2. Aku dan kenangan (2)

34 2 0
                                    

Bintang Faema Imara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bintang Faema Imara.

Hai ini aku, Bintang. Namaku lucu kan? Seperti benda langit yang punya cahaya sendiri, tapi aku mungkin tidak sepertinya, sangat berbeda.

Kulangkahkan kakiku menuju sebuah bangunan kecil yang tidak jauh dari jalanan. Indera penciuman ku kini menangkap aroma berbagai kue yang baru saja matang.
Ya sekarang aku berada di toko roti, ah roti atau kue ya? Tempat ini terlalu banyak menyediakan makanan manis itu, sampai bingung ini toko apa sebenarnya.

"Selamat pagi." Sapa ku pada gadis bercelemek merah muda yang datang membawa nampan berisi roti.

"Eh dari kapan di situ?" Tanyanya sedikit terkejut.

"Baru aja. Ini." Aku memberikan paper bag yang ku bawa. "Sekalian buat kamu sama yang lain juga."

"Wih tumben ada waktu, biasa nya sok sibuk." Katanya sambil tertawa kecil.

Aku mendengus mendengar nya. "Ya emang aku sibuk."

"Gayamu. Eh di belakang mas Tito, ngga mau nyapa dulu?"

"Nanti aja pas mau berangkat." Dia mengangguk.

"Nanti kesini kan, Bin?"

"Ngga tau, hari ini kayaknya aku seharian deh."

"Beneran sok sibuk. Jangan terlalu diforsir, nanti sakit lagi."

Aku tersenyum, seperti biasa dia selalu berlebihan. Padahal itu cuma pilek, tapi dia selalu heboh.
Oh iya, aku kenalkan dia siapa.
Namanya Jean Anna, dipanggil Jean atau nyai.

Jean dipanggil nyai karena dia pernah berperan sebagai Nyi Roro Jonggrang, waktu SMA dulu. Sampai sekarang aku masih memanggil nya seperti itu, meskipun pada akhirnya tanganku selalu kemerahan di cubit.

Dia anaknya bapak Suherman dan ibu Hana, tetangga di kampung sana. Karena suka sekali membuat kue, makanya dia ambil alih toko ini. 

Ini toko ibuku dulu, aku kurang  pandai membuat roti atau kue jadi tidak ku teruskan setelah ibu pergi. Lalu Jean dengan idenya meminta dia saja yang kelola, dan hasil nya dibagi dua. Apalagi dia waktu itu baru saja selesai dengan kursusnya, jadi daripada hilang lebih baik dia gunakan untuk ini.

Dia bilang dibagi dua, tapi aku lebih memilih hasilnya untuk keperluan lain. Seperti untuk pembayaran pajak bangunan, sampai ke perintilan dan tetek bengek lainnya.
Ya meskipun keberatan, tapi ia terima akhirnya.

"Orang itu cuma pilek doang, kamu nya aja yang heboh."

"Ya biar cuma pilek kalo ngga di obati?! Awas aja yang Bintang kalau sampai sakit!"ancamnya.

"Manusia aku, dikira batu bata?"

"Ya jaga-jaga."katanya sambil menggigit cookies yang kubawa tadi. Itu sebenarnya untuk dijual, tapi sengaja ku lebihkan biar bisa dinikmati.

Aku dan BintangWhere stories live. Discover now