai Jeno bukan lah Haechan tetapi Donghyuck.

Seperti yang di ucakan beberapa hari yang lalu, hari ini Haechan kembali menginjakkan diri nya di Korea namun diri nya belum di bolehkan untuk pergi ke sekolah.

"Hyuck" panggil Haechan

"Hm?" dehem sang kembaran, mereka berdua sedang menikmati waktu bersama di teras belakang sambil menikmati waktu sore.

"Gimana sekolah?" tanya Haechan mata nya menatap bunga yang bergoyang karena angin

"Baik, orang - orang yang bully Echan juga udah kapok" jawab Donghyuck "Echan boleh masuk sekolah kalo Echan mau ubah sikap" lanjut Donghyuck

"Kenapa gitu?" tanya Haechan bingung, dia menatap sang kakak dengan pandangan bertanya

"Biar ngga di tindas lagi, soal nya Hyuck nanti masuk tingkat nya Mark" jawab nya pria di samping hanya menganggukkan kepala nya tanda paham.

"Oke, Echan lancarin jalan dulu nanti masuk sekolah lagi"

"Chan suka Mark?" tanya Donghyuck, pemuda yang di tanya mengangguk mantap dengan senyum yang menghiasi wajah nya.

"Hyuck suka Jeno" lanjut nya, Haechan membulatkan mata nya mendengar pengakuan dari kembaran yang hanya beda sepuluh menit.

"Jeno suka Hyuck atau Echan? Echan takut nya dia anggap Hyuck itu Echan" ucap Haechan, Hyuck hanya mengedikkan bahu nya sembari menatap langit yang mulai gelap.

Mereka berdua terdiam menikmati pergantian siang ke malam, langit sudah mulai gelap dan lampu - lampu sudah mulai di nyalakan. Ten menghampiri kedua putra nya yang masih setia duduk di teras belakang.

"Hyuck, Echan ayo masuk" panggil nya

Kedua anak kembar itu berjalan masuk dengan Donghyuck yang membantu Haechan berjalan masuk, Ten tersenyum melihat anak - anak nya akur.

"Daddy mana ma?" tanya Donghyuck

"Di kamar lagi tidur" jawab Ten

"Jangan bilang kalian mau bikin adik buat kita" ucap Haechan, Ten menggeplak bahu sang anak bungsu membuat kedua anak itu tertawa pelan.

"Kalo bener juga ngga masalah ma" sahut Donghyuck

"Kalian berdua ini" geram Ten, namun sepasang lengan melingkari perut nya di susul dengan kecupan di leher.

Haechan dan Donghyuck hanya diam memperhatikan tontonan gratis di depan nya, inilah yang Donghyuck inginkan sejak dulu duduk di meja makan dengan kembaran nya dan melihat kedua orang tua nya akur.

"Ekhm!" dehem kedua anak itu, tangan mereka mengambil makanan sambil sesekali melirik ke arah kedua orang tua nya.

"Ganggu aja kalian" ucap Johnny, pria itu mendudukkan diri nya di kursi begitu juga dengan Ten.

"Maka nya kalo mesra - mesraan di kamar biar ngga ada yang ganggu" sahut Donghyuck sang kembaran hanya mengangguk setuju dengan ucapan Donghyuck.

"Dah makan dulu" lerai Ten, mereka menikmati makanan dengan tenang hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang beradu.





.
.
.
cont.

TWINSWhere stories live. Discover now