🍷 Tiga Puluh Delapan

315 42 0
                                    


"Kak, nanti jemput aku ya?"

Minho yang sudah akan membuka pintu mobil Chan dan keluar dari sana, jadi menoleh dan menatap yang lebih tua lagi. Pertanyaan itu lalu ia ajukan setelah Chan juga ikut menatapnya. Tiga detik kemudian, lelaki Bang itu mengangguk begitu saja.

"Iya. Tapi lo jangan ke mana-mana. Kalo mau keluar, tunggu Hyunjin pulang."

Jika tadi Chan yang mengangguk, kali ini Minho yang melakukannya. Setelahnya, si manis pamit lagi dan benar-benar turun dari mobil Chan. Ia lalu diam di sana hingga Chan pergi dari situ.

Setelah Chan pergi, pemilik marga Lee itu langsung berbalik dan berjalan cepat untuk masuk melalui gerbang. Setelah dari kantor Seonghwa dan bertemu Hongjoong tadi, ia memang meminta Chan untuk mengantarnya pulang ke rumahnya. Katanya, ada yang perlu ia cari untuk dibawa ke apartemen Chan nanti. Chan sendiri sudah menawarkan bantuan untuknya, tapi ia menolak. Dan Chan juga tidak bisa memaksa ketika ia ingat ada yang harus ia urus bersama Younghoon.

Keadaan rumah sepi ketika Minho sampai di dalam. Jihyo dan Hyunjin jelas pergi bekerja. Jihyo mungkin akan pulang malam, tapi Hyunjin sepertinya akan pulang dalam beberapa jam ke depan karena tadi Chan sudah menghubungi bocah itu untuk segera pulang karena Minho ada di rumah.

Berjalan cepat memasuki kamarnya, Minho langsung pergi ke arah meja yang ada di sana. Ia langsung menarik salah satu laci dan mengeluarkan sebuah buku dari sana--buku yang sama dengan buku yang beberapa hari lalu ia lihat.

Tangannya lalu bergerak membuka buku itu dan berhenti pada halaman yang sama. Di mana pada sebelah kiri terdapat tulisan satu kalimat sedang di halaman sebelah kanan, terdapat berbagai coretan yang membuat tulisan di sana tidak terbaca dengan jelas.

Jemari tangannya lantas bergerak dan menunjuk tulisan pada halaman sebelah kiri. "Aku suka sama kak Chan."

Lalu, tangan itu bergerak, menunjuk pada tulisan pada baris teratas pada halaman sebelah kanan. Matanya memincing,  menatap dengan seksama sebelum berucap membaca apa yang bisa terlihat di sana.

"Tapi... Hongjoong bilang..."

"Hongjoong bilang..."

Diam lagi, pemilik marga Lee itu perlahan mendongak dengan otak yang masih bekerja memikirkan beberapa hal. "Hongjoong yang megang alasan kenapa aku benci sama kak Chan. Ini pasti alasannya. Tapi, kenapa harus dicoret sih? Kan jadi gak bisa dibaca."

Mengerjap sekali, Minho lalu membuka halaman lain pada buku itu--berharap agar ia menemukan petunjuk untuk apa yang tertulis di sana. Tapi kosong, halaman tadi adalah halaman terakhir yang berisi tulisan. Sisanya hanya lembaran kosong tanpa jejak apapun.

Mengalihkan perhatiannya dari buku itu, mau tak mau Minho mencoba untuk memikirkannya. Dan secara tiba-tiba, sebuah percakapan yang sempat melintas di benaknya beberapa hari yang lalu--setelah ia melihat tulisan yang sama di buku itu--terlintas lagi di benaknya.

"Itu... itu pasti Hongjoong," berguman pelan, Minho lalu kembali menatap apa yang ada di buku itu, "Iya, itu pasti Hongjoong. Seonghwa bilang, gue yang kenalin Hongjoong sama mereka, artinya waktu ini ditulis, gue belum ketemu Seonghwa sama yang lainnya."

Diam sesaat lagi, Minho menatap tulisan itu selama beberapa lama sebelum mengucapkan sebuah pertanyaan lain lagi.

"Tapi, kenapa dia ngomong kayak gitu sama gue?"

"Dan kenapa juga gue mau percaya sama dia?"











•oblitus•













"Lo tahu gak, Chan? Gue nemu satu fakta kalo bokap lo ada hubungan sama orang yang disebut warga sekitar rumah itu sebagai orang yang punya tuh rumah."

Chan yang baru saja sampai ke apartemennya bersama Younghoon langsung disambut kalimat-kalimat yang diucapkan Juyeon itu. Hal itu sukses saja membuat keningnya berkerut, tidak jauh berbeda dengan Younghoon. Keduanya lalu memutuskan untuk duduk dulu sebelum melanjutkan pembicaraan penting itu.

"Hubungan gimana?"

"Warga sana bilangnya, orang yang punya rumah itu kan anaknya tuan Kwon. Dan setelah gue cari tahu, orang yang merujuk ke tuan Kwon, cuma satu orang. Dia cuma punya satu anak. Anaknya perempuan, udah nikah sama nih bajingan gila."

"Wah anjing!"

Ucapan panjang Juyeon langsung mengundang reaksi tak percaya dari Younghoon. Walaupun inti dari apa yang ingin lelaki Lee itu sampaikan belum terungkap, apa yang baru saja mereka dengar itu lumayan mengagetkan.

"Berarti dia sengaja ngibulin orang-orang dengan bilang kalo itu rumah istrinya. Sedangkan didaftarnya pake nama dia."

"Ya iya. Dan dia juga gak gamblang aja nyebut nama istrinya, tapi muter-muter dulu bilang anak mertuanya. Makanya kita sempet bingung itu rumah siapa."

"Terus, hubungan istri tuh orang sama bokap gue apa?"

Diam sesaat, semua yang ada di situ menumpuhkan tatapan mereka pada Juyeon.

"Sebelum nikah sama nih bajingan, istrinya pacaran sama bokap lo."

"Hah?"

"Mereka harusnya nikah. Persiapannya udah mateng banget, tapi gak jadi. Alasannya gue belum dapat. Spekulasi gue, pernikahan itu dibatalin karna nyokap lo udah hamil lo duluan. Kenapa gue mikir gitu? Karna rencana pernikahan mereka, pernikahan orang tua lo, sama kelahiran lo, terjadi di tahun yang sama."

•oblitus•



















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now