✨ 21. Susu Coklat ✨

ابدأ من البداية
                                        

"Maksud kamu apa? Aku cuma bantu kamu supaya nggak batuk-batuk terus," sahut Adel pelan karena takut salah bicara.

"Masalahnya itu susu ibu hamil dan gila aja lo suruh gue minum susu itu. Gue bukan ibu hamil!"

"Hah?"

Adel langsung menatap gelas susu pada genggamannya itu dengan wajah syok. "Jadi ini susu ibu hamil?"

"Iya!" sahut Sakti ketus. Ia bergerak ke atas dispenser untuk menuang air hangat untuknya lalu membengkaknya hingga tandas.

"Tapi kenapa kamu buat susu ibu hamil?"

Mendengar itu membuat Sakti berbalik badan dengan tatapan menusuk. Ia segera mendekati Adel dan menyentil kening istrinya itu. "Ya buat lo lah bodoh!"

Lagi-lagi Adel dibuat bingung sendiri dengan sikap Sakti. Ia tidak tahu kenapa Sakti bertingkah seperti ini. Membuatkannya susu ibu hamil? Rasanya seperti mustahil tapi buktinya ada dalam genggamannya sekarang.

Sakti berdehem saat menyadari raut wajah Adel terlihat bingung.

"Gue buat itu karena diminta sama Bunda, jadi lo jangan kegeeran dulu kalau gue buatkan susu itu secara sukarela."

Adel menatap cukup lama gelas berisi susu coklat hangat itu, tidak lama kemudian bibirnya pun tertarik untuk tersenyum hingga lobang pada kedua pipinya terlihat jelas.

"Ck! Diminum susunya bukan malah dikasih senyum," ucap Sakti sewot.

Ia lantas menatap Sakti. Memar di sudut bibir suaminya itu masih terlihat jelas. Karena tidak ingin membuat suaminya bertambah marah, Adel pun segera meminum susu coklat tersebut hingga tersisa sedikit.

Sejujurnya ia sendiri kurang begitu suka susu coklat, namun setengah mengandung hal tersebut lenyap. Ia jadi begitu suka susu coklat dan semua ada sangkut pautnya dengan Sakti. Ya, Sakti sendiri begitu menyukai susu coklat dan sepertinya anak-anak mereka ingin mengikuti kesukaan sang Ayah.

"Terima kasih banyak ya Sakti atas susunya?" ucap Adel setelah selesai menghabiskan susu tersebut.

Sakti tidak menjawab dan memilih langsung melengos pergi. Meski tahu bahwa apa yang Sakti lakukan untuknya hanya sebuah keterpaksaan, entah kenapa kali ini Adel merasa benar-benar bahagia.

***

"Jadi Adel ingin pindah ke sekolah lain karena sekarang tinggal bersama Tantenya ya?"

Adel melirik Bunda Devina yang duduk di sebelahnya dengan tenang. Tidak lama kemudian ibu mertuanya itu pun mengangguk.

"Iya Bu, sekarang Adel tinggal bersama saya. Karena jarak rumah saya dan sekolah Adel cukup jauh jadi lebih baik Adel dipindahkan ke sekolah yang lebih dekat dari rumah saya," ujar Bunda Devina dengan lugas.

"Tapi ibu sungguh Tantenya Adel?"

Pertanyaan itu membuat Adel menelan salivanya dengan susah payah. Ia merasa gugup deketin.

Sebelumnya ia dan Bunda Devina sepakat untuk tidak mengatakan status mereka yang sebenarnya dan mengaku sebagai keponakan dan Tante. Walaupun Adel tidak akan bersekolah lagi di sini, Tapi Bunda Devina mau nama Adel tetap baik di sekolah ini

"I-iya Bu, ini Tante saya. Beliau adalah adik dari almarhum ayah saya," sahut Adel.

"Sayang sekali kamu harus pindah sekolah sekarang, Del. Padahal bulan depan ibu berniat meminta kamu untuk ikut olimpiade matematika antar kota untuk mewakili sekolah kita."

Adel memang terkenal sebagai murid yang sangat pintar dan berprestasi, dari awal masuk SMA ia sudah sering mengikuti perlombaan-perlombaan yang diadakan antar sekolah. Itulah sebabnya ia bisa mendapatkan beasiswa di sekolahnya itu.

Result Of Mistake حيث تعيش القصص. اكتشف الآن