🍷 Lima Puluh Lima

306 46 2
                                    


“AAAKKKHHH!”

Minho tersentak kaget saat suara tembakan terdengar disusul teriakan itu juga genggaman pada tangannya yang semakin mengerat dan tubuhnya yang terasa seperti ditarik untuk jatuh. Beruntung ia cepat tanggap sehingga masih berdiri dengan tegap dan menatap papa Hongjoong yang kini sudah berlutut di lantai dengan memegang sebelah kakinya dengan tangannya yang bebas.

Lalu, saat ia menoleh ke belakang, matanya melotot kaget saat menangkap Hongjoong yang menatap sang papa dengan tatapan datar dan tangan yang memegang sebuah pistol. Hal itu sontak membuatnya melangkah mundur, tapi tangannya yang masih digenggam papa Hongjoong jadi menariknya lagi dan membuatnya jadi jatuh tepat di samping pria itu.

Minho masih bingung. Ia tidak paham dengan apa yang baru saja terjadi. Apa yang sedang Hongjoong dan papanya lakukan? Kenapa juga ia harus terjebak di antara mereka? Dan kepada siapa juga ia harus berlari sekarang?

Sialan, di mana Chan?

Menatap lagi ke arah Hongjoong, Minho masih dapat melihat kilatan penuh amarah di mata lelaki itu saat melangkah mendekati mereka. Lalu, saat kembali menatap papa Hongjoong, pria itu kini mulai sibuk sendiri—bersusah payah—dengan ponselnya.

“Mau nelpon siapa?” Tanya Hongjoong beberapa saat kemudian setelah ia sudah di belakang sang papa dengan pistol di tangannya yang sudah ia arahkan ke kepala pria itu. “Gak akan ada lagi orang-orang yang bisa papa suruh untuk ngelakuin apa yang papa mau.”

Tidak ada jawaban dari papa Hongjoong. Pria itu masih diam di posisi yang sama—tapi tangannya bergerak memasukan ponselnya ke dalam saku jasnya. Minho sendiri masih menatap mereka bergantian—tanpa tahu apa yang harus ia lakukan. Ini semua terlalu tiba-tiba dan ia masih butuh waktu untuk memahami semuanya.

“Gitu ya?”

Lalu, setelah diam tanpa jawaban cukup lama, Hongjoong dan Minho dikagetkan dengan gerakan tiba-tiba papa Hongjoong setelah menggumamkan pertanyaan tadi. Pria itu mengangkat tangannya yang semula masuk ke saku jasnya untuk memasukan ponselnya ke sana dengan sebuah pistol di sana—mengarah tepat ke pelipis kanan Minho. Si manis kembali tersentak kaget dan langsung jatuh terduduk.

“Kamu tembak papa, papa tembak dia.” Pria itu lalu berucap santai sambil menoleh dan menatap Hongjoong—yang juga sudah melotot kaget. “Pas kan, Joong?”

Hongjoong menggeleng kecil, lalu menatap Minho yang kini juga sudah menggeleng kuat di tempatnya. Astaga, ini terlalu sulit. Menembak papanya atau tidak, semua akan sama saja bagi Hongjoong. Jika ia menembak papanya, pria itu bisa langsung menembak Minho. Tapi jika ia biarkan papanya, pria itu akan membawa pergi Minho dan berakhir membunuh si Lee itu juga.

Sialan, penyakit jiwa macam apa yang papanya miliki?

“Jangan macam-macam, pa!”

“Kamu duluan yang macam-macam, Joong. Sejak awal papa cuma minta kamu satu hal. Liat semua yang papa lakuin dan kamu tinggal ikutin aja. Tapi apa? Kamu malah main-main pake hati dan buat semuanya berakhir jadi kayak gini. Jadi jangan salahin papa kalo....”

DOR....

Tak..

“..... AAAKKHH!!”

Minho kembali dikagetkan karena pistol—yang mengarah ke pilipis kanannya—jatuh dari tangan papa Hongjoong tepat setelah suara tembakan lain yang terdengar, lalu pria itu yang terteriak kesakitan—disusul dengan kedua lengannya yang tiba-tiba ditarik, membuatnya bangun dengan sedikit kesulitan dari posisi duduknya. Kemudian, saat ia menoleh ke belakang, tatapannya langsung bertemu dengan tatapan khawatir Chan.

“Gak apa-apa, kan? Lo gak luka kan?”

Minho menggeleng kaku, tidak ada suara yang ia keluarkan, membuat Chan jadi menarik si manis dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Detik berikutnya, lelaki Bang itu melempar tatapannya pada Hongjoong—yang kini juga sedang menatapnya.

“Bawa dia. Bokap gue, urusan gue.” Hongjoong lalu berucap lebih dulu, membuat Chan mengangguk saja. “Orang gue di sekitar sini.”

“Polisi?”

“Otw.”

Lalu saat Hongjoong mengangguk lagi di posisi yang sama, Chan juga mengangguk. Detik berikutnya, ia melempar tatapannya pada sisi ruangan yang lain—ada Younghoon di sana dengan pistol di tangannya. Sepertinya, saudara sepupunya itu yang menembak tangan papa Hongjoong tadi. Memberi isyarat untuk keluar, dua sepupu itu lalu beranjak pergi dengan Minho dalam genggaman Chan.

Keluar dari rumah itu, Minho dapat melihat banyak sekali mobil dan motor—entah milik siapa saja. Ada kakaknya juga—bersama Sangyeon—yang sedang mondar-mandir khawatir. Lalu, saat sang kakak tidak sengaja menoleh ke arahnya, ia segera melepaskan tangannya dari genggaman Chan dan menghampiri Jihyo—langsung memeluk sang kakak.

“No, kamu gak apa-apa, kan? Gak ada yang luka, kan?”

Setelah beberapa saat berpelukan, Jihyo melepas lebih dulu pelukannya—lalu mengajukan pertanyaan tadi sambil memeriksa tubuh adiknya. Minho sendiri hanya menggeleng sambil mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

“Tapi, kak, ini ada apa?”

•oblitus•



















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now