O3. Janji Bahagia

188 45 2
                                    

Minggu-minggu berlalu setelah kesepakatan antara dua insan akibat perjodohan itu. Pertemuan keluarga sudah berlangsung, tanggal pernikahan juga telah ditetapkan.

Hanya tinggal menghitung hari, Yizhuo akan merilis full album pertama yang sekaligus menjadi album terakhirnya. Setelah pergulatan pikiran yang panjang, gadis itu memutuskan untuk mengakhiri karirnya di dunia hiburan, mengingat akan sulit untuk terus tampil di atas panggung jika nanti dia telah menetap di negeri orang.

"Kau yakin ingin berhenti?"

Yizhuo memutar bola matanya malas. Ini masih pukul sembilan pagi, tapi sudah lebih dari sepuluh kali Chenle bertanya dengan kalimat yang sama.

 Ini masih pukul sembilan pagi, tapi sudah lebih dari sepuluh kali Chenle bertanya dengan kalimat yang sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bukan ingin, Kak. Aku hanya berpikir untuk mencari jalan tengah paling tepat."

Dua sepupu itu tengah duduk di depan televisi sambil Chenle mengeringkan rambut sang adik yang baru selesai mandi. Rintik hujan membuat mereka malas melakukan aktivitas sejak awal pagi. Bahkan paman dan bibi Yizhuo belum keluar dari kamar mereka sama sekali.

Yizhuo menyeruput kopi perlahan. Mengabaikan sang kakak sepupu yang mulai mengomel perkara perjodohan. Chenle sibuk dengan sumpah serapah untuk bibi satu-satunya yang dengan seenak hati memaksakan kehendaknya sendiri pada anak yang nyaris tidak pernah dia besarkan.

"Bagaimana hubunganmu dengan si Huang itu?" tanya Chenle tiba-tiba.

Yizhuo sedikit terkejut. Pasalnya, sang kakak sepupu tak pernah sekalipun menyinggung Huang Renjun dalam percakapan mereka.

Jujur saja, Yizhuo tidak tahu harus menjawab apa. Pertemuan keluarga menjadi yang terakhir kali bagi mereka saling bertukar sapa. Jarak dari Korea Selatan ke Singapura yang memang menghabiskan banyak waktu dalam pesawat terbang selalu dapat dijadikan alasan atas mereka yang nyaris tidak pernah saling bertemu.

Lagipula, menurut Yizhuo, tak ada alasan untuk mereka berusaha menciptakan perkembangan tertentu dengan sering bertemu. Bukankah hubungan mereka hanya sandiwara belaka?

"Kami baik," jawab Yizhuo akhirnya.

"Baguslah." Chenle beralih pada sisir di atas meja, kemudian mulai menyisir rambut Yizhuo perlahan. "Aku sedikit lega karena itu Huang Renjun. Setidaknya, Aku tahu dia dikelilingi orang baik."

Yizhuo tak lagi berusaha melemparkan kata. Memilih beralih mengambil sisir dari genggaman Chenle dan mengembalikan benda itu ke tempat yang seharusnya.

"Aku pergi dulu ya, Kak. Wanita itu akan marah jika Aku terlambat." Yizhuo menyampirkan tas kulit di pundak kanannya.

Chenle mengangguk pasrah. Tak mudah baginya melepas sang adik sepupu begitu saja. Terlebih, pemuda Zhong itu tidak dapat menjamin Yizhuo akan sepenuhnya baik-baik saja saat kembali.

Chenle sebenarnya juga tidak mengerti, bagaimana bisa orang tua menjadi ancaman bagi kebahagiaan anaknya sendiri?

• • •

Time After TimeWhere stories live. Discover now