sendirian

535 52 27
                                    

Mina membuka matanya dengan lemas dan berat, pandangannya beralih pada sesosok lelaki yang tengah menunggu kesadarannya sejak hari kemarin.

Tangannya tidak terlepas dari genggaman sang suami, beruntung— jelas. Dicintai sebesar ini oleh seorang lelaki, dimana cinta seorang Ayah tak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Namun, Mingyu hadir dan membawakan cinta serta pengorbanan yang membuat Mina merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia.

"Mingyu.." panggilnya lemah, lelaki itu tertidur pulas, namun ia segera menegakkan kepalanya kala suara Mina terdengar.

"Mina? Sayang? Sebentar! Aku panggil dokter! Dokter!" Mingyu berteriak seraya memijat tombol berwarna merah di atas ranjang yang Mina tempati.

Mina menahan tangan Mingyu, lalu menatap pada suaminya.

"Haus.." ucap Mina, Mingyu segera membukakan botol mineral dan mengambil sedotan, ia menegakkan tubuh Mina, ketika hendak memberi minum, Dokter datang bersama rombongannya.

"Sebentar ya, Pak. Saya periksa dulu."
Ucap Dokter tersebut, Mina mau tidak mau mengikuti prosedur, tangannya terlepas dari genggaman suaminya.

Mina diberikan minum oleh perawat yang sekarang sedang mengganti sprei dari ranjang yang Mina tempati. Seraya Mina melihat pada Mingyu yang tengah berbicara dengan dokter.

Tampak serius, dan Mina takut.

Namun, rasa takut itu hilang kala Mingyu berjalan ke arahnya dengan senyuman, ia memejamkan mata ketika Mingyu menciumi seluruh wajahnya, mengecup bibirnya, menatap Mina penuh sayang.

"Bayi kita mana..?" Tanya Mina lemah, Mingyu tersenyum.

"Ada, si adik tapi masih harus berjuang di ruangan yang aman. Tenang ya, Mina. Nanti kita lihat dia sama-sama." Mina mengangguk, ia kemudian mengusap rambut Mingyu.

"Sayang.. maafin aku, ya...?" Mina hendak menitikkan air mata. Mingyu menggigit bibirnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa minta maaf, sayang? Aku berterima kasih banyak sama kamu. Makasih udah berjuang, untuk kita.. untuk si adik." Mina menitikkan air matanya semakin deras. Mingyu kemudian menciumi tangan Mina.

"Mingyu... Aku takut.."

"Aku minta maaf..."

"Aku takut ninggalin Mingyu sendirian..."

Ucapan Mina jelas membuat Mingyu menangis, ia menggelengkan kepalanya sambil terus meletakkan tangan Mina di pipinya.

"Enggak, sayang... Mina janji kan, kita waktu itu udah janji berdua. Kita bakalan laluin semuanya berdua, bertiga sama adik, berempat sama anak-anak kita nanti yang akan datang setelah adik." Mina memejamkan matanya, air mata mengalir dari ujung matanya, Mingyu meraih sapu tangan dan menghapusnya dengan lembut.

"Aku pingin banget ketemu sama si Adik, Mingyu... Boleh?" Mingyu mengangguk.

"Nanti kita kesana, ya? Dokter bilang kita baru bisa lihat Adik malam nanti. Mina mau tunggu, kan?" Mina menganggukkan kepalanya, meski lemah tapi Mingyu mengakui istrinya bersemangat apabila membahas bayi mereka.

**

Sebungkus strawberry telah Mingyu dapatkan malam ini, sebelum melihat bayi mereka, Mina ingin makan strawberry terlebih dulu. Maka, Mingyu kabulkan apa yang Mina mau. Meski ia harus berjalan keluar terlebih dulu karena didalam rumah sakit jarang ada yang menjualnya.




"Sayang... Ini loh, strawberrynya, gendut-gendut. Mirip sama yang kamu makan waktu Adik masih dalam perut kamu." Mingyu mengeluarkan strawberry dalam kotak, ia berusaha menahan air matanya.

Tak ada gerakan lembut dari selimut yang Mina kenakan.

"Bentar, aku pilih yang warnanya merah banget, biar manis. Kamu kan suka yang manis. Sabar ya, sayang.. bentar." Suara Mingyu bergetar, ia berbalik sambil memilah strawberry di atas meja, seraya mengusap air mata yang terus menerus mengalir dari kedua ujung matanya.

"Sayang..? Kok kamu gak mau bangun? Ini aku udah dateng loh, sayang... Ayok, kita jenguk adik habis ini." Mingyu segera memeluk Mina erat-erat, terduduknya ia di ranjang tempat Mina tertidur— selamanya.


Mingyu menarik Mina kedalam peluknya, mengangkat tubuh Mina untuk ia peluk sedalam-dalamnya. Seraya berteriak, menangis. Tak peduli siapapun.

"Mina.. aku mohon," Mingyu menciumi pipi Mina, bersamaan dengan dokter yang datang bersama para perawat.

Mingyu ditarik paksa oleh dokter dan perawat, agar mereka bisa memberikan pertolongan pada Mina.

Ribuan energi dikerahkan, namun detak jantung Mina tidak kunjung terbaca. Mingyu terduduk di lantai, menangis, meneriakkan nama istrinya.

Saat dokter menggelengkan kepala, para perawat melepaskan alat-alat yang menempel di tubuh Mina. Mingyu hendak melarang, namun tubuhnya ditahan dengan kuat oleh para perawat laki-laki.

"Mina, Mina, kamu gak akan ninggalin aku kayak gini, Mina!" Teriak Mingyu tak terima, saat kain putih itu menjadi penutup wajah terakhir istri cantiknya.

Mingyu menghampiri ranjang Mina, memeluk dan membuka kembali penutup kain itu.

"Mina.. tolong, jangan tinggalin aku sendiri." Mingyu menangis semakin keras.

Dokter dan perawat berusaha membiarkan, namun—

Kabar dari ICU membuat Mingyu semakin menggila.

Ia kehilangan anak mereka. Tidak, Mingyu kehilangan anak dan istri kesayangannya dalam satu waktu.

[Oneshoot Collection] Moonlight ; Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang