Bagian 6

8K 603 33
                                    

1 bulan ini mood seorang renjun, benar-benar tidak bisa di kendalikan. Terkadang ia cemberut, terkadang marah, sedih, senang, semua itu bergantian secara acak.

Morning sickness nya juga sedikit membebaninya, seperti sekarang ia, jaemin dan Minju sedang berkumpul.

Renjun tak bisa menahan rasa mual nya, saat berdekatan dengan Minju. Ia tak menyukai, minyak wangi yang di pakai oleh Minju.

"Huek huek." Renjun berlari ke arah westafel kamar mandi.

Hanya cairan bening saja yang keluar dari mulutnya, ia sejak tadi bolak-balik kamar mandi. Sungguh ia ingin menghindari Minju, tapi ia tak enak untuk berbicara.

"Are you ok?" Tanya minju sambil memijit pundak renjun.

"Ya aku gak papa." Lirih renjun.

"Apa ini terjadi setiap hari?, Apa separah ini?" Tanya Minju.

"Ka Minju maaf." Renjun.

"Iya kenapa?" Minju.

"Bisa ka minju menjauhi ku?, Aku gak bisa cium bau minyak wangi ka minju, itu buat aku mual." Lirih renjun sambil menunduk.

"Ouh?" Minju melihat ke arah jaemin.

"Kalo gitu, yaudah lagian aku juga bakalan ke butik, kamu bisa di rumah sama jaemin." Minju.

"Aku ikut kamu." Jaemin.

"Ishh jangan, renjun gak ada yang jaga. Dia lemes kaya gini, masa kamu tinggalin." Minju.

"Dia punya ibu." Jaemin.

"Tapi ka Nana, suami aku." Ucap renjun polos.

Minju cukup kaget, saat renjun berbicara seperti itu di hadapannya. Ia juga tidak bisa menyangkalnya, toh memang jaemin suaminya renjun.

Jika di bilang sakit, itu sakit. Ia harus membagi suami pada orang lain, walaupun hanya sekedar program hamil. Tidak ada kontak fisik, tapi jika renjun berbicara secara terang-terangan itu, hati mungil nya nyeri.

"Kamu jagain dia, takut nanti kenapa-kenapa." Minju.

"Aku juga ada urusan kantor." Jaemin.

"Bisa di tunda, renjun butuh kamu. Aku gak bisa di samping dia, karena dia akan terus mual." Minju.

"Ck." Jaemin meninggalkan minju dan renjun di kamar mandi.

"Ayo ke depan." Minju memapah renjun berjalan ke ruang tengah.

"Pelan-pelan." Minju.

Renjun duduk di sofa, lalu menyenderkan tubuhnya pada senderan sofa. Ini cukup melelahkan baginya, ia bolak-balik ke kamar mandi, ia benar-benar lemas.

"Kalo gitu aku pergi dulu ya, kamu sama jaemin." Pamit renjun.

"Maaf ya." Lirih renjun.

"Gak papa, demi kebaikan anak aku juga." Minju.

"Aku pergi dulu." Minju berjalan keluar bersama jaemin.

Selagi menunggu jaemin kembali, dari mengantarkan Minju. Renjun mengelus-elus perutnya, sambil berbicara.

"Nak jangan rewel dong, biasanya kan gak rewel. Kasian tau ka minju nya, Dia mau ketemu kamu, masa kamu malah gitu." Ucap renjun sambil mengelus perutnya.

"Lain kali jangan gitu ya, aku gak papa kalo misalnya kamu rewel ke aku. Cuman jangan sekarang, ibu sama ayah kamu lagi jenguk kamu. Masa kamu rewel." Renjun.

Tak jauh dari tempat renjun duduk, jaemin berdiam di sanah. Menyimak setiap perkataan renjun, pada anak nya yang masih di dalam perut.

Hati nya sedikit menghangat, saat renjun begitu memperhatikan kandungan nya. Apalagi saat renjun menceramahi anak nya, yang mungkin belum bisa mendengar suara renjun.

Rahim SewaanWhere stories live. Discover now